Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Sosok Pembeda Hasil Akhir Jokowi-Prabowo

7 Juli 2019   08:47 Diperbarui: 7 Juli 2019   08:53 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sosok Pembeda Hasil Akhir Jokowi-Prabowo

Pemilu sudah usai, tinggal menunggu pelantikan baik untuk pileg ataupun untuk pilpres. KPU sudah mengumumpkan hasilnya, upaya apapun sudah dilakukan dan pada akhirnya hasil sudah final. Tinggal menantikan sahnya semata. Toh masih berseliweran rasa tidak puas atau terima, wajar saja.

Masa prakampanye, kampanye, dan usai penghitungan orang masih hiruk pikuk dengan berbagai pemicaraan khususnya pemilihan presiden. Sangat menarik karena kontestannya identik, hanya bergangi cawapres, dan itu pun tidak demikian signifikan melahirkan dikotomi dan kontestasi yang seketat pada calon RI-1-nya. Dua periode dengan orang yang sama, pemilih cenderung fanatis dan susah beralih.

Hanya ada sangat sempit kemungkinan mendapatkan perubahan pemilih dari pemilih mengambang dan itu perlu kejelian untuk menentukan posisi wakil. Suara Prabowo dan Jokowi relatif tidak berubah, sangat mungkin terjadi fluktuasi aliran pemilih ketika calon wakil yang dibawa bisa dimainkan unsur-unsur yang sejak lama telah dipertontonkan apa yang akan terjadi.

Kalau bicara prestasi dan kinerja toh Jokowi akan mudah memenangkan pemilihan presiden, toh tidak demikian to. Pun jika berbicara kesuksesan militer Prabowo juga akan mudah mendapatkan kemenangan. Nyatanya sengit hingga MK juga.

Penentuan krusial pada pemilihan sosok bakal calon wapres, dan itu sampai akhirnya saling menunggu dan saling intai siapa mau dibawa siapa dan siapa mau dijadikan pasangan. Hingga detik akhir itu sangat menentukan. Posisi militer, tua atau muda, profesional atau politikus itu menentukan. Dan benar posisi itu yang memberikan pembeda dan cukup telak.

Pembeda itu ada pada posisi cawapres dan sekarang wapres terpilih Makruf Amin. Mengapa menjadi pembeda?

Pertama, semua paham permainan politik Gerindra-PKS yang sejak awal solid dalam kebersamaan itu politik identitas dan politik agamis. Tudingan antiagama, antiulama, kriminalisasi ulama, menjadi narasi yang kebetulan dilakukan kelompok yang ada pada mereka. Mengambil MA menjadi sudut yang sangat sempit untuk bisa dijadikan bahan kampanye lebih jauh.

Narasi anti ini dan itu yang berkaitan dengan agama bisa berkurang banyak meskipun masih saja bisa memaksakan narasi itu. Dan itu jelas tidak cukup signifikan untuk membangun narasi mendapatkan hasil yang cukup membantu memperoleh suara.

Kedua, posisi KHMA yang masih bebas, sangat mungkin juga bergabung dengan Prabowo yang juga belum menentukan calon pasangannya. Hal yang sangat mungkin dan terbuka karena asal partai politiknya pun tidak demikian kental dan sudah bagian masa lalu. Tidak ada alasan dan persoalan yang menghambat psikologis untuk berdiri pada posisi manapun.

Ketiga, jangan baper dan sensi, jernih berwacana, ketika KHMA ada pada posisi bersama Prabowo, sangat mungkin narasi antiulama itu bisa demikian besar, masif, dan menggelora, pemilu usai secara dini. Posisi krusial yang dipiilih Jokowi ini sangat cerdik, "menyingkirkan" nasionalis-rasionalis" Mahfud MD pun bukan penghambat luar biasa. Kisah berbeda jika kedua posisi dibalik.

Keempat, karena ulama sudah diambil Jokowi, Prabowo sudah kehabisan potensi mengeruk pemilih dari kalangan agamis, pilihan paling mungkin yang memiliki dana cukup melimpah, dan ada pada Sandi. Tidak cukup buruk, namun tidak cukup pula signifikan untuk menyaingi keberadaan Makruf Amin.

Kelima, politik itu bukan terbaik dan ideal, namun kepentingan dan kompromi keadaan dan situasi terkini. Situasi dan kondisi terkini, jadi satu atau dua bulan, apalagi tahun sudah berbeda. Sering orang gagal paham melihat pilihan politik yang melihat hitam dan putih semata. Jawaban politik itu yang kondisi saat itu, bukan kondisi idealnya.

Keenam, waktu yang tepat dan orang yang tepat. Penetapan KHMA itu Prabowo menunggu siapa yang akan dijadikan wakil oleh Jokowi, dan Jokowi mendahului bukan menunggu juga. Keberanian yang membuat kekacauan dari kubu Prabowo, bukan sebaliknya. Ini feeling politik yang memang tidak banyak politikus miliki.

Ketujuh, beberapa kelompok yang merasa kecewa karena mengapa KHMA bukan yang lain, bisa dijelaskan dengan baik sepanjang masa kampanye. Pemilih Jokowi rasional, bisa berpikir, dan itu yang dimanfaatkan dengan baik dan mengenal pemilihnya memang. Tugas yang bisa dilakukan oleh seluruh elemen.

Kedelapan, suka atau tidak, bangsa ini sedang dilanda mabuk agama. Apa-apa agama, apa-apa agama, dikit menodai agama, dikit-dikit pelecehan agama, padahal jauh dari apa yang sebenarnya terjadi. Nah dengan memilih tokoh agama, harapan untuk menempatkan agama pada proporsinya menjadi cukup terbuka.

Hal yang dibaca juga oleh pemilih rasional dan itu sangat membantu. Harapan untuk menjadi negara besar berdasar Pancasila kembali menguat dan ada secercah harapan untuk era hidup damai dengan keberagaman itu terbuka lagi.

Pesimisme seolah mau menjadi Suriah, Afganistan, Libya mulai emnyingkir. Nah kini apakah mau menjadi seperti negara-negara itu, atau menjadi negara besar yang sesungguhnya untuk bersama-sama membangun negeri ini. Pilihan ada pada seluruh bangsa, bukan hanya pemerintah semata.

Bangsa besar ini berjalan pada rel yang benar, hanya perlu menunggu para anak bangsa bergerak selaras dengan kebesaran bangsa bukan malah menjadi perongrong demi kepentingan sendiri, kelompok, dan sesaat saja. Pilihan sudah mendapatkan pengesahan, dan saatnya pembangunan.

Pesta sudah usai, kembali pada rutinitas harian. Elit berebut kursi dan rakyat kembali melakoni tugas dan kewajibannya.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun