Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hanum Rais Belajar dari Kisah Pewayangan ini?

29 Oktober 2018   21:19 Diperbarui: 29 Oktober 2018   21:20 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dokter, salah satu yang sangat meyakinkan untuk mengatakan kalau ada pengeroyokan dan pemukulan. Memberikan pengakuan kalau ada nenek-nenek mukanya lebam, bengkak, itu kekejian tidak terkira. Ingat dokter yang menyatakan, bisa sangat mempengaruhi orang yang sudah simpatik duluan.

Sayangnya ternyata ada dokter lain yang menyatakan sebaliknya. Kekacauan terjadi dan terbongkarlah semuanya. Pengakuan dari si korban yang dijadikan pelaku membawa urusan menjadi berkepanjangan.

Sedikit spekulasi, adanya kepentingan soal film, dengan adanya kisah ini dan Hanum memberikan pernyataan simpatik, bisa membuat filmnya juga ikut terimbas. Iklan atau promosi yang cukup sederhana. Soal  terbongkar, ya perlu sikap yang lain.

Nama yang masih relatif bersih dari hiruk pikuk kebiasaan memberikan pernyataan nyinyir dan separo data. Beda dengan tokoh-tokoh lain, yang belum berbicara pun sudah ditertawakan orang, dengan posisi ini, pilihan Hanum sebenarnya cerdik, pernyataannya yang terlalu berlebihan yang justru malah memperlemah apa yang ia sampaikan sebelumnya.

Kondisi yang makin tidak membantu bagi kebersamaan 02, karena beban makin berat. Orang yang masih relatif bersih pun sekarang sudah coreng moreng dan dipersamakan dengan apa yang biasa keluar dari mulut Fahri, Zon, dan kawan-kawan. Tidak ada lagi tokoh yang masih bisa memberikan pernyataan tanpa orang curiga ini benar atau separo benar, atau memang salah. Ini tentu tidak baik bagi persiapan pilpres.

Fokus koalisi yang hanya melihat kelemahan, dan menjatuhkan pemerintahan tidak membuat makin baik. Mengapa? Jelas mereka tidak memiliki program yang cukup menjual dan menjanjikan, maka mereka menbarkan kebohongan, kepalsuan, hoax, dan hanya mengincar kejatuhan pemerintah dengan segala cara.

Pembakaran bendera yang saling silang dan merasa benar sendiri. Padahal jelas ada kepolisian, peradilan, namun narasi yang diberikan jelas, arahnya akan membenturkan negara, dalam hal ini  pemerintah dengan agama tertentu. Padahal jika jernih dan lepas kepentingan toh jelas kog siapa yang bermain.

Kecelakaan pesawatpun dikaitkan dengan pemerintah. Telalu spekulatif dan sangat kasar jika mengaitkan pembakaran bendera dengan jatuhnya pesawat sebagai murka Tuhan. Apa iya Tuhan kog pendendam dan pemarah. Bukannya Tuhan Mahamurah dan Mahadil? Di mana murah dan adilnya jika pemarah? Kata Cak Lontong Mikir.....

Hanum sebagai dokter, penulis, dan politikus masih muda lagi, seharusnya memberikan tampilan, gaya berpolitik yang berbeda, menjadi agen perubahan yang lebih baik. Jika tidak bisa menjadi pohon beringin yang rindah, bisa menjadi rumput yang hijau menyejukkan.

Pilihan bebas di tengah arus politik yang penuh tipu daya, membelokan persepsi, mengapa harus terlibat di dalamnya. Sikap yang patut disesalkan sebenarnya. Sikap bertanggung jawab juga tidak ada, ketika ia sama sekali tidak meminta maaf malah tetap menuding ke mana-mana.

Melibatkan agama dan istilah keagamaan untuk membenarkan sikap teledornya. Jelas ini bukan gambaran intelektualis dan jiwa muda. Kasihan generasi muda namun pola pikirnya tua. Muda ternyata bukan hanya soal lahir dan kelahiran, soal pola pikir pun penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun