Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

SBY Tanpa Demokrat dan Sebaliknya, Apa yang Akan Terjadi?

18 Februari 2020   09:54 Diperbarui: 18 Februari 2020   10:35 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono memberikan pengantar sebelum melakukan rapat terkait revisi UU Ormas di DPP Partai Demokrat, Jakarta, Senin (30/10). Dewan Pengurus Pusat Partai Demokrat bersama anggota Fraksi Demokrat di DPR menggelar rapat internal untuk merumuskan materi revisi Undang-undang Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) yang akan diserahkan kepada pemerintah dan DPR. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc/17.(Hafidz Mubarak A)

SBY Tanpa Demokrat dan Sebaliknya, Apa yang akan Terjadi?

Beberapa waktu ini sedang cukup ramai dengan khabar akan adanya sukses dalam tubuh Demokrat. Tentu juga dipahami, jika Demokrat itu identik dengan SBY san SBY dengan Demokrat. Pernah dalam suatu waktu, krisis berat, SBY merangkap banyak jabatan. Semua pada oke oke bae.

Kini, memang sudah terlalu berat bagi Pak Beye untuk  bisa menahkodai Demokrat, tanpa almarhum Ibu Ani yang sepertinya memiliki roh atau kharisma berpolitik. Usai beliau meninggal, makin reduplah Demokrat dan Pak SBY. Sangat mungkin demikian adanya.

Keberadaan Ibas yang sangat lama di dewan dan partai, juga tidak banyak memberikan harapan yang cukup menjanjikan. Jarang berbicara sebagai seorang politikus, anggota dewan, dalam menghadapi banyak isu-isu panas sekalipun. Apakah mungkin dilarang Pak Beye? Tampaknya memang kelas berpolitiknya bukan kelas pemain elit, hanya kelas penggembira.

Cara-cara menampilkan diri sangat banyak kog, dan itulah politikus, bukan hanya diam dan ngantor semata. Lihat saja Roy Surya dengan segala kelucuannya, toh itu penting. Mengenalkan diri meskipun banyak cibiran, toh banyak juga yang menanggapi sebagai hal yang positif. Ada upaya.

Model Ferdinand Hutahaen juga cukup menjanjikan, dari pada hanya diam. Hanya saja harus elegan sebagai anak seorang presiden dan menantu mantan menteri. Ada cara yang lebih berkelas. Dan banyak kog sarana untuk itu.

Bisa pula membentuk tim ahli, bukan hanya di kantor dewan, untuk setiap saat. Sering-sering mengeluarkan pernyaan. Jika tidak mampu  berbahasa lisan seperti wawancara media. Bisa pula menggunakan teks. Kirim ke media,  pasti akan laris. Ada nama Yudhoyono di sana.

Ibas tampaknya sudah selesai, cukup menjadi level segitu saja. Menikmati ketua fraksi tanpa aksi. Duduk diam dan cukup terpilih lagi dengan nama besar. Selesai.

AHY, harapan besar, namun juga setali tiga uang. Terlalu sepi menanggapi isu dan fenomena politik. Malah Pak Beye sendiri yang turun tangan. Padahal ada the Yudhoyono Institute, kan gawenya jelas mengadakan riset ini dan itu demi perkembangan berbangsa tentu berkaitan dengan kepentingan Demokrat sendiri.

Selama ini sangat jarang, kecuali safari politik ketika ngarep nyapres atau nyawapres lampau. Usai kegagalan di DKI bukannya menampilkan diri dengan lebih sigap, malah makin mundur. Untuk menampilkan citra baik, positif, dan bukan produk gagal, sebenarnya bagus menggunakan kesempatan untuk tampil.

Media sosial, media arus utama suka kog dengan orang-orang gede, sudah punya nama, punya jabatan, mau apa lagi? Tinggal poles cara omong, memilah dan memilih apa yang ditanggapi, arusnya ke mana, dan sangat enak atmosfer politiknya hari-hari ini. Sudah  mempunyai banyak bekal dan modal. Sayang modal itu tidak termanfaatkan dengan semestinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun