Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Makna Pelukan Paloh Mengindikasikan Kelemahan?

7 November 2019   10:12 Diperbarui: 7 November 2019   16:46 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh (kiri) berpelukan dengan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman usai menyampaikan hasil pertemuan tertutup kedua partai di DPP PKS, Jakarta, Rabu (30/10/2019). Pertemuan tersebut dalam rangka silaturahmi kebangsaan dan menjajaki kesamaan pandangan tentang kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/foc. (ANTARA FOTO/PUSPA PERWITASARI)

Tentu bukan berbicara sekularisme dalam berbangsa, namun sudah makin arif dan bijaksana dalam memilah dan memilih agama dan politik, menempatkan pada porsi yang berbeda.

Surya paloh yang biasa tegas, garang, dan berapi-api kini mulai surut apinya, semangatnya yang berkobar-kobar itu mulai redup. Ternyata mencari kekuatan dan bahan bakar baru, meninggalkan Jokowi dan mencari pada partai politik yang bernama PKS, dan pada sosok Anies Baswedan. Cukup aneh langkah yang dipilih. Mengapa?

Trend Jokowi masih naik, Anies stagnan bahkan cenderung  mundur. Jangan kira serangan bertubi-tubi akhir-akhir ini akan menjadi bahan bakar. Tidak. Kupasan ada pada artikel lain. Namun langkah ini blunder. Bola di tangan malah masuk gawang sendiri.

Pemilih tentu melihat dengan jelas seperti apa warna Nasdem di dalam berpolitik. Kemarin sempat naik karena reputasi sepanjang lima tahun benar-benar berbeda. Mengatakan mendukung dengan tanpa syarat dipertontonkan dengan apa adanya, dan benar demikian.

Hanya ketika usai mendapatkan kenaikan suara cukup baik, berubah dan lucunya total berubahnya.

Malah seperti berbalik arah dan menjadi begitu kasar, ketika mengancam demi kursi kabinet. Mirisnya orang yang ada di kabinet pun bukan menteri yang sukses dan gilang gemilang. Biasa saja, kalau terlalu kasar mengatakan layak dicopot juga sebenarnya.

Wajar orang itu kecewa, menjadi lungkrah dan loyo, namun ketika salah melangkah dan mencari penguat atau  penopang, ya sama dengan ibu rumah tangga sedang galau dan mencari teman yang mau mendengarkan curhatannya dan akhirnya malah hancur berantakan keluarganya.

Dua pilihan yang cukup tidak tepat telah diambil SP, dan itu hal yang sah-sah  saja sebagai politikus dan tinggal menunggu waktu bagaimana sikap pemilih akan menyikapi ini.

PKS dan memainkan dua kaki. Lucunya  tidak seluwes PKS atau Golkar, SP cenderung kasar dan vulgar banget malah. Langkahnya hanya mau menggertak satu pihak dengan pendekatan pada pihak lain. 

Hal itu kerasa dan mempermainkan pihak lain. sangat mungkin dibalas PKS bisa habis beneran, ingat PKS jauh lebih jago memainkan banyak kaki dan mereka selalu beruntung.

Mendekati Anies, representasi lawan sepadan Jokowi. Karena Prabowo sudah ada pada Jokowi. Mirisnya permainannya kasar lagi, membela bak babi buta, pada posisi Anies dan anggaran sedang ribet. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun