Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kala Fundamentalis Menelanjangi Diri Sendiri dalam Kisah Papua

29 Agustus 2019   09:33 Diperbarui: 29 Agustus 2019   09:41 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kala Fundamentlis Menelanjangi Diri Sendiri dalam Kisah Papua

Kisah Papua, bukan rusuh atau lebih ekstrem lagi tragedi Papua. Mengapa memilih kisah, ini sebuah cerita, sebuah kejadian yang tidak spontan, sebuah dongeng, dan  kisah yang ada upaya bentukan, kalau terlalu kasar jika mengatakan rekayasa.

Memang sudah cukup lama terjadi, toh ekses dari itu masih. Terbaru, kunjungan gubernur, bapaknya sendiri, sesepuhnya, ditolak. Artinya belum usai dengan semestinya. Bagus bahwa akar rumput, elit Jakarta, dan internasional sudah tidak ada lagi pernyataan yang memanaskan suasana.

Ada kemungkina OPM di sana, ada juga kemungkinan dunia internasional terlibat, mungkin juga kepentingan pengusaha baik nasional, lokal, ataupun regional ikut serta. Pun rakyat dengan segala dinamika khas Papua juga sangat mungkin terjadi.

Jadi, sangat mungkin, keadaan yang bisa saling menunggangi, dan saling tunggang langgang ketika ketahuan. Mengapa menyorot soal fundamentalis yang mau terlibat di sana?

Aksi yang katanya spontan itu akhirnya berkepanjangan melibatkan salah satunya ormas yang biasa melakukan aksi kekerasan, pemaksaan kehendak, dan melanggar hukum sebagai hal yang biasa. Merasa paling benar, dan tumben kali ini mengaku.

Keberadaan pakaian khas mereka, masih sangat mungkin itu sekadar "pakaian" dan bisa siapa saja yang mengenakan. Namun kemudian di dunia maya, orang atau akun yang memiliki afiliasi tertentu menggelorakan nada yang seirama.  Jika ada dua fakta yang beriringan tentu sulit mengatakan tidak cukup beralasan.

Lebih valid lagi, ketika ada rekaman bahwa mahasiswa Papua meminta perlindungan kepada ormas ini. Lucu dan  cukup tidak masuk akal, ketika Ahmadiyah saja yang sama-sama seagama dijadikan bahan kekerasan, apalagi ini, dan tidak lama terungkap bahwa itu adalah hanya rekayasa. Ada upaya membuat rekaman dan itu pun bukan mahasiswa lagi.

Lebih jelas lagi, ketika ada permintaan pembubaran banser di dalam tuntutan Papua. Logika dari mana coba ketika OPM kog meminta pembubaran Banser, terlalu jauh dari apa yang mungkin. Malah lebih membuktikan ada apa di sana dan apa yang sebenarnya terjadi.

Ketika panas-panasnya kejadian itu, ada pula ide menggeruduk dan mengepung istana dan mabes TNI. Logikanya adalah, OPM itu tertuduh yang sudah membunuh TNI, apa iya mereka mau susah-susah menyerahkan diri dengan cara demo ke istana dan mabes. Belum pernah ada model "perlawanan" OPM model  demikian. kaalau orang Jawa mengatakan, kutuk marani sunduk, ikan gabus mendatangi penusuk.

OPM menang posisi di tengah Papua menyiptakan kondisi tidak nyaman, mosok malah mau turun gunung ke kota, pusat lagi, untuk apa coba? Jauh lebih masuk akal, mereka menghubungi luar negeri untuk mempengaruhi dunia internasional dan menyuarakan itu di Barat. Toh sepi-sepi saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun