Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies Baswedan Gak Setangguh SBY Memainkan Politik Korban

7 November 2019   19:34 Diperbarui: 7 November 2019   19:37 1683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anies Gak Setangguh SBY

Beberapa waktu ini pembicaraan cenderung negatif mengenai Anies demikian masif. Susah mengesampingkan tema  yang satu ini. Bagaimana tidak, satu demi satu keluar data baru dan sama mencengangkannya. Pertama soal lem, kemudian tambah ballpoin, kemudian ada juga helm, cat jalan, ternyata ada juga pasir, susu, dan terakhir pembukaan atap PJO. Diperparah dengan penebangan pohon yang sudah berusia puluhan tahun.

Hal-hal yang lucu, menggemaskan, bahkan naif tentu menjadi pembicaraan yang dikemas dalam berbagai ragam cara. Ada yang marah dan memaki, ada yang mengulas dengan candaan dan ringan, pun ada yang mendukung. Sah saja asal bukan fitnah dan memutarbalikan fakta.

Nah ada beberapa pihak yang keberatan karena akan menjadikan Anies membesar dan menggunakan itu untuk playing victim, jadi ingat SBY yang sukses menggunakan momen dan politik korban, menjual derita untuk bisa menang dalam pilpres. Apakah identik dan sama? Jauh berbeda.

SBY kala itu sama sekali tidak membuat kesalahan dalam artian yang sangat fatal dan merusak reputasi siapa-siapa. Ini penting. Keberadaan SBY juga tidak cemar sama sekali, baik pribadi apalagi politis.

Bandingkan dengan apa yang terjadi pada Anies. Ia menantang dan seolah merasa paling benar. Menkeu pun dikatakan kalau kurang kerjaan silakan akan ditambahi. Lihat, betapa jemawanya gubernur ini. Juga tudingan  pada sistem yang buruk, PSI yang dikatakan mencari panggung, selain ia mencemarkan reputasi orang, dia pun tercemarkan reputasinya.

Ini seperti orang yang tenggelam dan mau ditolong, malah membawa orang lain juga terserap arus, karena meronta yang tidak pada tempatnya. Atau tentara yang panik mendapatkan sergapan dan menembak bak babi buta. Malah merugikan.

Berbeda dengan keberadaan SBY. Tidak ada reputasi buruk dan dirusak oleh SBY. Jadi ketika SBY menggunakan "nasibnya" yang dijothake Mega, simpati itu hadir. Mana simpati untuk Anies, selain oleh pendukung buta karena sentimen agama semata.

Era SBY belum mengenal pejabat berprestasi. Kala itu mana mengenal pejabat yang membawa perubahan atau hanya tukang tampil di media saja? Belum ada itu capaian dan program kerja yang jelas, dan semua berjalan  begitu saja. Ada menteri atau tidak, tidak berbeda. Nah ketika ada Jokowi, Ahok, Risma, dan pimda-pimda sukses dengan pembangunan dan penataan kota serta daerahlah, mulai dikenal pejabat berprestasi.

Anies ini sudah jelas dikenal bagaimana kinerjanya. Buruk dan bahkan sangat buruk. Ini bukan soal suka atau tidak. Penataan malah merusak kog, itu faktual. Satu saja bukti di mana sukses Anies, yang bisa dinilai dengan  parameter jelas, bukan soal suka atau tidak. Malah kebijakannya cenderung nyleneh dan aneh, bukan membangun malah merusak. Yang sudah ada ditata ulang, ini jelas inefisiensi bukan?

Belum lagi jika berbicara soal menteri, di mana ia diganti oleh Jokowi. Diamnya Jokowi bukan berarti tidak ada masalah. Toh  jawaban mengapa diganti sedikit demi sedikit terkuak kog.

Jelas Anies tidak cukup sebanding dengan SBY soal prestasi. SBY biasa saja, Anies sudah banyak cidera. Menteri diganti dan kemudian menjadi gubernur dengan cara paling ugal-ugalan dan gagal pula.

Media sosial waktu SBY belum begitu dominan. Dan kini era Anies sangat berdampak. Apapun bisa sangat mudah dikulik dan kemudian dikuliti.

Apa yang terjadi dalam kisah SBY dan Mega masih banyak sebentuk tanya, belum banya analisis dan othak athik gathuk yang bisa mengulas dan mengupas. Apapun media katakan ya itu yang dianggap benar.

Bandingkan kini, analisis dari yang abal-abal hingga kaliber nasional dan internasional bisa menyajikan analisis dan othak athik gathuk mereka. Kan bisa benar, setengah benar, dan atau sebagian kecil saja yang benar.

Kondisi ini jelas susah untuk mengubah keadaan dari politik korban. Korban apa wong nyatanya memang ia gagal dan itu bukan karena orang lain, soal kapasitas yang memang tidak cukup mumpuni.

Politik cemar asal tenar. Ini juga yang didengung-dengungkan banyak pihak. Memang pernah sukses untuk Pilkada DKI. Toh beda konteks dan beda keadaan. Jakarta bukan soal cemar tenarnya Anies-sandi juga soal asal bukan Ahok.  Ini perlu dicermati.

Politik cemar asal tenar juga telah gagal diulang untuk Prabowo-Sandi. Bagaimana mereka melakukan kenaifan demi menarik  perhatian. Jakarta saja gagal, dan nasional juga. Artinya pola ini tidak akan lagi bisa menjadi andalan.

Pembicaraan dunia maya mungkin tinggi, namun sama sekali tidak berbanding lurus dengan fakta lapangan. Lalu lintas di dunia maya sangat mungkin adalah mesin atau akun-akun bodong, menit pembicaraan sangat tinggi, namun bukan nyata.

Pemilih itu makin cerdas. Jangan memandang bodoh orang lain apalagi massa, ketika kita sendiri yang tidak cerdas. Anies itu kapasitasnya memang bukan pemimpin, ia level konseptor, dan presiden tidak cukup hanya memiliki konsep yang narasi atau wacana muluk namun susah diaplikasikan.

Perbedaan mencolok dengan apa yang dilakukan dan dialami oleh SBY. Kondisi juga berbeda. Cukup jauh dan bahkan kecenderungan yang sama pun tidak cukup membantu. Menyenangkan banyak orang tidak ada pada Anies. Pun SBY tidak menciptakan musuh malah dilakukan Anies.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun