Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Membaca Arah Politik Gatot Nurmantyo

14 Januari 2019   10:37 Diperbarui: 14 Januari 2019   11:04 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa hari lalu, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, meminta BPN koalisi 02 menurunkan gambarnya yang dipajang dengan paslon mereka. Cukup menarik apa yang ditampilkan ini, ketika beberapa isu utama mereka sama, namun ada gambar yang dipakai ia tidak mau. Ada klaim sepihak yang tentunya bermakna politis, karena ini adalah kegiatan politik.

Melalui media, jelas bahwa Gatot mau menunjukkan secara luas posisinya hingga saat ini tidak ada di dalam koalisi 02 secara serius, resmi, dan itu dibuktikan dengan penolakannya photonya dipakai untuk kampanye. Cukup wajar melihat perkembangan politik yang masih cukup dinamis ini.Ke mana kemenangan itu belum sepenuhnya bisa dipegang.

Survey dan klaim, apalagi hanya othak athik gathuk, tanda-tanda dari langit, atau hanya menghitung kancing baju. Itu boleh-boleh saja, toh hasil masih beberapa bulan lagi. Posisi inilah yang dipakai Gatot Nurmantyo, apalagi masih sangat terbuka peluang 2024 nantinya. Salah langkah sekarang bisa berabe 2024 nanti.

Menolak pemakaian photonya apakah sudah berarti tidak mendukung 02? Belum tentu, ataukah pasti mendukung 01? Belum pasti juga. Peran krusial ini harus dijaga agar jangan sampai malah kehilangan momentum lagi. Kapasitas dan dukungan bagi GN cukup kuat dan signifikan. Hanya saja salah bersikap dalam beberapa isu nasional yang membuatnya malah terlempar jauh dari pusaran pilpres.

Melihat kemungkinan GN untuk 2024 sangat terbuka. Peluang dari koalisi 01 jauh lebih memungkinkan baginya. Mengapa demikian?

Koalisi 01 tidak memiliki putera mahkota yang kudu. Harus. Bisa siapa saja dari kubu ini, dan itu adalah peluang bagi dia untuk tetap bukan menjadi "musuh". Sikap bijak bisa membawanya masuk ke beberapa partai yang ada di koalisi ini, ada Golkar dengan sekjend anak buahnya, atau Hanura, PKB pun masih bisa ia masuki. PDI-Perjuangan pun bisa dengan catatan soal keputusan Mega.

Posisi capres dan cawapres dari koalisi ini masih sangat cair, tidak ada yang sudah mendapatkan keutungan dari pilpres 2019 kali ini. Ini jelas menguntungkan karena posisi sejajar dan bisa bersaing secara sehat dan fair ke depannya. Gambaran demokrasi beradab yang baik.

Memang perlu klarifikasi atas sikapnya dalam melihat komunisme dan gerakan fundamentalisme yang telah ia tunjukan dengan gamblang. Itu menjadi penting karena Pancasila menjadi urat nadi bagi koalisi ini.

Beberapa pihak toh pernah berseberangan dengan frontal pun bisa masuk ke dalam kebersamaan 01. Jadi bukan tidak mungkin pertimbangan menolak pemakaian photonya untuk menjaga kemungkinan ini. Cukup wajar dan normal pilihan ini.

Susahnya jika ikut 02.

Ada beberapa putera mahkota di sana. Menang  ataupun kalah jelas Sandi akan tetap maju pada 2024. Posisinya saja yang berbeda, jelas ini bukan pilihan yang menguntungkan. Mentok tetap sebagai calon wakil presiden, dengan Sandi akan maju sebagai presiden jika menang. Jika kalah bisa lain kisah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun