Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Messi, Ronaldo, Penalti, dan Sportivitas

18 Juni 2018   06:28 Diperbarui: 18 Juni 2018   08:05 1004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Messi, Ronaldo, pinalti, dan sporitivitas itu satu kesatuan utuh yang bisa berbagai makna. Ada tim dan pemain yang mengandalkan asal menang dengan berbagai cara, bahkan menggunakan trik sehingga mendapatkan keuntungan dengan tidak sportif, diving misalnya. Pun ada tim yang mengandalkan parkiran bus di lapangan, karena motivasinya adalah hasil akhir.

Hasil akhir tentu adalah yang menjadi tujuan utama, bisa saja pertandingan disuguhkan dengan sangat apik, indah, mengalir, dan menyukakan penonton, namun hasil akhir bisa bertolak belakang dengan apa yang menjadi harapan bersama. Jangan salah ada yang kecewa dan bisa saja menjadi meradang.

Messi dan Ronaldo menjadi sebuah kutub perbandingan yang tidak pernah habis-habis, paling tidak satu dekade terakhir, dan nampaknya masih akan bisa terjadi untuk paling tidak satu duta tahun ke depan.  Mereka memiliki penggemar berat masing-masing, bisa soal kualitas pribadi, permainan, atau pribadi mereka yang tampaknya juga sangat berbeda. Mereka bisa menjadi pola yang memang demikian itu, alamiah dan kerja keras, menggunakan segala cara dan memanfaatkan banyak cara, displin diri dan latihan sebagai jalan hidup yang sama dipilih, hasil akhir dan proses.

Dalam dua malam menjadi panggung mereka lagi, mereka lagi, dan banyak sudut pandang yang langung mengutubkan mereka pada sisi yang ekstrem gagal dan sukses. Melihat dua tendangan yang sama, satu masuk dan satu tidak, tanpa melihat bahasa tubuh, rekam jejak, dan  berbagai hal yang melingkupi.

Memang jika fokus hanya pada hasil akhir, jelas berbeda bak bumi dan langit, satu sukses dengan tendangan 12 pas, satunya ditahan kiper lawan, satunya membawa tiga gol, satunya gol di depan mata saja lepas dengan "kegagalan" yang makin melengkapi dengan dua  kekalahan di final dan tendangan pinalti yang sama.

Pinalti sering dianggap atau disematkan nama hadiah tendangan pinalti, karena saking besarnya peluang menjadi gol. Sangat besar daripada kegagalannya, maka seolah hadiah dari wasit biasanya. Apakah sepenuhnya demikian? Tidak juga, namun beberapa pemain pernah memberikan balasan yang setimpal karena memang merasa itu bukan hak yang adil, dan menendang dengan setenagh hati, mengarahkan pada kiper, dan membiarkan tidak  jadi gol.

Sisi lain, ada juga pemain yang mengandalkan pencarian hadiah ini dengan melakukan kepura-puraan yang kentara. Misalnya "menabrakkan diri" pada pemain lawan, padahal jelas-jelas lawan yang hendak menahan gawangnya dari kebobolan itu dengan cara-cara sportif melakukan tugasnya. Penggila bola paham kog siapa-siapa penggemar mencari hadiah ini.

Bahasa tubuh yang mengikuti akan menampakan, apakah benar  mereka melakukan tugas sebagai olah ragawan dengan sportif atau pencari hadiah dengan berbagai cara, yang penting hasil akhir diperoleh dengan satu tujuan, kemenangan, abai soal proses. Kembali paham penonton fanatis akan bisa membedakan mana yang benar-benar sebagai buah kerja keras permainan, atau mengandalkan trik demi memenangkan timnya. Sangat jelas berbeda bahasa tubuh mereka jika dalam kondisi dan motivasi yang berbeda.

Bakat alamiah dan buah kerja keras menempa diri sangat tampak dalam buah dan sikap di dalam permainan. Keindahan bakat alamiah apalagi ditunjang dengan kerja keras, pun kurang berbakat namun mau berusaha keras bisa sama-sama menampilkan level tertinggi. Namun sikap batinnya yang tidak akan mudah terrtukar. Empati, sportivitas, dan sikap rendah hati akan menguar bagi para pemiliki bakat alamiah. Keindahan itu buah dan proses panjang, akan bisa dinikmati termasuk di dalam kegagalannya.

Hadiah pinalti itu bisa dicari, bisa juga ditolak bagi pemain-pemain level profesional. Trik mereka akan jelas terlihat dengan melihat perilaku mereka di dalam menyikapi  telunjuk wasit ketika menunjuk titik putih. Biasanya saja, lebay, atau malah seolah wah gak adil ini. Memang  gol akan menjadi pembeda, namun ada juga sisi humanisme dalam sepak bola yang perlu menjai wajah lain, dan itu jelas sangat tidak mudah.

Apa yang terjadi pada Messi dan Ronaldo langsung menjadi bahan olok-olokan hingga analisis yang bisa ke mana-mana, apalagi namanya media sosial di mana bisa saja orang bisa menjadi egitu beringas dan sadis di dalam membela pujaan, pilihan, dan segala hal yang bisa menjadi pemersatu  ataupun pemecah belah, dan itu ya sah-sah saja. Ada pemuja berlebihan pada si sepuluh dari sebalh atau si tujuh dari sisi lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun