Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Permainan Cantik Nan Elok Jokowi atas BUMN, "Dijawab" Karaoke Masyarakat

20 November 2019   11:38 Diperbarui: 20 November 2019   18:33 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Permainan Cantik Nan Elok Jokowi atas BUMN, Dijawab Karaoke Masyarakat

Masyarakat berhak untuk ikut mengawal tata kelola kekayaan negara. Salah satu yang paling heboh tentu mengenai wacana Ahok masuk ke dalam jajaran BUMN. Masih sebatas BUMN energi, belum dijelakan yang mana, namun Serikat Pekerja Pertamina melakukan penolakan dengan demikian kuat.

Eksmenteri Rizal Ramli malah mengaitkan penolakannya dengan kapasitas Ahok selaku pribadi yang cenderung rasis dengan kualifikasi Glodok.  Tentu juga paham kalau Glodok itu pedagang dari etnis China yang memenuhi. Sangat tidak elegan sebenarnya model penolakan ala RR ini. Apalagi rakyat juga paham kualitas RR ketika menjadi menteri seperti apa.

Serikat pekerja ini juga merembet ke daerah, ada SP Cilacap dan Palembang bersikap sama. Cukup menarik apa yang mereka lakukan. Seperti anak-anak yang kentut dan yang biasa cerdik, nakal, dan usil, ingat ini dalam konteks anak-anak yang cenderung cerdik bukan nakal kriminal, akan tetap asyik pura-pura dengan apa yang sedang mereka lakukan.

Anak yang polos, biasanya penurut, dan kurang kreatif akan menyangkal atau mencari  pembenar dengan berbagai-bagai dalih.  Pun ketika yang kentut juga adalah anak yang penurut ini akan cenderung ngeles namun malah lucu, berlebihan, dan membuka kedoknya.

Copet bis dalam kota saja sangat lihai sekarang, akan pura-pura diam, kalau kepepet akan teriak copet juga. Toh mereka masih berhitung, lebay atau tidak. Nah keadaan lapangan saja sudah demikian terbaca bahkan model teriak itu sudah tidak saatnya mempan, malah menimbulkan kecurigaan iya.

Reaksi yang berlebihan, di era modern dengan kejulidan dan kejelian warganet, malah berkembali liar bagaimana menguliti pribadi AG jauh melebihi apa yang sudah ia buat. Tentu sangat tidak proporsional, dan melebihi batas. Namun siapa yang mampu mengatur warganet yang masih mengalami masa eforia itu?

Konsekuensi logis yang memang masih harus dilalui bangsa ini. Bagaimana bisa bersikap sebagai sebuah bangsa yang beradab. Apa yang dilakukan juga memang berlebihan. Kapasitas sebagai pegawai, pun sebagai pimpinan serikat pekerja tentu tidak pada kapasitas menolak atau menerima jajaran manajemen yang memang bukan ranahnya.

Apalagi narasi yang dibangun jauh berlebihan. Jika itu juga berbicara dalam koridor secara umum. Ketika UU tidak dilanggar, kepatutan pun masih dalam rel yang cukup tepat, penolakan dengan adanya nada ancaman termasuk berlebihan. Namun apa yang harus AG hadapi ini bukan hal yang sederhana. Jauh lebih berat tanggungannya, karena berkaitan dengan nama baik, keluarga, jelas juga masa depan anak-anaknya.

Ketika isu mengenai aktivitas di karaoke dan perempuan simpanan. Sudah jamak terjadi pada tataran ekonomi menengah. Hal yang lumrah, lha yang hidupnya kembang kempis saja terjadi, apalagi kelas ekonomi mapan seperti itu. Penelanjangan yang masih relatif bisa dinetralisasi.

Perkembangan ketika ada indikasi gerakan radikal, ini juga masih cukup wajar, normatif, banyak pula dan mereka juga masih baik-baik saja. Tidak ada tindakan pidana dengan itu. Dalam  pengulitan ini pun masih tidak masalah.

Ketika isu berkembang pada aborsi dan perempuan simpanan ada di mana-mana. Entah benar entah salah, tidak banyak perempuan yang mampu bertahan, juga anak-anak memiliki bapak seperti ini. apalagi aborsi sudah masuk ranah pidana. Kan ngeri.

Jajaran direksi konon sudah akan mengambil sikap. Sangat wajar, karena belum tentu juga jajaran direksi berpikiran yang sama dalam menyikapi wacana ini. Lebih  menjadi perhatian tentunya soal pribadi yang benar-benar dikuliti habis-habisan itu. Pertamina suka atau tidak langsung ataupun tidak, toh terkena dampaknya cukup besar pula.

Jauh lebih mungkin, Presiden Jokowi bersaman Menter BUMN tidak akan memperkirakan sejauh ini aksi dan reaksi yang terjadi. Benar bahwa sudah ada pola kemungkinan yang akan dihadapi ketika melibatkan nama Ahok yang demikian kuat gambaran seperti apanya. Reaksi yang tidak sama diperlihatkan serikat pekerja PLN misalnya.

Apa yang dilakukan warganet sebagai upaya turut menjaga harta dan kekayaan negara baik-baik saja. Hanya saja berlebihan. Sama juga balas dendam atas perilaku AG pada Ahok. Hal yang pasti Ahok  tidak sukai. Pun kinerja cerdik Jokowi dan Erick Tohir malah  tidak menemukan muara yang semestinya, karena fokusnya malah berlebihan.

Bahwa ada yang kelewatan dan berlebihan iya, namun tentu bahwa orang per orang juga memiliki standart masing-masing soal pantas atau tidak, berlebihan atau tidak. Menjaga perasaan keluarga dan anak-anak itu juga penting. Toh mereka akan mudah dan enteng menjawab emang AG menjaga perasaan istri dan anak-anak Ahok.

Harapan baik juga sih bahwa jangan main-main di era digital ini, karena rekam jejak sangat susah dihiilangkan. Satu pihak sudah hati-hati, sudah menjaga privasi, belum tentu pihak lain sepaham dan merasa biasa saja, dan ternyata suatu hari menjadi bencana.

Pelajaran penting bagi siapa saja untuk menjaga sikap dan perilaku. Lha yang baik-baik saja bisa masuk bui, apalagi yang pernah melakukan hal yang tidak sepatutnya. Bagaimana kini tampilan agamisnya malah menjadi bumerang dan makin liar ke mana-mana.

Fokus pada persoalan BUMN, bukan pribadi per pribadi menjadi jauh lebih penting. Bagaimana kekayaan alam bangsa ini sudah terlalu lama dikelola dengan asal-asalan, demi kepentingan elit dan kelompok. Saatnya bebenah dan berubah. Tidak lagi waktunya untuk mengulik hal-hal privat yang kurang signifikan bagi hidup berbangsa.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun