Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sepi dan Kesepian itu Jauh Berbeda dan Bisa Bahaya

4 Juli 2018   06:47 Diperbarui: 4 Juli 2018   07:22 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sepi dan kesepian, sangat berbeda, bahkan bisa menjadi bertolak belakang. Sepi bisa menghantar ada keheningan, semeleh, dan kesadaran diri. Jiwa yang bangun, sadar, karena hati yang hening memiliki kemampuan memilah dan memilih dengan relatif baik. Keheningan dalam kamus memang tidak memberikan nuansa yang jauh berbeda, namun dalam kehidupan sehari-hari, dan pemahaman, bisa berjauhan. Kesepian yang tidak disadari bisa mengarah pada depresi.

Sepi itu suasana batin, bisa disukai,  bahkan banyak dicari, maka orang naik gunung sendirian, meditasi, mencari tempat-tempat yang masih perawan, belum begitu ramai akan banyak hal. Apalagi dengan media sosial, orang cenderung susah menikmati keadaan sepi.

Kesepian, meskipun begitu banyak hal dilakukan, bersama orang, di tengah terminal, pasar, mall sekalipun kalau kesepian, ya kesepian. Tidak heran beberapa waktu lalu ada orang yang mengajukan diri untuk melakukan euthanasia, atas dirinya karena merasa sendiri, kesepian di tengah dunia ini.

Mengapa kesepian?

Orang bisa jatuh pada kesepian karena banyak hal. Sering orang menilai karena pribadi tersebut kurang beriman, bersyukur, atau relasi dengan Tuhan yang tidak baik. Belum tentu juga, memang bahwa ungkapan syukur bisa banyak membantu  orang menjadi pribadi yang tidak kesepian.

Menarik diri dari kebersamaan, rekan, keluarga, masyarakat, dan banyak lagi. Menarik diri karena merasa tidak dimengerti, ini hal yang sangat dominan menjadi alasan orang menarik diri. Apakah kenyataannya demikian? Sebenarnya tidak. Yang terjadi adalah, pribadi tersebut terlalu perfeksionis.

Akibat menarik diri, makin sedikit lingkaran orang yang bersama-sama, dari sepi bisa menjadi kesepian dan merana. Jelas karena pola pikir sendiri terlebih dulu, baru melibatkan orang lain.

Perfeksionis menjadi alasan orang menjadi kesepian. Mengapa? Karena pribadi tersebut akan selalu  menemukan celah ada kekurangan, kesalahan, dan perlu pembenahan. Nah di sinilah energinya bisa habis karena ingin memperbaiki banyak hal, semua serba kurang dan mau dijadikan baik.

Realistis perlu sehingga orang menjadi  tahu, bahwa tidak ada yang sempurna di dalam dunia ini. Hal ini butuh kesadaran, nah sepi yang diperlukan, jangan sampai jatuh pada kesepian yang akan menjadi bumerang.

Perasaan menjadi korban dan orang lain menjadi pelakunya.  Faktanya tidak demikian, ini hanya soal rasa, pemikirannya sendiri, bahwa ia menjadi korban. Ada ketidakadilan di sana.  Pribadi yang merasa mendapatkan ketidakadilan perlu melihat diri lagi, agar memiliki jiwa dan psikologis yang berimbang.

Mengatasi kesepian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun