Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo: Penenggelaman Kapal Itu Kecil

20 November 2019   08:57 Diperbarui: 20 November 2019   08:59 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Prabowo: Penenggelaman Kapal itu Kecil, Gebrakan BUMN Nyata

Ketika penyusunan kabinet, banyak orang dan pihak yang bertanya-tanya, Menteri KKP  siapa, apakah tetap Ibu Sui atau bukan. Siapa penggantinya? Dan artinya Kementrian KKP sangat menjadi sorotan. Ini soal reputasi dan capaian. Bagaimana Susi yang tahu benar kondisi perikanan Indonesia banyak melakukan gebrakan berarti.

Penenggelaman kapal itu bukan prestasi, tapi keberanian melabrak maling itulah prestasinya. Sejak era Pak Beye kelihatannya sudah ada wacana itu, pun tidak terjadi. Jadi  benar kata Prabowo kalau penenggelaman itu hal kecil. Peneggelaman itu konsekuensi logis. Jadi bukan prestasi.

Hasil ikan menjadi banyak, eksportir luar negeri menjadi kekeringan pasokan ikan. Itulah prestasinya. Karena mereka biasa berpesta pora di lautan Indonesia dan tidak akan tindakan apapun yang diterapkan. Mereka menjadi kaya raya karena mengambil dan nyolong begitu saja kekayaan bangsa ini. Ini prestasi dan buah dari penenggelaman kapal.

Ironisnya justru Prabowo malah jatuh pada kondisi di mana ia menggantikan pejabat yang menjadi kesukaan publik. Susi bukan hanya soal penenggelaman kapal, namun bagaimana ia menjadikan jabatan menteri itu hal yang sangat biasa. Ngopi, cangkruk tanpa kenal tempat, dan becanda-becanda dalam media sosial. Itu yang maaf sangat sulit dilakukan Prabowo sebagai seorang yang berlatar belakang militer.

Kondisi yang salah disikapi, jangan kaget nanti menjadi sorotan warganet dalam konteks negatif, seolah menjadi musuh bersama. Sangat wajar, ingat pengalaman Ahok yang menjadi media darling, dengan segala kekacauan dan ketegasannya. Anies menjadi antitesis, dan bahan bullyan di mana-mana.

Tak hendak membandingkan dengan BUMN dengan Erick Tohirnya, jika menanyakan, mana gebrakan KKP yang lebih berdampak, dari sekadar penenggelaman kapal? Erick telah melakukan pukulan telak pada inti masalah BUMN, korup dan konon fundamentalis. Semua sudah bersikap hanya karena satu nama Ahok. Chandra M Hamzah saja tidak membawa pengaruh berarti.

Rakyat sudah gemes, melihat banyaknya wacana, pejabat omong doang, atau pejabat yang hanya banyak gagasan namun miskin gebrakan. Ingat bagaimana rakyat suka pada Susi, Jonan, Jokowi, Basuki Hadimuljo, Risma, dan pejabat lain itu karena kinerja mereka. Masyarakat jengkel melihat potensi kita banyak namun jalan di tempat saja.

Ironis adalah, ketika orang itu malah ingin menaikan citra diri dengan merendahkan pihak lain. jadi ingat guyonan ala Srimulat itu biasanya memakai keterbatasan, atau keberadaan rekan yang memang disetting untuk menjadi bahan lawakan. Almarhum Pak Bendot ya begitu terus menjadi bahan rekan-rekannya di dalam mengundang tawa. Itu drama lelucon yang memang dimaksudkan. Lha menjadi pejabat kog merendahkan pejabat lain namun kinerjanya malah belum terlihat.

Prabowo ini bukan satu-satunya kog, atau karena habitatnya. Kita masih ingat bagaimana Srimulyani dikatakan sebagai Menteri Keuangan pencetak utang. Prestasi kelas dunia disindir, hanya baik di mata asing. Lucu dan aneh, dan mereka satu partai dengan Prabowo. Ironisnya banget, ketika mereka yang mengatakan itu sama sekali tidak memiliki prestasi yang minimal mendekati. Misalnya mereka diakui satu saja provinsi sebagai pejabat yang keren. Lha tidak ada, RT-pun tidak ada yang memberi mereka penghargaan. Coba.

Atau ketika Anies kejebak dengan racangn anggaran  yang kacau balau. Ia menuding sistem warisannya yang buruk. Padahal sama sekali tidak ada yang buruk dan salah. Tidak heran Surabaya dan Jawa Barat angkat suara untuk memberikan pengakuan sistemnya bagus banget.

Rizal Ramli termasuk juga memilih menjadi elit model ini. Bagaimana ia  menjadi menteri berkali-kali tidak membawa dampak, namun sangat pintar menilai pihak lain tidak bisa bekerja. Bekas menteri itu banyak, namun yang meributkan menteri atau pejabat lain toh tidak banyak.

Pejabat itu dipilih untuk menjadi pelaku perubahan. Ketika mereka menggantikan orang lain, lakukan saja yang lemah untuk diperbaiki, ketika tidak cocok dengan kebijakan lama, tinggalkan. Miris ketika kebijakan itu adalah hal yang menjadi kebanggan masyarakat malah mau direndahkan, habislah si pejabat.

Ironis berlebihan lagi, ketika banyak pejabat yang tidak berbuat apa-apa, tidak membawa dampak, malah tidak memperoleh kritikan, atau cacian. Kan lucu, mana yang normal kalau begitu. Hal yang serius untuk disadari bersama sebagai sebuah bangsa.

Bekerja dengan capaian diri jauh lebih meyakinkan dan membanggakan. KKP toh masih begitu banyak masalah tentunya. Mengapa malah harus menyiptakan perselisihan dengan rakyat yang masih bangga dan sekaligus kecewa itu ditambah kecewa. Ini malah menjadi berat ketika Prabowo tidak bisa memberikan dampak yang lebih baik lagi.

Apa yang disampaikan sejatinya sangat normal, namun menjadi besar karena sudah sebulan belum memberikan dampak, malah meremehkan capaian pejabat lama. Lagu lama yang tidak lagi menjadi trend bagus ke depan.

Malah cenderung memberikan gambaran Prabowo bingung mau apa, asal bicara, dan malah membuat kehebohan yang tidak penting. Kontraproduktif dengan apa yang seharusnya terjadi. Ini eranya kerja, prestasi, bukan semata-mata wacana, apalagi tanpa konsep malah merendahkan capaian pihak lain.

Prestasi itu akan dikenang, tidak usah dengan mendeskreditkan pihak lain, atau malah merendahkan capaian musuh sekalipun. Semua akan dicatat dengan tinta emas kog. Jadilah pejabat yang bekerja, bukan banyak berbicara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun