Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Di Balik Bangkitnya Kadrun-Cebong dari Hibernasi Politik

23 Januari 2020   16:16 Diperbarui: 23 Januari 2020   16:56 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Cukup ayem dan tenteram, kala Prabowo masuk kabinet. Seolah semua akan baik-baik saja. Kisaran dua bulan media sosial sepi dari caci maki antara kamret-kadrun dan cebong. Kedua pihak sama saja, rindu tak jumpa, pas ketemu berantem. Mirisnya tidak ada gunanya, menghabiskan energi, kala satunya ngotot benar, satunya menilai itu salah dan yang benar adalah ini.

Kekacauan akut yang entah harus bagaimana, ketika orang bisa bertikai hanya sekadar becanda, apalagi jika menyangkut agama. Benar agama bukan buat candaan, tetapi tidak jarang ranah candaan yang dikait-kaitkan dengan agama. Pun kini dengan mudah dan murahnya orang bertikai, lapor polisi, pencemaran nama baik karena kotanya, profesinya, atau daerahnya disebut sebagai hal yang negatif bagi pihaknya.

Ingat pihaknya, ada beberapa kasus. Kasus satpam tersinggung dijadikan bahan candaan, atau kawasan karena disebut menteri sebagai kawasan negatif. Atau sedikit-sedikit penistaan, pada sisi lain orang dengan gampang memang menghina orang, namun merasa baik-baik saja. Miris sebenarnya mengapa bangsa ini menjadi bangs tanggung, bukan tangguh, tanggung, sedikit-sedikit ngamuk, dikit-dikit tersinggung. Pas diurus dengan serius, tiba-tiba menyesal, khilaf, dan tidak begitu maksudnya.

Bermedia positif sebenarnya sudah akan nampak ada lagi, becanda dengan bebas tanpa merasa ada yang mencaci dan mengaitkan dengan afiliasi politik, eh tiba-tiba menguat lagi. 

Hal ini nampak gencar usai banjir Jakarta, dan disusul dengan aneka bongkaran demi bongkaran kasus sekian lama  tiarap, apalagi kalau bukan korupsi. Dari sini ada beberapa pihak yang berkepentingan, namun ujung-ujungnya jelas soal jangan sampai Jokowi bisa tenang memimpin, apalagi dengan pernyataannya tidak punya beban.

Tanggapan paling jelas, lugas, dan ke mana arahnya adalah pernyataan Rocky Gerung, Jokowi tidak akan tuntas hingga 2024. Ini sih pernyataan yang tidak usah dijadikan  pemikiran mendalam apalagi analisis untuk menjawabnya. Mengapa? Apa yang ia nyatakan semua tidak ada yang terbukti, kali ini pun sama saja. Namun bahwa pemikiran ini ada pada kelompok yang sebarisan dengannya. Orang nyari duit dan sensasi saja kalau yang ini.

Banjir menjadi sebuah tombol on dari hibernasi. Siapa yang paling berkepentingan dengan mengamankan Anies? Jelas kelompok yang selama ini menjadi satu dalam banyak aksi. Mereka jelas siapa, bagaimana mereka membela bak babi buta setiap kritikan yang menyasar Anies.  Model pokoknya dan tidak jelas dasarnya itu siapa. Kelompok yang menginginkan ideologi berbeda.

Perilaku mereka yang terdesak, bisa menggunakan apapun isunya untuk memperlhatkan eksistensi mereka. Cukup membantu memang karena dengan demikian, mereka bisa dengan gampang menampakan diri, tidak perlu adanya penyelidikan yang sangat susah. Mereka tampil dengan garang, dan lupa jati diri yang selama ini mereka tutupi.

Masa lalu dan pihak yang biasa berkomplot dalam mengeruk kekayaan negeri ini demi kepentingan diri dan kelompok. Siapa saja mereka? Paling banyak, dan susah dideteksi. Mereka pemain watak, licik, sekaligus cerdas. Susah menebak ini adalah mereka, kerah putih mereka membantu dalam membuat kamuflase.  Dan mirisnya mereka ada di semua lini berbangsa, dewan, eksekutif, termasuk juga dalam ranah yudikatif. Mereka ini membeli semua yang bisa dibeli demi rente, untung banyak, dan rakyat sengsara mana peduli.

Mafia demi mafia. Ada pada bagian ini, bagaimana kinerja mereka yang ugal-ugalan selama ini, kini harus mengetatkan pinggang mereka. Malingan susah, eh gaya hidup tetap. Pengusaha nakal enggan kerja keras pun ikut nimbrung dalam bagian ini.

Mereka-mereka ini memiliki kemampuan finalsial, analisis, dan juga mengarahkan opini dan persepsi publik, dibarengi dengan kemampuan analitis rendah para penganut paham cebong akut dan kadrun kalut. Klop sudah mereka bertikai demi pepesan kosong. Dan malah menjadi beban pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun