Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bahagia Itu Sederhana

5 Juli 2018   20:04 Diperbarui: 5 Juli 2018   20:17 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa hari lalu, pas mencari hadiah untuk seorang rekan, melihat seorang ibu dengan dua anak, satu masih digendong, satu berjalan sendiri dengan membawa tas yang cukup berat, dan belum bisa tahu berjalan dengan aman dan baik. Sangat tidak mudah, terlihat masih mau hendak belanja yang lain.

Jadi ingat beberapa tahun lalu, naik sepeda panas lagi, lewat sawah yang cukup luas, tanpa pohon peneduh, komplet lah rasanya. Kota yang panas, tengah hari, pulang kuliah lagi. Pokoknya ngeluh dari A sampai Z sangat mudah. Eh melihat seorang dosen, dengan badan lebih kecil, kondisi sepeda lebih butut, jadi malu.

Ada rekan yang setiap membuat status berupa entah maksudnya doa, entah motivasi diri, entah harapan, atau ketiga kombinasi jadi satu, sering banget semoga esok lebih baik, semoga rezeki lebih lancar, dan sejenis itu. Kalau menghubungi nada yang sama juga menjadi warna pembicaraan.

Eh kemarin, ketemu teman, berkisah, ketika dulu belum bermotor, ketika dilampaui orang dengan motor itu panas juga. Sangat normal dan menjadi motovasi untuk berusaha yang sama, untuk bisa membeli kendaraan agar bisa sama cepatnya.

Bahagia itu ketika bisa melihat ke bawah

Tabiat manusia itu memiliki kecenderungan mendongak. Melihat ke atas. Padahal jika mau sedikit saja menunduk, akan banyak cara untuk mengucapkan syukur. Pengalaman melihat dosen yang sama-sama capek, kepanasan, dan menampilkan sisi tidak mengeluh, membuat saya malu, dan sejak malu rasanya malu kalau mengeluh kepanasan dan susah menjalani jalan yang sedang menjadi jatah saya.

Eh kemarin melihat ibu dengan dua anak itu, jauh bersyukur sama-sama ribet, toh saya tidak memikirkan keselamatan siapa-siapa, selain saya berjalan sendiri.

Dengan menunduk, melihat ke  sekelilih dengan lebih luas, ungkapan syukur jauh lebih banyak. Sisi mendongak memang akan baik demi memotivasi diri,  namun jika lepas dari sisi  memacu diri, bisa menjadi iri, dan itu bukan kebaikan malah menjadi penyakit iya. Sisi yang sangat tipis memang untuk membedakan antara motivasi diri atau iri, sisi spiritual menjadi penting sebagai pembeda.

Spiritualitas, menjadi penting, sehingga orang bisa melihat potensi diri secara positif. Melihat keadaan orang lain secara positif, jernih, dan mensyukuri apa yang ada di dalam diri sebagai bagian yang tidak perlu diperbandingkan dengan keadaan orang lain. Sangat penting sisi spiritualitas ini sehingga orang tidak jatuh pada keadaan iri, dengki, dan mencari cara-cara yang tidak baik untuk memenuhi kebutuhannya.

Tentu hal ini, bukan masalah penghayatan spiritualitas yang rendah atau tidak beriman, ketika ada keluhan, hidup di dalam keinginan dan keluhan, hanya saja sikap spiritualitas yang belum sepenuhnya tepat. Mungkin saja tahu, namun belum menjadi penghayatan. Sangat wajar dan manusiawi.

Bedakan kebutuhan dan keinginan. Manusia itu perlu ini dan itu. Setiap hari begitu banyak barang datang dan pergi. Coba bayangkan kalau  ada samsung, xiaomi,  apple, oppo, dan segala jenis tawaran lain. Jadi ingat guru SMA puluhan tahun lalu yang mengatakan kalau yang terbeli itu yang terbaik.  Kalau mampunya dengan evercoss, ya jangan mimpi apple, kalau memang uangnya mampu membeli apple ya syukuri jangan merasa berdosa di hadapan temannya, yang memegang samsung.  Memiliki apa yang dibutuhkan dan memang mampu menyediakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun