"Pa...bangun, ayo sudah siang....telat nanti...." rengek Ignas pada papanya yang masih pulas tidur.
"Bentar Dik, semalam Papa lihat  bola, bentar lagi ya...."sambil berat menahan kantuk.
"Ayo Pa, kasihan Kak Frans, kan tugas, perlu persiapan....."
Melihat Papanya jatuh tertidur lagi, ia putar alarm kesayangan papanya, ia biasa ia buat mainan itu.....
"Adiiiiiiiiiiiiiik..." rutuk papanya gemas juga jengkel karena kantuk.
"Papa, kan menang taruhan nasi goreng dengan Om Bayu kan, ayo Pa cepet bangun," teriak Frans dari luar.
"Kakak, Adik, masih ada waktu kog, biar Papa, sepuluh menit lagi, ayo maem dulu, " Â aku dengar bidadari satu-satunya di rumah itu bisa menjadi jembatan apik di antara ketiga jagoan ini, dan aku benar-benar pulas sejenak.
"Ayo Bunda pasangin yang bener ya....sudah tidak sabar mau ke surga. Indah, semua tersedia, dan tidak ada sakit dan kesulitan ya Ayah?" tanya manja Rani pada Ayahnya yang tersenyum sangat manis, dan iya kaget juga, biasanya mana pernah ayahnya tersenyum.
"Bun, jangan lupa, kenakan pakaian terbaik pada Rani dan Rini ya, perjalanan spiritual yang purna."
"Iya, Ayah, jangan khawatir.
Rano mengernyitkan dahi, tumben Ayah Bundanya yang biasanya berteriak untuk memerintahkan ini  dan itu, pagi ini begitu lembut dan halus pilihan katanya. Biasanya rotan siap menghajar kami kalau terlambat sedikit saja.