Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

SBY Tantrum Lagi.. Bisa Jadi Kisah "RS" Terulang

17 Desember 2018   05:00 Diperbarui: 17 Desember 2018   05:12 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tema ini sudah ketiga kalinya jadi artikel, tantrum, itu kondisi di mana anak-anak menangis, meraung, atau berbuat ekstrem untuk mencari perhatian. Sikap orang dewasa atau orang tua sangat penting, agar anak yang sedang tantrum tidak menjadi lebay. Tantrum bisa menjadi kebiasaan sebagai mekanisme memperoleh perhatian.

Sikap yang semestinya diambil adalah membiarkan saja. Bersikap cuek, seolah tidak mau tahu, namun tetap memperhatikan agar si anak tidak membahayakan dirinya, atau pihak lain. Memecahkan kaca atau melempar batu misalnya. Sikap diam namun tetap waspada dan siap sewaktu-waktu.

Dua kali tantrum SBY dulu adalah, kehadiran Jokowi ke Hambalang dan berkuda bersama Prabowo. Sikap berlebihannya yang sangat jarang terlihat, kala itu jelas dengan ekspresi penuh seluruh bahasa tubuh dan juga kata-kata. Lebaran kuda memberikan tekanan berbeda bagi seorang SBY.

Sikap Jokowi yang tenang, menjawab dengan sangat normatif, sehingga semua usai begitu saja. Tidak ada aktivitas lanjutan. Jika dijawab dengan panik, tergopoh-gopoh, itu menjadi bumerang yang memang diharap-harapkan.

Kedua, ketika sikap Prabowo dan koalisi yang seolah meninggalkannya. SBY berkali-kali tantrum dan reaksi Prabowo yang datang tergopoh-gopoh, menyatakan tidak demikian yang dimaksudkan. Nah kena deh dan itu diulang-ulang terus. Sangat manjur model tantrum-nya.

Perusakan banner.

Banner masa kampanye memang menjengkelkan. Keberadaan banner dan bendera baik parpol, caleg, membuat kotor pemandangan, juga kotor lingkungan. Belum lagi jika asal-asalan dalam memasang dan tiangnya. Sering juga sudah sobek dan tidak karu-karuan masih saja di sana. Sudah tidak tegak lagi, jika diambil bisa jadi malah melanggar hukum, salah-salah bonyok dihajar ramai-ramai.

Kesedihan dan air mata SBY normal sebenarnya, masalah ketika pernyataannya mengenai, ...bukan lawan Pak Jokowi.... Di sinilah menjadi liar, bahkan bisa menjadi berbalas "pantun" dan bisa apa saja. Apalagi berkepanjangan dengan banyaknya komentar aksi-reaksi. Hingga ada kisah 96 pun diungkit lagi.

Jawaban Pak Jokowi sebagai presiden sekaligus calon presiden sudah relatif mendinginkan suasana. Tidak menampik apalagi menantang dengan berlebihan, bahwa perbuatan merusak itu tidak baik, dan jangan berusaha memanaskan keadaan dengan pernyataan yang tidak semestinya.

Padahal bisa siapa saja pelaku perusakan itu. Bisa itu memang orang itu kader PDI-P, apakah karena benar-benar ada skenario atau adanya konspirasi, atau hanya karena kejengkelan pribadi namun berafiliasi PDI-P. Itu kemungkinan pertama

Ada kemungkinan lain, orang yang marah melihat reputasi Demokrat selama ini. Ingat,  bisa saja ada yang kecewa karena pilihan politiknya yang tidak jelas, main dua kaki, adanya permainan politik yang begitu-begitu saja. Sangat mungkin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun