Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Abdul Somad, Beelzebul, dan Yesus

18 Agustus 2019   09:16 Diperbarui: 18 Agustus 2019   09:47 3788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kelompok kedua, yang meyakini, jangan beri panggung, biar saja menguap bersama sang waktu. Ini pun bisa diyakini argumennya juga benar, logis, dan berdasar. Mengapa harus meributkan apa yang tidak esensial, toh tidak mengubah iman dan keyakinan juga. Mengapa harus ribet dan ribut.

Dua, ada pula kelompok atau orang yang mengatakan KWI mana berani bersikap model demikian. Ini pun sangat bisa dipahami. Mengapa? 

Pemahaman sebagian orang, umat itu ada yang sumbu pendek juga. Menimbang dan menakar segala sisi bisa sangat mungkin kurang. Pokoke dan kudu, ketika pihak lain harus disidang ini juga. Apa iya adil itu demikian? Lihat pengalaman Petrus yang memotong telinga prajutit, malah oleh Yesus dikembalikan utuh bukan?

Tiga, ini bisa menjadi urusan panjang, politis, dan keamanan. Lihat apa yang akhir-akhir ini terjadi. ada pembubaran ormas yang ditengarai adalah kelompok Antipancasila. Namun tidak ada perlakuan lanjutan atas para pemimpin dan para simpatisan kelompok itu. mereka ini bisa bergerak, menghimpun kekuatan, mengumpulkan jaringan untuk menjadi kekuatan baru yang tidak terdekteksi.

Mereka biasa membuat isu dan menggunakan kesempatan dengan adanya pahlawan yang bisa menjadi senjata demi meraih kepentingan mereka. Dulu Ahok telah menjadi kesuksesan besar mereka di mana orang bisa berkumpul atas nama penistaan agama. Apakah semua yang ada di sana semua sama ide, gagasan, dan keinginannya? Tidak juga. Politik toh ada dan cukup kuat.

Beberapa kali toh telah terjadi  untuk mendapatkan momentum dan pahlawan itu. Ada  kisah kriminalisasi ulama, Antiislam, sudah gagal karena  penanganan yang baik dan proporsional. Kemudian ada kelanjutannya dengan rusuh Mei dengan narasi mati syahid dan usungan keranda. Ingat model Palestina dan Timur Tengah lain, politik keranda sering sukses menangguk simpati.

Kemarin, Enzo juga sudah mulai panas. Untung penyelesaian militer sangat cerdik dan cermat. Apa yang sudah memanas bisa teredam. Jika dikeluarkan, narasi pemerintah dzolim dan bisa jadi gerakan yang bak bola salju. Ini bisa sangat besar dampaknya. Apalagi barisan sakit hari yang masih belum menerima pilpres masih cukup kuat.

Ijtimak ulama yang berjilid-jilid toh narasinya juga bukan bangsa dan negara, namun itu-itu saja. Jika mereka diselesaikan dengan hukum, akan pasti narasi antiulama dan pemerintah otoriter akan didengungkan.  Kondisi bisa ke  mana-mana.

Nah ini, jangan abaikan konteks pencarian "pahlawan" ini. Sangat mungkin penumpang gelap ala Gerindra kini sedang bergentayangan mencari tebengan baru. Kondisi ini yang harus dipahami banyak pihak, sehingga bisa  berkepala dingin.

Empat, ini adalah pengajaran khusus, internal, dan malah bisa ke mana-mana. Menyasar penyebar dan yang merekam. Jangan sampai emosional mengabaikan yang rasional. Jangan memaksakan keadaan sebagaimana Buni Yani dan Ahok. Akan berbeda. Jauh berbeda. Kondisi memang masih demikian. Ini fakta meskipun sudah merdeka 74 tahun.

Lima, ke mana pengampunan yang kata Yesus sampai 70 kali tujuh kali itu? Ini justru yang jauh lebih penting dan mendasar. Penghinaan apalagi yang lebih hina dari pada salib?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun