Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengawasi Kinerja Pengawas Negara

4 September 2019   11:11 Diperbarui: 4 September 2019   17:05 1214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengapa teriakan rakyat untuk hukuman mati dan pemiskinan seolah tidak didengar? Karena mereka enggan kalau tali gantungan itu menjerat leher mereka sendiri.

Apa yang ditampilkan selama ini pun identik dengan produk itu. UU dan hasilnya sering dimentahkan dan dipatahkan MK karena juga adanya kepentingan yang lebih kuat. Miris jika berkaitan dengan pihak asing. Pasal titipan baik sadar atau bawah sadar kan mengerikan.

Kesadaran sebagai Pejabat Publik
Mereka sadar tetapi dalam konteks sebagai pejabat  yang menghendaki penghormatan, fasilitas, dan susah mengajak jabatan sebagai pengabdian. Memang tidak semua, ada juga yang baik. Nah optimisme si pejabat baik ini menjadi kekuatan di dalam pengharapan bukan malah pesimis dengan melihat yang buruk saja.

Kondisi sudah membaik, banyak yang kinerjanya bisa dirasakan, jadi kekuatan untuk tetap berharap lebih baik dari hari ke hari. Kemampuan juga baik dan berpendidikan.

Upaya apa untuk memperbaiki kondisi yang ada di atas?

Pendidikan politik dan pengabdian
Tugas partai politik sehingga para anggota dewan bekerja dengan sebaik-baiknya. Memang tidak ada di dunia ini lepas kepentingan, namun toh meminimalisir itu bisa. Upaya yang baik dan kehendak yang besar dari partai politik sangat memungkinkan.

Pengabdian jelas berkaitan dengan platform dan ideologi partai. Selama ini masih demikian lemah. penguatan ideologi tentu akan sangat membantu dan menjadikan kader itu benar-benar berkualitas. Ideologi jelas Pancasila dan agama yang ada di Indonesia, bukan semata label dan keindahan wacana semata.

Budaya malu dan penegakan hukum
Selama ini sangat lemah, bagaimana mereka tidak malu-malu menghianati sumpaah-janji jabatan, menghianati Pancasila dan agama. Merasa malu dan bersalah itu menjadi penting. Lagi-lagi ini adalah tugas partai.

Memecat dengan mudah, namun diterima di partai lain, menjadi elit lagi. Tidak punya malu dan malah seolah bangga, maling pindah yo tetap maling. Khianat yo akan mengulangi lagi dengan perilaku yang sama.

Penegakan hukum belum menjadi efek jera karena pola politik kutu loncat dan tidak tahu malu ini. penting digaungkan bahwa penjaga harus lebih bersih dari yang dijaga. Selama ini ke mana itu semua? Nyatanya sapu kotor belepotan pun menang lagi menang lagi.

Parpol lebih selektif dan tegas terhadap kader sehingga kinerjanya terukur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun