Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Masih Percaya Rizieq? Prabowo Saja Tidak Lagi

13 November 2018   03:05 Diperbarui: 13 November 2018   03:58 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apa yang ditampilkan para pelaku politik elit negeri ini cukup menggelitik, ketika banyak tingkah dan polah yang saling silang, tidak jelas, dan malah sering terlihat naif. Salah satu yang terbaru apa yang disajikan Rizieq Shihab. Memang ini hal yang ada rangkaian cukup panjang, namun bahwa memang ada yang sangat baru, dalam hal ini kisah soal "poster" di rumahnya di Arab Saudi sana.

Apa yang ditempel di rumahnya, dinyatakan dengan istilah "poster".  Padahal yang ada di sini, peristiwa ketika Hari Santri Nasional yang lalu adalah bendera suci. Ketika ada pembakaran, ada aksi dan reaksi dari dia untuk menyerukan kantor-kantor, rumah-rumah anggotanya untuk mengibarkan bendera yang sama. Mengapa ketika ada "orang baik" yang memasangkan bagi himbauannya, ia menilai itu poster?

Buat apa himbauan yang ia serukan dengan keras itu, ketika di tempatnya ternyata ia sendiri menolak ada barang tersebut. Jika apa yang ia yakini itu benar di Indonesia, mengapa di Arab itu tidak benar? Ada dua sisi yang bisa dinilai, kebenaran versinya yang berbeda benar secara umum, dan atau memang benarnya di Indonesia berbeda dengan di Arab. Ini cukup pelik jika demikian.

Demi mempertahankan eksistensi dirinya, ia menyatakan presiden jangan pencitraan, penegakan hukum harus dilaksanakan. Sebentuk tanya yang sangat mendasar, apa yang ia nyatakan itu apakah ia lupa diri, amnesia, atau merasa di atas hukum? Ia itu ke Arab karena menghindari banyak potensi masalah hukum yang perlu klarisikasi dan diselesaikan. Pemanggilan sebagai saksi itu penting, karena ia sendiri mengatakan penegakan hukum. Bagaimana hukum ditegakan ketika dipanggil sebagai saksi saja ngacir begitu?

Sisi lain bisa berteriak dengan lantang untuk pemerintah menegakan hukum. Hukum yang seperti apa? Apakah  tafsiran sendiri seperti soal bendera dan poster itu? Jika iya, bubrah bernegara karena orang bisa menafsirkan sesukanya sendiri begitu.

Penegak hukum telah membuat SP3 dalam banyak kasus yang dituduhkan kepadanya, namun toh tidak pulang-pulang. Apa yang ia sampaikan juga para pengikut serta pengacaranya adalah adanya intelijen, penguasa, dan pihak-pihak yang hendak membuatnya menderita. Terkonfirmasi apa yang ia sampaikan itu toh tidak benar dan berdasar, karena sudah SP3 artinya lepas bebas toh masih saja ngumpet.  Mana penguasa mau mencelakai namun memberikan SP3.

Salah seorang terdekatnya mengatakan relasi MRS dekat dengan raja Arab Saudi sehingga bisa tinggal sesuka hati, mendapatkan fasilitas yang cukup baik, namun melihat gambaran rumahnya kog jauh dari itu. Pun ketika berurusan dengan visa juga ribet. Artinya hanya klaim dan pengakuan sepihak yang tidak ada fakta yang bisa dijadikan rujukan.

Melihat beberapa hal di atas, cukup jelas bisa dipahami kalau Prabowo tidak cukup yakin atas rekomendasi dan pilihannya soal cawapres. Kedekatan dan gembar-gembor soal MRS hanya sebentuk pernyataan, mau menjemput, apakah benar demikian? Sangat kecil kemungkinan itu terjadi karena apa?

Rekomendasi ijtima ulama pun tidak didengar dan digubris, maka ada upaya jilid dua, bukan memaksa Prabowo mengikutinya, namun ia dan kelompoknya yang berkompromi untuk tetap ada di dalam barisan Prabowo.

Tipikal Prabowo bukan model bawahan yang akan mau menjadi alat MRS, mana mau ia menjemput orang, kalau dia dijembut, disambut, itu baru namanya Prabowo. Ingat ketika ia marah dengan mak-mak karena ribut? Ia itu pusat, mana mau berbagi tempat dengan MRS, sama sekali bukan tipe Prabowo.

Rekam jejak pada Prabowo dan kolega yang tersangkut kasus hukum juga jauh dari konfirmasi atas penjemputan. Memberikan bukti dan signal sebaliknya karena biasanya mereka akan dibiarkan sendirian dan tidak akan ada pendampingan, apalagi bantuan hukum. Apa mungkin mau ke Arab, sedang RS yang di Jakarta saja tidak didatangi, seolah tidak lagi kenal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun