Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Prabowo, Tokoh Idola, dan Perkembangan Kejiwaan

18 Oktober 2018   05:00 Diperbarui: 18 Oktober 2018   05:19 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kepribadian seseorang itu menurut para ahli berjalan sesuai dengan jenjang usia. Tahap-tahap perkembangan psikologis atau kejiawaan itu bertahap. 

Dalam salah satu tahap yang penting itu usia pubertas, yang sangat mempengaruhi kepribadian seseorang. Jika gagal dalam menjalani masa ini, orang bisa kacau dalam orientasi seksual, tidak berkembang sebagaimana mestinya, dan lain-lain.

Salah satu ciri usia ini adalah tokoh idola. Kecenderungan anak perempuan akan memiliki tokoh idola dari dalam rumah atau domestik. 

Biasanya lawan jenis, bapak, paman, atau orang terdekat yang sangat mempengaruhi. Konteks ini bukan mengenai asmara. Berbeda dengan anak laik-laki yang biasanya mengidolakan toh-tokoh heroik di luar lingkungannya. Bisa saja khayalan seperti superman, atau pahlawan, tokoh-tokoh besar.

Tokoh idola ini akan membuat anak berkembang dengan menjadikan idolanya tersebut sebagai panduan, inspirasi, dan pada awal-awalnya akan menjiplak apapun yang dilakukan. 

Perkembangan selanjutnya, tidak meniru secara fisik, perilaku lahir, namun lebih gaya hidup dan hal-hal yang lebih mendalam.

Berkaiatan dengan tokoh idola ini, menarik jika melihat apa yang dilakukan salah satu capres, Prabowo. 

Bagaimana dalam dua kali kontestasi menjadi calon presiden, ternyata mengidentikan diri dengan dua tokoh yang berbeda. Satu tokoh dalam negeri, satunya dari negeri adi daya.

Prabowo dan Sukarno Kecil, pilpres 2014

Permadi, tokoh politik senior memberikan julukan untuk Prabowo sebagai Sukarno Kecil. Tidak heran dalam kampanye 2014 banyak kata-kata Sukarno dipakai dalam spanduk, banner, dan kini hal itu menjadi bertolak belakang. 

Salah satu yang saya ingat, Inggris dilinggis, Amerika disetrika, itu kata-kata Bung Karno untuk menggelora semangat bangsa menghadapi imperialisme kala itu. Apa relevan dengan kondisi kini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun