Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Revolusi Moral Amien Rais dan Revolusi Mental Jokowi

16 Januari 2019   09:04 Diperbarui: 16 Januari 2019   09:22 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kedua revolusi ini sejatinya bisa seiring sejalan, jika saja lepas kepentingan dan politik. Usai mentalnya diperbaiki dan dikembangkan, kemudian ada revolusi moralnya, sehingga mental dan moralnya baik semua. Kualitas tanpa tanding bukan? Dan jaminan kemajuan dalam banyak bidang yang menggembirakan sebagai bangsa dan negara.

Mental itu berkaitan dengan batin dan watak, dan memang perbaikan itu mendesak, di mana sering  kemajuan bangsa ini terhambat karena sikap mental yang buruk. Sikap-sikap batin yang dulunya jadi kekuatan bangsa ini malah sudah luntur dan berubah. Lebih banyak orang yang suka menebarkan kecemasan, ketakutan, dan fitnah.

Dulu, era sebelum reformasi masalah pokok bangsa ini  berkisar pada KKN, dan itu juga belum banyak perubahan yang semestinya. Perbaikan memang sudah diupayakan, namun masih banyak penghambat, di mana para pelakunya adalah orang-orang yang seharusnya menjadi pemimpin perbaikan dan perubahan itu.

Mereka yang seharusnya jadi pelopor perubahan, malah menghambat karena mereka terganggu kebiasaan dan kepentingannya. Jika berbicara salah satu masalah ada lambannya birokrasi, dan itu juga paling susah dibenahi. Perlawanan dari kelompok mapan dan nyaman.

Moral bisa dipahami sebagai pertimbangan mana yang baik, buruk, dan tidak bernilai secara moral. Contoh, jika  makan apel tanpa dikupas ataupun dikupas itu tidak ada nilai moralnya, baik atau tidak baik, benar atau salah. Tidak masalah mau dimakan begitu saja atau dikupas. Tidak ada yang lebih baik atau kurang baik.

Penilaian dan sikap moral yang baik jika itu tidak dilakukan adalah salah dan buruk, belum tentu berkaitan dengan melanggar hukum lho. Lebih dalam ini  ranah etis, pantas atau tidak. Sederhana saja, bagaimana di angkutan umum, ada nenek-nenek tidak mendapatkan tempat duduk, padahal ada anak muda, gagah, dan cukup mampu berdiri, malah pura-pura tidur. Ini tidak melanggar hukum, namun tidak patut dan tidak pantas. Penilaian moral ada di sini. Jelas penilaian moral baik dan buruk dari contoh tersebut.

Patut dilihat, apa yang disampaikan "penggagas" revolusi moral ini. Apakah perilakunya sudah mencerminkan pilihan moral yang baik dan bernilai moral terpuji, atau malah sebaliknya? Mengapa menjadi penting? Karena ranah moral dan etis itu bisa saja lepas dari jerat hukum, karena memang lebih memberikan ranah susila dan normal, yang cenderung bebas dari jerat hukum positif. Namun jangan lupa, ranah etis kadang lebih berat karena sanksi sosial yang terjadi. Ada pula ranah etis itu dengan pemberian tuntutan hukum. Seperti pejabat negara yang melanggar kode etik itu masuk ranah moral, etis, sekaligus juga pidana.

Bagaimana jika orang yang bisa seenaknya berbicara ngawur, menuding tanpa bukti, menuduh pemerintah seenaknya sendiri, ketika ditelisik ebih jauh ternyata kebohongan, bahkan unsur fitah pun masuk. Eh tanpa malu hanya cengengesan, ngeles ke mana-mana, tidak merasa bersalah, merasa tidak melanggar hukum lagi. Ingat inilah ranah revolusi moral.

Beberapa sikap moral yang baik,

Bertanggung jawab. Sikap di  mana melakukan tindakan, pilihan, itu akan  ada konsekuensinya. Bagaimana bisa jika, melakukan tuduhan yang ternyata tidak benar, kemudian malah menuding pihak lain sebagai pelaku kesalahan lain. Ingat kisah ketika ramai hoax Ratna Sarumpaet. Tudingan pemerintah melakukan kekerasan, ketika dipanggil polisi mengancam akan membeberkan pelaku mega korupsi, dan ternyata tidak ada juga.

Konsisten terhadap pilihan dan pernyataan. Moral yang baik, akan konsisten terhadap sikap, pernyataan, dan pilihannya. Lihat dan kembali buka-buka file, simpanan terhadap pernyataannya. Bagaimana bisa seorang penggagas revolusi moral namun menjadi moralnya sendiri saja kacau. Dua saja contoh konkret, janji jalan Jakarta-Jokja yang fenomenal itu dan soal Prabowo. Tidak perlu dikupas, toh semua paham.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun