Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jalan Sunyi DKI-1, Tersandera Kepentingan Koalisi

21 Oktober 2018   10:51 Diperbarui: 21 Oktober 2018   11:17 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sepanjang setahun baru ada nada positif dari gubernur DKI yang sering dipelesetkan gabener ini mengenai Jokowi. Ia menyatakan Presiden Jokowi masih juga menyempatkan blusukan padahal seorang presiden. Konteks yang tepat karena memang presiden sedang hadir menyerahkan sertifikat pada warga DKI. Hal yang baru, usai diganti makin menguat ketika menjadi calon gubernur dan apalagi usai menjabat gubernur.

Sangat bisa dipahami, ketika ia menjadi pusat perhatian atas kegagalan dan kegagapan Jakarta, apalagi makin nyaring terdengar nama Ahok yang kembali diingat. Kondisi yang sangat berat bagi Anies karena posisinya yang sendirian, ditinggal sang wakil yang mencoba peruntungan naik menjadi cawapres. Ditopang tersandera kepentingan koalisi yang membuat Prabowo dan Gerindra serba repot dan ribet.

Penghujan menjelang, ini jelas pertaruhan sangat besar bagi Anies, ketika kemarau panjang, persoalan sampah yang masih ribet dengan pemerintah daerah terkait, dan model Anies yang buka pekerja lapangan.

Jangan kaget kalau nanti banjir karena abai selama kemarau, persoalan sampah yang bisa saja diboikot  oleh tetangga, dan nantinya akan lahir kambing hitam. Khas pejabat satu ini, hanya indah diwacana, namun miskin esensi dan ketika terjadi hal di luar perkiraan tudingan kambing hitam. Sangat bisa dimengerti ketika diledek, becanda konteks Djarot itu berbicara  jangan lama-lama sendiri.

Panik karena Anies sendiri yang akan dihajar media, warganet, dan juga semua orang kalau Jakarta banjir besar. Kambing hitam makin susah da ia sendirian, tidak ada tameng yang bisa dijadikan bumper. Lihat selama ini bagaimana lagak dan gaya bersiasat. Sandi lebih ke depan meskipun sama belepotannya.

Sandera Politik atas nama Koalisi

Mengapa demikian lama DKI-2 belum juga dipilih definitif? Kepentingan pilpres lebih kuat, bagaimana suara Prabowo yang belum banyak beranjak tentu tidak mau gegabah memilih antara Taufik atau memberikannya kepada PKS. Keduanya masih menjadi kepentingan pilpres. Lihat kualitas Gerindra, mengorbankan DKI pun tidak peduli.

Demokrat sejak awal memang setengah, atau malah sepertiga hati. Akhir-akhir ini mereka makin terus terang, bukan saja masih basa-basi. Mereka tidak dapat memaksakan memilih Prabowo dan mengampanyekan capres 02 karena ada pada basis massa Jokowi. Ini hanya puncak dari sejak awal mereka berulang dengan elit daerah yang deklarasi mendukung Jokowi-KHMA, jenderal kardus, dan Prabowo Pemalas.

Langkah strategis dan realistis ini pun diikuti PAN. Mereka mengatakan tidak ada yang strategis getol menjual pasangan ini, karena toh mereka juga perlu suara untuk pileg dan calon legeslatif masing-masing. Alasan yang sama soal basis massa. Sangat mungkin isu kardus tidak sesuai dengan perjanjian sehingga mereka meradang.

PKS jelas tidak berani sevulgar mereka berdua, masih berharap soal DKI-2. Mereka wajar menunggu itu karena kontribusi dan kebersamaan mereka. PKS pun tersandera jika demikian, mereka tidak leluasa menjajakan partai untuk pileg, bisa menjadi blunder amat besar jika Gerindra mengulur-ulur terus. Pilihan PAN dan Demokrat jelas realistis, namun tidak bisa dilakukan PKS. Miris.

Menyaksikan pola pendekatan ini ada beberapa hal yang bisa dipetik;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun