Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Perpanjangan Izin FPI dan Tabiat Birokrasi

11 Mei 2019   08:17 Diperbarui: 12 Mei 2019   10:20 2457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Massa Front Pembela Islam melakukan longmarch dari Masjid Al-Azhar menuju ke Mabes Polri di Jakarta Selatan, Senin (16/1/2017). | (Foto: KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG)

Sejak beberapa hari, banyak ajakan untuk mengisi petisi pihak yang terkait tidak memberikan perpanjangan izin ormas FPI.  Melalui surel, atau jaringan perbincangan berbagai grup memberikan link tersebut. Jawaban jelas ikut dan beberapa ajakan saya tawarkan dan memperoleh sambutan baik.

Di kemudian hari, petisi tandingan juga ada, di mana dukungan untuk memperpanjang izin ormas itu  yang hampir selesai. Toh mau petisi yang menolak perpanjangan atau penghentian itu tidak ada dampak yang pasti, karena ada di tangan yang berwenang, bukan petisi.

Petisi sebentuk dukungan moral saja, dan menyuarakan sebagian suara rakyat, mengapa sebagian? Toh itu warga yang melek internet, yang tidak toh masih banyak. Pun yang peduli dan tidak peduli juga banyak. Paling tidak menjadi salah satu pertimbangan untuk pihak yang terkait mengaji mau memberikan izin atau tidak keberadaan ormas satu ini.

Beberapa hal  yang patut dilihat lebih lanjut adalah sebagai berikut;

Ormas satu ini pedomannya pokoke, di mana falsafah mereka pokoke, apapun asal bagi mereka benar, pihak lain menilai buruk, mana duli, laju terus, dan itu sering juga menabrak hukum positif. Lucu dan anehnya memaksakan "hukum" mereka, biasanya dengan dalih atas nama agama, namun pihak-pihak yang seagamapun menolak dan menilai berbeda.

Lebih cenderung falsafah pokok e, di mana tampilan yang sering tidak sesuai dengan apa yang dilakukan. Contoh mengatasnamakan agama, namun perilakunya bertentangan dengan agama. Mengatakan kegiatan keagamaan, toh isinya politik caci maki pemerintah yang tidak disukai.

 Arogansi, berkaitan dengan pedoman pokoke, perilaku mereka dalam banyak aksi adalah arogansi. Kekerasan verbal dan fisik sering dilakukan. Pemukulan dan perusakan bukan barang baru. Palagi beberapa waktu lalu, persekusi, pengeroyokan, dan aksi-aksi sepihak biasa mereka lakukan, ketika merasa tersinggung, ada ungkapan yang mereka nilai membuat mereka marah, langsung saja didatangi dan dipukuli.

Ketika melakukan aksi pun mereka biasa menutup jalan, menghambat kepentingan umum, dan merasa benar. Ini masalah yang erlu dibenahi, bukan soal ormasnya saja, namun juga aparat penegak hukumnya. Keduanya harus sinergi.

Pengggunaan atribut dan istilah agama, hal yang membuat bias dan orang jadi cenderung segan, termasuk aparat penegak hukum. Ketika ada perlawanan akan dinyatakan sebagai menghina agama, melawan umat, melecehkan agama, dan seterusnya-seterusnya. Ini masalah besar dan ribet dalam hidup bersama. Serba salah, tidak ditertibkan melanggar hukum, ditertibkan bisa jadi bumerang.

"Jangan sampai hanya normatif adminsitratif izin semata, namun juga ada pengawasan dan penindakan jika memang melanggar hukum." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun