Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok Jangan Jadikan Menteri, Ini Alasannya

17 Agustus 2019   19:07 Diperbarui: 17 Agustus 2019   19:10 1528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ahok Jangan Jadikan Menteri, Ini Alasannya

Beberapa waktu terakhir, banyak orang Pak Jokowi membawa Ahok dalam gerbong kabinetnya. Apalagi dalam waktu yang belum lama ini PDI-P telah menyatakan kalau dia adalah kader dari partai banteng moncong putih. Sangat mungkin dengan kapasitasnya.

Jaksa Agung Prasetyo juga pernah menyatakan kalau pidana Ahok soal penistaan agama tidak terbukti. Pernyataan yang membuat banyak pihak lagi-lagi optimis kalau Ahok akan bisa menjadi salah satu bagian dari kabinet Jokowi-KHMA nantinya.

Para pendukung Ahok mengelu-elukan dia bisa berposisi sebagai Mendagri, tentu dengan pertimbangan bahwa ia menjadi gubernur dan juga bupati dengan baik. Terobosannya bagi DKI jelas kelihatan. Siapa yang mau menyangkal silakan saja, asal jujur bukan berdasar ketidaksukaan semata. Bedakan kasus, mulut, dan kinerja.

Pemerintahan daerah baik di tangannya, lepas dari perkelahian dengan dewan, toh inovasi dan terobosannya memang bagus. Bagaimana ia bisa membangun banyak hal dengan cara yang luar biasa, tidak membebani APBD dan menangkal banyak kebocoran, banyak diharapkan mampu diterapkan jika jadi menteri. Alasan yang masuk akal.

Ada pula yang menghendaki dan percaya cocok kalau jadi Menteri BUMN atau ESDM. Alasan yang cukup mendasar, bagaimana dua kementrian bukan lagi basah, namun banjir uang. Ke mana uang itu, sering tidak ke negara, namun menjadi sapi perah bagi banyak pihak. Lagi-lagi "perkelahian" Ahok dengan banyak pihak sangat cocok untuk menjaga aset bangsa.

Keberanian menjaga kepercayaan bukan demi popularitas sangat mungkin menjadi kekuatan bagi para pendukung ide Ahok menjadi penjaga gawang kedua kementrian itu. Lagi-lagi alasan sangat logis, masuk akal, dan menjawab kegemasan dan kegeraman mayoritas anak bangsa ini yang disajikan kerugian BUMN dan ESDM yang masih saja begitu-begitu saja.

Alasan dan keinginan yang cukup beralasan dan bisa diterima nalar sehat. Namun ada beberapa hal yang patut dicermati,

Jika menjadi Mendagri  dan kemudian ada persoalan birokrasi dan pemerintahan dengan Pemrov Jakarta, apa yang akan terjadi? ia pernah mengatakan kalau mati di penjara pun ia tetap tidak dipercaya, malah akan dituduh masih  hidup dan lari ke Hong Kong atau China, nah bisa kan ke mana arahnya?

Balas dendam atas kekalahan pilkada. Narasi ini akan sangat mungkin terjadi. Malah merugikan,  bagi kedua belah pihak, termasuk pemerintahan secara umum. Meskipun profesional seperti apapun, toh sangat mungkin malah akan menjadi bumerang.

Lihat saja aksi Anies Baswedan yang ditegur secara tidak langsung soal kesukaan "plesiran" toh reaksinya pun ke personal Jokowi soal penguasaan bahasa asing. Padahal dalam  media sosial banyak tersebar penguasaan bahasa asing Jokowi tidak buruk, malah konon cara bertutur Anies hanya mengandalkan aksen, soal isi kalah.

Soal ini akan menjadi masalah berlarut-larut jika menempatkan Ahok pada posisi Mendagri, dan  orang yang mengalahkannya ada pada posisi yang memang menjadi kewenangannya. Diam saja jelas akan dianggap tidak becus. Bertindak jawaban dan narasi seperti itu tidak akan tinggal demikian saja.

ESDM dan BUMN jelas cocok dan bagus bagi Ahok dengan segala kinerja dan reputasinya. Namun perlu diingat, menghadapi mafia ala kantong semar, tidak akan bisa dengan gaya koboy Ahok. Grusa-grusu dan hantam krama, bisa membuat meradang. Mereka merapatkan barisan dan malah menyerang balik. Pengalaman almarhum Gus Dur dan tentu Ahok jangan lagi terulang.

Istilah Ahok kalau Jokowi itu menjerang katak atau kodok beda dengan dia yang langsung tembak, juah lebih tepat dan efektif? Mengapa? Karena mafia hampir semua lini telah menghiasi, mereka demikian kuat, demikian dominan, dan bisa membolak-balikan fakta dan keadaan. Dan itu mengerikan karena bisa menjadi senjata makan tuan.

Bijak dan cerdik memang porsi Jokowi dan Ahok masih perlu banyak belajar bersiasat agar tetap bisa melaju ke depan. Ini menjadi ponit penting dan krusial karena memang negeri ini masih  dikuasai maling tamak dan rakus. Pembersihan belum sepenuhnya sukses. Masih perlu waktu dan tenaga.

Mengapa Ahok tidak perlu jadi menteri?

Pertama, kelompok dan ormas  yang baru dibubarkan serta fundamentalis sedang mencari pahlawan yang bisa mendeskreditkan pemerintahan Jokowi-Makruf Amin. Apapun akan dilakukan, nah salah satunya adalah akan mengahokan untuk kedua kalinya. Ini sangat mengerikan bagi Ahok dan pemerintah serta negara.

Kedua, posisi Ahok yang menjadi seolah musuh dan penyakit masyarakat, membuatnya akan jadi bulan-bulannya lagi. Memang tidak ada kepentingan sestrategis kampanye pilkada atau pilpres, namun bisa saja menciptakan momentum dan akan ada mafia demi mafia yang dengan suka rela akan menggelontorkan kardus demi amannya mereka berkuasa dan leluasa seperti dulu lagi.

Ketiga, jelas ini bukan karena reputasi, rekam jejak, prestasi dan capaian, namun soal politis dan kebencian. Toh ada menteri dari etnis dan agama yang identik, dan capaiannya saja tidak moncer, toh tidak didemo. Artinya bukan soal agama atau etnis, namun soal sepak terjang, yang ternyata membuatnya malah terjungkal.

Jelas dan gamblang, politik itu belum  tentu yang terbaik, namun bagaimana kompromi bisa menjembatani yang kurang baik bisa diterima dalam semua pihak yang terlibat. Di sinilah tempat alam demokrasi yang masih level belajar menemukan tempat pendidikannya.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun