Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ninoy Karundeng di Antara Gagap Media dan Numpang Tenar

2 Oktober 2019   19:13 Diperbarui: 2 Oktober 2019   20:09 1362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ninoy Karundeng di Antara  Gagap Media dan Numpang Tenar

Kemarin, cukup riuh rendah dengan kisah rekan Kompasianer Ninoy Karundeng yang kena "kasus" dengan kelompok yang masih cukup gelap. Menjadi mendesak untuk diulas karena begitu banyaknya narasi berkembang, lha termasuk grup lingkungan Gereja, seperti grup RT atau RW begitulah, kog ikut-ikut menyebarkan salah satu video pencarian Ninoy, sedang media arus utama sudah menyatakan NK sudah pulang.

Keberadaan Ninoy baik sebagai Kompasianer atau pegiat medsos memang cukup tenar. Pembaca, pembintang, dan pembaginya cukup banyak. Di K-pun dulu demikian, lepas dari banyak pro dan kontra atas gaya penulisan, ataupun model  opininya yang kadang menyerempet lebay, toh pembacanya sangat tinggi, apalagi jika dibandingkan saya yang bukan siapa-siapa.

Ketika era pesan di K lebih menguasai, saat WA belum begitu masif, pernah NK meledek apakah saya berani menulis soal PKS. Dia paling senang menulis dan meremehkan PKS dengan bahasa cenderung merendahkan, pun Demokrat dan SBY. Ada kisah di balik penolakkannya mengakui presiden keenam itu.

Waktu itu, jagoan-jagoan politik di K sangat banyak. Dua kubu yang berseteru seru. Ada Kompasianer Daniel HT, Assaro Lahagu, Mike Reysent, Pebrianov, Suci Handayani, Cyrus Thomson, Elde, dan banyak lagi. Penguasa NT dan GT adalah penulis-penulis itu. Kubu berbeda Erwin Alwasir, ada Rahmat Koto, Sayed, Sartono, JJMJ, era-era pilpres 2014. Masih ada Pak Dhe Kartono dengan segala isunya. Ada pula Agung Soni, penulis-penulis politik yang juga datang meramaikan lapak komentar. Termasuk Gatot Swandito alias Ustad Gaza. Belakangan muncul Roy Kusumo dan lain-lain.

Saya belum apa-apa, dan mereka rata-rata sudah biru, pendatang baru yang belum tahu apa-apa, hanya mengikuti dan sambil ngiler, opininya keren dan bisa mengait-kaitkan banyak hal begitu. Jagad K ya politik. Malang melintang nama-nama itu.

Pilkada DKI mulai muncul pemain-pemain opini baru plus lama, masih ada Ken Hirai, Adyatmoko, YB, dan mulai pula menghilang seperti Mike Reysent, Sayed, Elde, JJMJ, dan banyak lagi. Sudah mulai tidak lagi ramai.

Jauh lebih lagi usai pilpres 2019, wajah-wajah baru dalam peta opini politik K, cenderung sangat-sangat baru, muka-muka lama tidak lagi menghiasi dominan. Dan tiba-tiba terdengar kasus NK. Ia memang berpindah di rumah sebelah usai pilkada DKI 2017, dan aktif di medsos.

Penulis opini politik memang akan cepat mendapatkan tempat di K ataupun media sosial, mengapa? Karena pasti ada pro dan kontra. Pendukung dan bukan pendukung, nah dari sini, jelas susah orang opini politik mendapatkan penghargaan K-nival sebagai favorit, karena pasti dukungan itu hanya sebagian.

Kembali pada kisah NK dengan kekerasan yang ia terima. Ini jelas karena opininya, namun siapa pelakunya masih jauh dari kepastian. Nah karena orang lingkungan, yang kemungkinannya sangat kecil tahu dengan lebih luas, dalam, dan  menyeluruh mengenai persoalan ini. Narasi  dan diskusi yang berkembang pun masih sangat sumir. Bisa siapa saja pelakuknya dan apa saja motivasinya.

Beberapa waktu ini sedang panas dan ramai mengenai isu busser dan keberadaan reporter media arus utama. Level Tempo saja sampai turun tangan membahas itu. Kondisi yang memang harus dialamai media konvensional.  Jadi di sini pun ada pihak yang ikut terusik atas pelaku NK.

Ada pula tudingan pada parpol yang pernah meradang karena postingannya. Toh sudah selesai dengan adanya "tekanan" dan pernyataannya dicabut, selesai, dan sangat kecil kemungkinan urusan parpol ini masih berlanjut.

Hari-hari itu, NK tidak menuding siapa-siapa seperti biasanya. Ia menulis normatif soal kelompok radikalis dan yang berkelindan di sana. Toh itu normal-normal saja.

Apalagi jika mendengarkan salah satu "wawancara" bahwa mereka yang ada pada posisi berlawanan dengan NK melihat file-file yang dinilai menghina kelompok "pewawancara", ini jelas masih sangat luas dan belum menunjukkan pihak secara spesifik.

Narasi yang berkembang adalah kelompok yang memang biasanya melakukan intimidasi pada pihak yang berbeda. Itu salah satu kemungkinan. Sangat mungkin juga bukan, ingat ini era medsos, era viral. Dan belum tentu demikian, ketika kelompok, konteks ini lingkungan Gereja saya, ikut heboh, karena memiliki pandangan politik yang sama mungkin, bisa berabe.

Atau tekanan agar opini politik bisa menjadi lebih terkendali? Ah ini bukan eranya Orba yang suka intimidasi dan menakut-nakuti. Memang hari-hari ini intimidasi dalam lapak komentar baik K ataupun medsos, banyak vampir, bangkit usai MK ketok palu lalu. Entah mereka mendapatkan paketan data dari siapa, mereka ktif lagi, dengan kekhasan memaki dan menuding ini itu, padahal dianya tidak lebih baik opini atau buah pikirnya.

Apakah akan menyurutkan nyali para penulis opini politik khususnya di media sosial? Hah tentu tidak, meskipun sebelum kisah NK ini ada ancaman bagi artis-artis medsos. Jika kini yang belum sekelas artis kena, apa juga menakutkan yang bukan siapa-siapa? Jelas tidak.

Jika teror itu menyiutkan nyali, jelas menanglah penerornya. Opini jawablah opini, bukan memaki, apalagi memukuli. Penumpang gelap yang membesar-besarkan dengan membagikan tanpa tahu persis keadaan juga wujud teror secara tidak langsung. Yang jelas sepanjang berdasar fakta, media arus utama sudah memberitakan, buat apa takut.

Menumpang tenar sangat mungkin oleh siapa saja, namun jalani saja bagian masing-masing, toh akan mendapatkan bagiannya sendiri, tidak akan salah porsi dari Yang Kuasa kog. Satu yang pasti perilaku biadab bukan untuk didiamkan, penegakan hukum itu sebuah keharusan.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun