Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

PKS dan Peluangnya Beroposisi bagi Presiden 2024

8 Juli 2019   18:54 Diperbarui: 8 Juli 2019   18:59 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

PKS dan Peluangnya Beroposisi bagi Presiden 2024

Ledekan untuk partai satu ini, ketika mereka menyatakan diri sebagai oposisi adalah, karena mereka tidak ada yang mengajak. Mereka termasuk parpol yang sama sekali tidak ada pembicaraan untuk masuk dalam   kabinet, berbeda bahkan dengan pimpinan koalisi Gerindra, mereka cukup nyaring terdengar.

Akibat demokrasi adalah siapapun bisa menjadi apapun dan apapun keadaannya atas nama kebebasan bisa berdemokrasi. Namun perlu juga diingat kata Magnis Suseno SJ, di mana ia mengatakan demokrasi, pemilu itu bukan memilih yang terbaik namun menghambat si jahat berkuasa.

Perolehan PKS naik cukup besar, di tengah badai internal ala Fahri, Garbi, dan polah PKS lainnya. toh kampanye jauh-jauh hari dengan jualan #2019gantipresiden dengan segala polemiknya sukses membuat mereka berkibar dan cukup menjual.

Janji SIM dan STKN gratis, meskipun jauh dari realitas, toh cukup membantu. Sokongan dana yang konon karena kardus cukup membuat mereka nyaman dan memperoleh suara cukup banyak. Bandingkan partai lain, mereka bisa berleha-leha.

Memang pemilih mereka cenderung fanatis dan tidak mudah berpaling, dengan beberapa pendekatan suara bisa bertambah. Ini cukup lumayan di tengah mereka yang  tidak bisa optimal memperlihatkan taji prestasi, mereka mendapatkan tambahan pemilih. Apalagi badai korupsi mereda dan mereka cukup aman dari radar KPK.

Potensi beroposisi yang perlu diwaspadai.

Salah satu pegiat antipancasila desas-desusnya adalah partai ini, jangan sapai ketika memanfaatkan posisi oposisi dengan cerdik mereka mendapatkan simpati rakyat dan menjadi pemenang pemilu periode mendatang. Memang mereka tidak selihai PDI-P yang sukses sebagai oposisi dan mengantar Jokowi bisa melenggang dengan perjuangan untuk dua periode.

Oposisi cerdik dan cerdas bisa membawa banyak manfaat dan strategis untuk mendapatkan kursi "lowong" karena Jokowi sudah tidak lagi bisa maju menjadi kandidat lagi. Posisi identik 2014, dengan tanpa embel-embel prestasi, sangat mungkin PKS menjadi kuda hitam.

Mereka memang selama ini belum sukses mengemas, memoles calon luas biasa. Sebut saja menteri menjadi walikota juga tidak membawa gebrakan berarti seperti Nur Mahmudi. Ketua MPR nyalon gubernur kalah, bekas menteri nyalon gubernur kalah, gubernur dua periode seperti Ahmad Heryawan juga tidak ada apa-apanya jika dibandingkan banyak kader partai lain.

Anies Baswedan sebagai petualang politik sangat mungkin mendapatkan KTA dengan segera jika sangat memungkinkan. Reputasinya tidak akan banyak membantu karena sudah sejak awal menjadi gubernur tidak memberikan angin segar selain asal beda dengan pendahulunya. Kegagalan besar yang dideret oleh Anies.

Fahri sangat mungkin dengan reputasinya, pun belum banyak hal yang bisa menjanjikan ia sekaliber Prabowo, Sandi, AHY, atau Ridwan Kamil, Ganjar, dan  generasi ini. Ia perlu peruntungan di eksekutif dan gilang gemilang jika mau bersaing. Toh sangat tidak mudah untuk lima tahun ke depan.

Persoalan intern yang tidak solid membuat partai ini makin tidak bisa bersaing lebih dalam kontestasi eksekutif. Sudirman Said tidak bisa berbicara banyak di Jawa Tengah, kecuali ditengarai soal politik uang yang bisa memangkas selisih suara dengan Ganjar. Pun menjadi bagian ini BPN tidak banyak membantu, selain politik negatif yang tidak laku.

Ada nama Anies Mata, yang cukup menjanjikan pada periode lampau, toh terlalu lama menghilang dari hingar bingar politik nasional. Namanya sudah terlalu redup dan jauh dari jangkauan masa pemilih.

Sedikit bisa banyak berbicara sebenarnya TGB. Namun malah sudah beralih posisi dan itu membuat namanya tidak akan lagi semoncer awalnya, apalagi terkena noda namanya KPK. Dan itu susah pulih untuk tingkat pilpres. Mau mengemas macam apa, sudah susah kembali pada puncak popularitas dan keterpilihan.

Harapan Sandi dan Anies saja yang sangat mungkin diberikan tiket TKA dan membangun jaringan sejak sekarang. Akar rumput mereka kuat dan solid. Namun beberapa hal sudah susah membuat mereka bergerak lebih jauh.

Minimalis malum paling-paling akan tetap memaksakan Prabowo untuk menjadi lagi-lagi jagoan. Namun soal usia dan kesehatan tetap tidak bisa diingkari. Berkaca dari Mahatir toh tidak bisa juga.

Pertama, kondisi ke depan, poolitik ala identitas yang demikian kental mereka gawangi makin luntur. Gerakan mereka yang berbasis agama dan segmennya berbeda dengan basis massa cukup sulit untuk tetap memaksakan diri. Pilkada Jakarta kecelakaan saja sebagai klaim adalah semu, tidak bisa serta merta demikian. Pilkada Jateng dan  pilpres 2019 jelas kaca paling pas untuk mereka.

Dua, kelompok dna partai nasionalis tetap yang menjadi harapan hidup berbangsa dan bernegara. Pemilu 2019 menunjukkan arah yang cukup berbeda dengan arah dan pola politik PKS.

Tiga, pluralisme mulai menjadi kesadaran bersama bahwa itu adalah jiwa bangsa ini. Makin  hari makin kuat untuk kembali pada jati diri yang Nusantara bukan sektarian sebagaimana arah yang biasa PKS lakukan.

Kesempatan itu ada, namun bahwa ada pula hambatan dan kesempatan itu kog tidak cukup kuat untuk itu. 2024 akan ramai dan semoga tidak seliar kali ini.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun