Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Seksinya MPR 2019 di Antara Keinginan Elit Feodal dan Visi Menuju Indonesia Maju

19 Agustus 2019   08:53 Diperbarui: 19 Agustus 2019   09:01 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sederhana, laporan harta kekayaan penyelenggara negara saja masih banyak yang abai kog. Padahal sederhana, jelas, gamblang, kalau memang uangnya berasal dari kinerja baik mengapa harus takut, itu saja bukan? Sangat sederhana saja ngelesnya minta ampun.

GBHN sangat mungkin, ada kolaborasi dengan presiden dan wakil presiden terpilih untuk menyusun garis-garis besar pembangunan negara. Bagaimana negara ini mau dibangun, jangan sampai nantinya ganti pemimpin semua dirombak. 

Pengalaman Jakarta sudah memberikan bukti nyata. Jangan sampai bahwa negara dijadikan ajang balas dendam oleh pemimpin hanya karena berbeda pandangan politik semata.

Jelas parameter yang dillihat sebagai presiden gagal atau berhasil. Dalam masa kampanye tidak akan bia pihak lain menyudutkan pemerintah dengan kata-kata, itu kan klaim, karena parameternya memang oleh si pemimpin itu. Jika ada GBHN sangat jelas tolok ukur melihat perkembangan berbangsa dan bernegara.

Penguatan posisi MPR bukan malah dengan menambah jumlah kursi pimpinan. Karena memang selama ini MPR tidak memiliki cukup visi di dalam tata negara bangsa ini. Semua berorientasi pada eksekutif semua. Kalau gagal menyeberang ke dewan, dan kosonglah majelis dari kualifikasi anak negeri terbaik. Kan miris.

Tema perayaan hari kemerdekaan bangsa Indonesia tahun ini sangat bagus, SDM Unggul  Menuju Indonesia Maju. SDM kita tidak kalah, hanya soal ketidakmauan bekerja keras, terlalu terninabobokan sekian lama. Penjajahan telah terusir dengan kemerdekaan, namun jiwa feodalisme masih kuat berakar.

Sistem feodal yang hanya mengakomodasi elit itu sangat kuat, apalagi Era Orba yang sangat militeristik, jelas tentara angkatan tertentu lagi yang akan menjadi apa. Ini juga feodal, jangan dikira hanya ala keraton. Ketika hanya memfasilitasi beberapa pihak, feodalisme sudah mengakar di sana. Perlu kesadaran bersama ini juga penyakit bangsa.

Gagap dalam banyak hal. Gumunan. Usai gumunan akan ikut-ikutan. Meniru tidak ada salahnya namun dengan inovasi dan pengembangan. Korea dan China maju pesat  karena meniru Jepang. 

Kita tidak kalah kog, namun sering elit ngamuk, ngambeg, lihat bagaimana perakit TV yang sempat dibui beberapa waktu lalu? Atau lihat di  jalan vespa sampah itu jalan karena kreatifitas. Bangsa ini tidak kering dengan itu semua.

Usai pembangunan infrastruktur, dalam arti usai bukan purna dan sudah selesai, usai tahap itu dilanjutkan dengan pembangunan SDM. Kreatifitas, lihat cara maling dan berkelit, berwacana itu luar biasa, namun bagaimana itu dibarengi untuk mau berkomitmen, setia akan konsensus, bukan hanya kepentingan sendiri dan kelompok.

Kelemahan untuk taat azas dan komiten menjadi masalah baru bangsa ini. Bagaimana bisa sekelas pemilu saja dinafikan karena yang diusung kalah. Hal ini jangan dianggap sepele dan sederhana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun