Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Serba Salah PAN dan Kubangan Masalah Zulkifli Hasan

20 Desember 2018   17:41 Diperbarui: 20 Desember 2018   17:54 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa waktu lalu ada pemberitaan, namun kog seolah itu hal wajar, di mana mobil RI-5 masuk penjara, padahal bukan mobil Jaksa Agung, atau Menteri Hukum dan HAM, ternyata mobil ketua MPR. Sang ketua MPR dengan  mobil dinasnya mengantar adiknya menghuni penjara. Ini bukan soal politik  sebagaimana kisah Minke yang dibuang ke Digul. Atau Bung Karno, atau Bung Hatta, ini bangsa merdeka, adiknya adalah pelaku kriminal.

Miris sebenarnya, ini bukan soal benar salah, namun soal pantas atau tidak. Berkaca dari luar negeri, pejabat demikian akan mundur, bahkan tidak jarang bunuh diri. Padahal sering merasa lebih luhur, lebih suci, lebih saleh, dan  merendahkan luar negeri, seolah sangat buruk bahkan ada yang anti asing. Malah perilakunya jauh bertanggung jawab. Tidak ngeles dan mencari pembenar atas perilaku korupnya.

Merunut ke belakang, ternyata Zulhas sendiri sering berkutat dengan KPK. Kasus adiknya tersebut juga membuatnya beberapa kali dipanggil KPK. Hanya satu ini  memang yang membuatnya terikut dipanggil KPK. Masih ada dua adiknya yang menjadi warga binaan KPK karena perilaku korupnya.

Zulkifli Hasan  pun sebagai pribadi beberapa kali dipanggil dan disebut dalam persidangan mengenai korupsi. Jabatannya selaku Menteri Kehutanan berkaitan dengan alih fungsi hutan di Riau yang sudah memutuskan bahwa Gubernur Riau saat itu bersalah. Alih lahan bukan hanya di Sumatera sebagai lahan sawit, namun juga di Kabupaten Bogor.

Belum ada tindak lanjut mengenai alih lahan yang membawa satu gubernur dan satu bupati, ada pula kisah panjang yang tidak pernah terusik. Era menteri Zulhas lah kebakaran hutan paling parah, sehingga Singapura dan Malaysia pun sempat marah. Salah satu artis Holiwood, Harison Ford sempat bersitegang dengannya berkaitan dengan ini.

Kebakaran lahan seolah  bencana yang tidak bisa diatasi. Lama, dan selalu terulang, memasuki kemarau jangan harap tidak akan panen asap. Ada di Sumatera dan Kalimantan, sudah menjadi tardisi tahunan. Eh ternyata di bawah pemerintahan Jokowi, semua bisa diselesaikan. Tidak ada lagi isah terulang panen asap, atau negara jiran marah-marah karena mendapatkan kiriman asap gratis.

Keruginan pembakaran lahan dan hutan ini secara material susah dihitung, namun dalam salah satu pernyataanya di dalam seminar, WB menyatakan hingga angka Rp. 221 T, selama satu periode kebakaran, berapa kali itu terjadi. luasan lahan yang terbakar hingga 2,6 juta hektare setara dengan  4,5 kali luas Pulau Bali.  Dan menterinya sama sekali tidak melakukan upaya yang ternyata oleh penggantinya bisa selesai. Pertanggungjawaban pun sama sekali tidak ada.

Beranjak pada kisah berbeda, berkaitan dengan "jabatan" yang lain, Zulhas juga sedang puyeng, bagaimana perilaku anak buah, kader, dan jajaran partainya yang memilih berbeda. Dimulai dari Kalimantan, bergeser ke Sumatera, dan kini pun menular ke Jawa. Mereka menyatakan memilih mendukung Jokowi-KHMA, dengan alasan adalah rekam jejak dan prestasi yang sudah ditorehkan pemerintah ini perlu dilanjutkan.

Pilihan realistis juga berkaitan dengan pileg yang serentak dilakukan. Pilihan sulit memang karena ikatan koalisi yang bisa membuat keadaan tidak mudah. Keberadaan PAN yang hanya "pupuk bawang" memang sangat sulit untuk bisa berbuat lebih, apalagi yakin untuk dipilih, jika tidak cermat di dalam menggunakan isus-isu yang benar-benar jitu.

Kondisi sulit di hadapi pengurus dan jajaran elit PAN karena kondisi yang cukup berbeda dengan Demokrat misalnya. Keberadaan Demokrat lebih bebas untuk memberikan pilihan merdeka bagi para kadernya. PAN jelas tidak mungkin, apalagi jika isu "kardus" juga menjadi pertimbangan.

Keberadaan Amien Rais yang harga mati benci Jokowi, turut membuat pening elit PAN untuk bersikap pada kadernya di daerah. Ancaman pemecatan pun bukan keputusan bijak, di mana suara PAN itu tidak cukup berani main pecat. Ingat gerbong keretanya tidak sebesar Demokrat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun