Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Debat dan Eks-DAESH-ISIS serta Keamanan Nasional

1 April 2019   05:57 Diperbarui: 1 April 2019   06:03 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Satu yang paling berkaitan dengan debat keempat ini soal eks-Daesh atau ISIS yang mulai kehilangan harapan. Tidak sedikit itu melibatkan warga negara Indonesia yang pernah berharap surga dalam multi dimensinya, kini punah harapan itu dan hendak ke mana selanjuntnya.

Tema debat ke-empat jelas berkaitan erat dalam salah satunya peristiwa, keberadaan, dan posisi warna negara yang dulunya merasa Indonesia itu kesalahan, kini entah mau ke mana mereka. Simalakama juga, ketika banyak pihak menjadi begitu beringas bereaksi.

Hal yang wajar karena perilaku mereka ketika berjaya pun demikian kejam, keji, dan, tidak kenal belas kasihan. Maka ada rekan yang sampai mengatakan jemput saja tidak sampai masuk ke Indonesia dan didor di sana.

Ideologi dan Pancasila

Jelas bagaimana ideologi yang diyakini oleh para penganut aliran Daesh ini berbeda dengan dasar negara ini. Pancasila yang hendak ia tinggalkan dan memuja yang berbeda. Bayangkan saja jika memang tidak memusuhi Pancasila tentu masih akan tetap menjadi warga negara Indonesia sebagaimana warga bangsa yang lain. Masih ikut  berjuang bagi bangsa dan negara lain, tentunya juga ideologi yang berbeda.

Beberapa bahkan dengan bangga mempertontonkan meereka merusak passport, tanda bahwa mereka adalah warga negara Indonesia. Simbol atas penolakan terhadap bangsa sendiri dengan diikiuti sumpah setia  pada DAESH. Benar-benar penghancur.  Secara publik mereka sudah memilih meninggalkan kebangsaan Indonesia dan memilih ideologi dan cita-cita bangsa lain.

Kini, ketika impian surga itu hilang, apa yang terjadi? Mereka jelas bukan warga bangsa Suriah, dan sangat mungkin mereka dinilai adalah bagian dari pemberontak, teroris, dan sejenisnya. Rumit jadinya.

Penanaman ideologis mereka dengan cara cuci otak, indoktrinasi dengan sangat keras bahwa ideologi yang  mereka ikut palig benar, ini termasuk anak-anak dan remaja. Plus kekerasan dengan belajar persenjataan selalu siap perang. Dampak psikologis dan kejiwaan mereka jelas sangat luar biasa berat dan parahnya. Selain secara ideologis, kekerasan, dan juga indikasi bahwa mereka anak diluar keluarga yang normal, ini bukan persoalan sederhana.

Keamanan dan Pertahanan Negara

Susah membayangkan bangsa ini harus menghiudpi anak separo kandung ini dengan  sama sebagaimana warga negara yang lain. Mengapa separo kanding? Karena ada di antara anak-anak itu hasil perkawinan paksa dengan milisi lain dari berbagai negara. Kondisi sangat rumit.

Potensi keamanan riskan lainnya adalah soal kedatangan mereka yang memiliki bibit pemahaman agama yang berbeda, pemahaman politik keamanan berbeda, dan bahkan pemahaman soal sosial pun berlainan. Apakah dengan mudah "melunturkan" pengajaran, indoktrinasi, dan penanaman ideologi, budaya kekerasan, dan  belum jaminan mereka itu mau berubah juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun