Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Amien Rais dan Prabowo, Belajarlah Bijak dari Ahmad Rubangi

24 Oktober 2018   05:00 Diperbarui: 24 Oktober 2018   09:29 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kisah pengakuan kekerasan pada Ratna Sarumpaet masih bergulir. Dari waktu ke waktu datang info lain lagi dan lagi. Usai penambahan masa penahanannya, muncul salah satu sifat bijak oleh asisten terdakwa yang bernama Ahmad Rubangi. Siapa dia, jelas tidak banyak yang tahu dan mungkin tidak penting juga untuk dikulik, akan berbeda jika menyebut nama Prabowo, Amien Rais, atau Ratna Sarumpaet.

Nama yang sangat tidak terkenal, berbanding terbalik jika menyebut nama Fadli Zon atau Rachel Maryam, atau Hanum Rais. Media, ataupun warga akan sedikit banyak tahu, minimal pernah mendengar. Sangat mungkin karena beberapa nama itu adalah politikus yang berseliweran baik dalam media arus utama ataupun media cetak. Jelas dikenal publik, beda dengan asisten RS ini, siapa yang tahu? Tidak ada, namun apa yang ia gagas jauh lebih mulia dan penting.

Para pesohor, elit, baik politikus, artis, itu beramai-ramai mengadakan konferensi pers, menyatakan dengan gegap gempita melalui media sosial, kemudian menyebar pula dalam media, baik cetak ataupun elektronik.

Mereka atas nama simpati, empati, dan kepedulian atas "musibah" yang dialami, rekan mereka, sahabat mereka, sebagai nenek-nenek, bukan lagi mak-mak yang dihajar oleh orang muda, tegap, dan seterusnya dan seterusnya. Mereka masif menuliskan versi mereka.

Polisi turun tangan dan ketahuan kalau itu rekayasa yang gagal dini, mereka semua diam, menudingkan jari yang sama ke RS sendirian. Tidak ada maaf sekalipun pada warga yang sempat riuh rendah seturut penafsiran masing-masing. Mereka semua merasa korban, dibohongi, dan menjadikan mereka bak penderita yang patut dikasihani. Hingga detik ini, sama sekali dari rombongan yang riuh rendah itu mengakui kalau mereka "tahu" dan itu adalah kebohongan bersama.

Ada nama Ahmad Rubangi yang ternyata memiliki jiwa jauh lebih besar, lebih besar dari seorang mantan ketua MPR, seorang capres, seorang cawapres, seorang pimpinan dewan, ketika ia menyarankan untuk RS mengakui kebohongan itu melalui konferensi pers.

Jelas dia dan kawan-kawan ini adalah korban lebih awali dari para elit itu, di mana mereka jelas-jelas menaruh empati dan simpati yang dalam atas "atasan" mereka yang mengalami penganiayaan.

Apa iya asisten akan terlibat di dalam alur politis? Sangat kecil kemungkinan itu. Mereka mennerima demikian saja keterangan dari RS bahwa RS menderita penganiaayaan. Sikap yang tulus tanpa pretensi dan mereka juga pasti paham siapa RS, jika dianiaya pastinya sangat wajar melihat reputasinya selama ini, hal yang mereka pikir tentu perlu mendapatkan dukungan moral.

Secara kronologis, jelas mereka lebih dulu daripada para elit negeri ini, yang kemudian membuat kehebohan dan kemudian bersama-sama melagukan nada yang sama, mereka semata korban, dan bla bla bla. Tidak ada yang baru.

Berbeda dengan sikap asisten ini, yang kemudian justru menyatakan sebaiknya mengakui kebenaran itu dengan mengadakan konferensi pers. Konsekuensi yang akan ia terima jelas. Jika "atasan"nya masuk bui, ia potensial kehilangan pekerjaan. Salah-salah pun ia bisa ikut masuk bui jika ada indikasi dan bukti ikut terlibat di dalam "persekongkolan" membuat berita bohong.

Ternyata itu tidak menjadi pertimbangan. Lihat bagaimana para elit harus belajar, bijak, rendah hati, dan legawa, untuk memang tahu kondisi itu sebagaimana adanya. Berbeda dengan elit yang tidak tahu malu tetap merasa benar, merasa tidak bersalah atas ucapan, perilaku, dan tindakan mereka. Dan selama ini juga tidak ada terdengar dari merekalah RS mendapatkan kekuatan untuk mengaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun