Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hashim dan Kapitalisme dalam Politik Pragmatis

5 Februari 2019   16:49 Diperbarui: 5 Februari 2019   16:59 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selama ini, koalisi 02 identik kebersamaan dengan FPI dan kecenderungan HTI pun lebih dekat. Tiba-tiba, tanpa angin, tanpa badai menyatakan kalau mereka membuka kesempatan kepada anak cucu PKI, asal sudah bertobat dan berubah. Cukup aneh dan luar biasa lucu sebenarnya, bagaimana perilaku selama ini.

Salah satu komentar dalam artikel Nasakom ala Hasjim dari Prof. Felix Tani cukup menarik dan patut dilihat lagi, melihat latar belakang adik capres ini adalah seorang pengusaha.

Tentu sah saja pengusaha atau apa saja menjadi politikus. Namun sikap dalam menjalani itu menjadi pembeda. Pengusaha yang kental akan karya sosialnya juga ada. Ada pula yang cenderung mengejar keuntungan alias kapitalis tulen.

Sebentuk pragmatisme dalam berpolitik jelas menggunakan segala cara untuk mendapatkan pemilih. Apapun dilakukan dan ditempuh, asal mendapatkan dukungan dan mereka memilih. Salah satunya jelas kedekatan dengan kelompok yang sudah dibubarkan dengan resmi sebagai ormas yang tidak cocok dengan jiwa bangsa.

Pembelaan dan kebersamaan dengan HTI juga tidak bisa disangkal lagi. Cukup kuat dan memiliki kemungkinan bahwa mereka memiliki kepentingan yang sama. Saling berkepentingan dan bisa saling memanfaatkan. Kepentingan yang bisa ada irisan dan mungkin bisa saling menguntungkan, ketemu di sana.

Apa yang dianut oleh Hashim ini, tentu tidak lepas dari koalisi 02 yang di dalamnya adalah Hasjim dan kerabatnya yang menjadi sentral pergerakan mereka. Sangat mungkin bahwa selama ini isu yang berkembang namun terlupakan soal isu kardus itu ada benarnya.

Bagaimana mungkin orang dan partai yang dituding itu toh diam saja. Mana ada sih di Indonesia tidak menerima diam saja? Lha menerima dan salah saja berteriak-teriak. Tuh lihat  perilaku Ahmad Dani dan Buni Yani memberikan indikasi dan bukti itu.

Pragmatisme di dalam berpolitik. Apapun dilakukan yang pentin menguntungkan.

Bagaimana mereka mengulang-ulang kisah Ahmad Dani yang di penjara. Mulai memperkarakan mengapa langsung ditahan, dinyatakan sebagai pahlawan demokrasi, dan seterusnya. Kunjungan beruntun dari kolega mereka, dari Sandi, Amien, dan ada yang ngamuk seperti Lius, ini jelas ada perencanaan bukan hanya terjadi begitu saja.

Sebenarnya sudah diawali dengan kegagalan kisah ratu hoax, yang kini menjadi musuh utama mereka selain Jokowi nampaknya. Mana mereka mau membezuk, merasa kenal pun, tidak.  Coba jika berhasil kabur ke luar negeri, atau tidak ketahuan boroknya kalau itu oplas. Jangan tanya lagi, bisa ada demo berjilid-jilid.

Penegakan hukum Buni pun dipanjang kali lebarkan dengan berbagai-bagai dalih. Urusan tempat saja ribut. Padahal dengan kisah yang sama Ahok berperilaku berbeda jauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun