Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

SBY: Prabowo Tidak Menguntungkan

12 November 2018   20:12 Diperbarui: 12 November 2018   20:21 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Apa yang dinyatakan SBY cukup mengagetkan juga, di tengah relasi mereka di dalam 02 yang masih panas dingin. Pernyataan yang sangat rasional, faktual, dan sangat logis itu berimplikasi cukup berat bagi kondisi politik yang mudah gonjang-ganjing. Pernyataan normal dan baik saja  bisa liar bak bola salju, apalagi ini, yang bernuansa "menyerang" kolega sendiri.

Apa yang dinyatakan SBY jelas benar secara matematis, bukan politis, di mana bahwa yang memiliki kandidat baik capres atau cawapres memperoleh keuntungan secara tidak langsung. PDI-P ada pada posisi yang cukup bagus, pun dengan Gerindra. Selain kedua parpol tersebut memiliki kecenderungan yang tidak memberikan dampak, bahkan seolah sia-sia, di mana mereka perlu kerja lebih keras lagi, demi mendapatkan peluang bisa berbicara lebih banyak.

Pemilu yang bersamaan antara pemilihan legeslatif dan pemilihan eksekutif dalam hal ini presiden dan wakil presiden, memberikan dampak yang sangat besar bagi partai politik yang memang tidak berperan di depan sebagai pengusung nama di dalam pemilihan presiden. Pada sisi lain PT yang cukup tinggi membuat koalisi terbatas dengan adanya tarik ulur dan saling sandera dan realistis hanya ada dua pasanga. Meskipun bisa potensial itu matematisnya empat, namun politik bukan matematikan dan perolehan suara tidak bisa sesederhana itu bukan?

Kerja keras karena seperti pembungkus, kemasan, dan merk dengan adanya capres dan cawapres, hal ini telah dipertunjukan oleh hasil survey yang menempatkan kedua parpol pengusung utama yang mendapatkan porsi pemilih yang cukup besar. Secara survey telah memberikan gambaran yang cukup jelas, bahwa parpol yang tidak menempatkan nama-nama strategis memang perlu kerja keras dan ekstra berat.

Apa yang dinyatakan SBY ternyata seolah mengonfirmasi apa yang dinyatakan oleh Ysuril Ihza Mahendra yang memilih ada bersama Jokowi-KHMA, meskipun bukan dalam tim sukses, sebagai pengacara mereka, karena konsep koalisi yang cukup pelik ini tidak terpikirkan dari pernyataan Sandi. Sangat naif jika koalisi hanya meminta dukungan, namun tidak ada sebentuk kesepadanan. Hanya mau enak namun susah rekan memang jadi pemikiran, khas abai, dan seenaknya sendiri.

Kerja keras dan berat ini jelas perlu personal yang cukup besar, dana besar, dan pemikiran keras dan itu sangat berat. Nah di sini terlihat bagaimana yang tidak memiliki cukup modal sumber daya manusia yang mumpuni, pekerja keras, dan modal kapital yang tidak kecil. Membagi konsentrasi dan fokus sangat sulit kalau semua modal itu cupet.

Wajar jika mereka memilih aman, manin dua kaki, dan lebih realistis mereka akan menawarkan caleg dan partai mereka saja. Susah mereka menyatakan pilih Prabowo, lah apa jaminan bagi mereka, apalagi selama ini pada posisi oposisi yang tidak memberikan dampak signifikan bagi mereka. Isu strategis politis minim, kader yang menjual pun setali tiga uang, ide dan gagasan sama saja tidak menjual.

Apa yang dinyatakan SBY sebenarnya hanya mau menujukkan kualitas partai politik yang ada tidak jauh beranjak dari kursi dan kekuasaan semata. Posisi oposisi jika dijalankan dengan berkelas, berkualitas, dan beretika bisa juga kog memberikan jaminan suara yang cukup signifikan. Namun apa yang mereka lakukan selama ini hanya gaduh tanpa isi,  mengaku kritik namun isinya hanya nyinyir yang hanya mengulang-ulang lagu lama.

Kualitas kader dan mesin partai yang lemah. Memang  harus dipahami, peta politik bangsa ini memang masih jauh lebih menjual figur dari pada gagasan.  Masih belum bisa berharap banyak atas gagasan dan ide serta program yang bisa memberikan jaminan dan harapan untuk bisa berbuat lebih lagi.

Miris sebenarnya yang disampaikan Pak Beye selaku presiden dua periode, dengan pernyataannya sebenarnya jelas  memberikan bukti kinerjanya dulu itu tidak berdampak.

Logikanya begini, jika memang Pak Beye itu gilang- gemilang sebagaimana yang selalu ia dengungkan, tidak akan susah-susah dan merengek seperti ini. Ingatkan saja apa yang pernah ia lakukan dan kembali akan terjadi di dalam pemerintahan yang mereka jalankan. Toh tidak bisa karena memang tidak ada yang bisa dijadikan jaminan untuk itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun