Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Layat Telat Molitik Prabowo, Politik Senyap Jokowi, dan Nikita Mirzanian

3 Juni 2019   18:21 Diperbarui: 3 Juni 2019   19:33 1298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Cukup mencengangkan apa yang Prabowo ungkapkan usai layat telat, menjawab insan pers ia mengatakan dukungan moral bagi Pak SBY dan mengenai Ibu Ani dan keluarga. Satu yang disayangkan langsung oleh Pak Beye, adalah ungkapan kalau almarhum memilih Prabowo dalam dua periode pilpres.

Reaksi langsung Pak Beye jelas wajar, bagus, dan penting. Ini soal Prabowo yang memang tidak bisa mengerem apa yang ada di dalam otaknya langsung saja los, dol tanpa kendali, di mana ketika apa yang ada dalam benaknya semua dikatakan, mau menyinggung, pantas atau tidak, ya dikatakan. Miris sebenarnya.

Sangat tidak elok jika mengaitkan soal melayat ini dengan politik, namun toh sangat kentara bagaimana kubu Jokowi mendapatkan banyak point dan simpati, dibandingkan Prabowo dan kawan-kawan. Ini hanya salah satu hal semata. Hal lainnya pun demikian.

Usai pemilu, politik senyap dilakukan Jokowi dengan jajaran dengan sangat lihai, jangan konotasikan senyap ini denga meleyapkan rival diam-diam, namun politik diplomasi yang sangat berkelas terus dilakukan. Satu demi satu kekuatan rival yang ugal-ugalan dipatahkan, bukan dengan kekerasan, pemaksaan, dan juga perilaku politik tidak elok lainnya. kehadiran para rival di pilpres lalu jelas kekuatan yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

Tudingan demi tudingan yang sangat keras, kasar, dan cenderung arogan dijawab dengan baik dan relatif tepat, sehingga tidak menimbulkan kisruh yang berkepanjangan. Ada anggapan pemenang serasa kelompok kalah, namun demi negeri, pilihan itu bagus dan penting. Kekerasan tidak dihadapi dengan cara yang sama.

Reaksi juga terukur, tidak semua hal lantas dijawab sehingga menjadi polemik, namun konteks-konteks tertentu Jokowi juga menjawab. Contoh mengenai tudingan pemilu paling buruk dan MK majelis kalkulator, reaksinya juga hanya normatif, jangan suka merendahkan lembaga negara. Tidak berkepanjangan.

Penanganan ujaran kebencian, makar, dan perilaku buruk ekses pemilu pun relatif senyap. Satu demi satu diurus dan aneka reaksi yang ada, ada yang mengungsi ke luar negeri, berkilah dan memuji polisi, dan juga ada yang diam seribu bahasa di balik bui. Itu bukan orang sembarangan lagi.

Mengenai dana di Bank Swis termasuk dugaan kekayaan Cendana yang melalui proses panjang pun diam-diam saja melakukannya. Jalan sunyi ditempuh tidak perlu riuh rendah dan pada saatnya bisa terjadi kerjasama yang baik dengan otoritas di Swis. Bayangkan saja jika pemimpin banyak omong, apa yang akan terjadi? Belum tentu ada hasilnya.

Politik ugal-ugalan Prabowo. Sejak lama perilaku ugal-ugalan Prabowo  ini dilakukan. Apalagi selama masa kampanye. Usai pilpres pun kubu mereka jauh lebih ugal-ugalan, bagaimana tidak, menuding MK sebagai majelis kalkulator, jalur MK adalah sia-sia, people power, pp enteng-entengan, kecurangan, pemilu paling buruk sepanjang sejarah republik, dan sebagainya dan sebagainya.

Hal-hal itu merupakan sebuah upaya tidak menerima kekalahan semata. Logika singkat saja, ke mana klaim 55% menjadi 62% kog hilang menguap dan hanya 44%? Karena toh mereka juga tidak melakukan apa-apa selama kampanye, selain ugal-ugalan mencela pemerintah. Jaminan untuk dipilih nol besar.

Dugaan ide referendum pun berhembus, eh kog tokoh-tokohnya masih sajaberkelindan dengan yang sama. Lagi-lagi hanya upaya untuk meraup kekuasaan. Berkaitan dengan pihak lain sangat mungkin, toh bukan bagian artikel ini.  Namun bahwa mereka memilih politik riuh rendah, ramai, dan heboh, namun sunyi dari esensi.

Dua kubu dengan polarisasi yang demikian ketat, melahirkan gaya berpolitik Nikita Mirzani. Siapa dia banyak yang paham, artis yang sangat biasa, bukan papan atas dalam banyak hal, lebih cenderung heboh dan kontrovesial dalam banyak hal. Keluarga, peran, cara berpakaian, dan lainnya lagi. Satu yang menggelitik cara menyikat politikus cukup unik, dan langsung diam.

Tidak tanggung-tanggung, Fadli Zon ia buat mati kutu, akhir tahun lalu dinyatakan 2-0 skor Nikita vs Fadli, ketika biasa Fadli ribut soal pertemuan ekonomi di Bali. Nikita mengatakan  pekerjaan pimpinan dewan nol besar dan takut menghadapi polisi tidak seperti dirinya.

Eh baru-baru ini diledek lagi soal wajah Fadli yang ngempet kawin lagi tapi takut istri. Hal senada dinyatakan untuk Titik Soeharto yang ia katakan janda yang kurang mainan, beda dengan dirinya yang meskipun cerai lagi toh nikah tiga kali.

Apa yang disampaikan cukup mengibur, di mana kebekuan kubu yang tentunya menjaga ini dan itu, dipecahkan oleh NM dengan celotehnya yang biasa berkaitan dengan seksualitas, yang sangat mudah menjadi viral. Sangat natural, paling kuno ya ledekan seksual, dan itu wajar-wajar saja.

Mengapa menjadi menarik? Baik Fadli atau Titik sangat tidak berdaya mau menjawab serba salah, mereka jelas tidak akan menganggap NM selevel, dibiarkan juga susah karena jadi bahan olok-olokan. Akan berbeda jika yang beceloteh politikus, seperti Riek misalnya, atau Puan. Ini malah membuat serba repot bagi mereka.

Apa yang disampaikan memang normatif benar demikian, apalagi NM berani menghadapi penegak hukum. Pernah di dalam sel, jadi bisa menghina FZ yang ngoceh soal penjara yang sempit. Apa yang dinyatakan untuk Titik juga apa yang ia alami, dan itu diterapkan bagi Titik. Mau menjawab apa coba? Serba salah.

Apa yang terjadi dimanfaatkan dengan baik oleh kubu PDI-P ketika Fadli meledek Jokowi Petruk jadi Ratu, mereka mendelegasikan NM saja yang menjawab. Artinya, FZ bukan level elit mereka yang perlu menjawab, wong nyatanya apa yang dikatakan NM pun ia tidak mampu menjawab dengan baik.

Sikap yang cukup menghibur di tengah keriuhan dan kengototan sejumlah pihak, dan toh membuat elit yang kena sentil diam dalam waktu yang cukup lama. Menghadapi kebodohan dengan cara yang murah meriah saja tidak ada salahnya, toh manjur dan bagus juga.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun