Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politikus, Belajarlah pada Tokoh ini!

14 Mei 2018   06:00 Diperbarui: 14 Mei 2018   08:15 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Politikus, belajarlah pada tokoh ini, jika hendak menjadi pejabat atau ingin kedudukan yang tidak demikian vulgar dalam mengejar kedudukan atau kursi. Baik politikus tua ataupun muda, baik jika bisa mengelola keinginan itu bukan menjadi obsesi yang   malah membuat orang, massa, atau parpol menjadi bosan, dan maaf muak.

Keinginan, obsesi, dan usaha memang masih sah dan bahkan harus, namun jika obsesi itu berlebih-an, bahkan menggunakan serta membenarkan segala cara. Ini yang tidak patut. Usaha itu harus, keingian pun patut.

Paling tidak ada dua tokoh yang akhir-akhir ini masuk dalam radar survey dan memiliki potensi menjadi kuda hitam. Padahal pernah mengalami keadaan yang tidak mengenakan, dan sisi satunya, sudah "tersingkir" seusai pensiun.

Moeldoko, usai purna sebagai panglima TNI, jenderal ini aktif di dalam sosial dan pertanian, jauh dari glamornya panggng politik. Hingar bingar yang memesona untuk mendapatkan pemilih, ketenaran, sama sekali tidak menjadi bagiannya. Kadang-kadang saja ada pemberitaan media, sesekali ada dalam iklan layanan masyarakat, pun sama sekali tidak ada bahkan pikiran elit sekalipun akan semoncer hari-hari ini.

Tiba-tiba, presiden mengangkatnya menjadi Ketua Staf Kepresidenan. Dulu di Hanura tidak begitu terlihat di depan publik, HKTI pun demikian. kedudukan di lingkaran istana cukup strategis mengerek namanya. Sama sekali bukan ambisi, atau upaya sendiri, dengan membuat banyak pernyataan, konpres, atau menanggapi isu terpanas dengan asal bicara ataupun berapi-api.

Budi Gunawan.  Salah satu inspirasi bagi generasi muda untuk menjadi sesuatu. Ingat bukan kapasitas atau ulasan mengenai kontroversi ini dan itu dalam kaitan kasus dengan KPK dan praperadilan, khusus dalam menyikapi jabatan. Orang akan berpikir usai "ditolak" untuk menjadi kapolri, usai sudah karirnya.

Menjadi wakil dari yuniornya pun dijalani. Padahal banyak orang akan marah, meradang, dan ngambeg jika menghadapi kenyataan demikian. yunior jauh lagi jadi pimpinannya, namun ia jalani dengan baik. Toh bintang empat pun teraih dan tidak ada gejolak.

Kini pun ada dalam daftar panjang kandidat wakil presiden. Coba siapa bayangkan ketika gonjang-ganjing KPK kalah praperadilan kalah untuk pertama kalinya. Pun "ditolak" sebagai calon tunggal, terkuat, dan layak untuk menjadi kapolri. Ternyata kini berbeda.

Jabatan, kekuasaan, ataupun kedudukan itu tidak perlu dicari dengan menggunakan segala cara, mengintimidasi, ataupun ancam sana-ancam sini, demi mendapatkan kedudukan. Tidak akan lari dan tertukar jika memang sudah menjadi rencana Yang Kuasa.

Usaha, tidak salah, namun bahwa usaha itu juga perlu dibarengi dengan realitas di dalam melihat, menakar, dan mengukur diri dengan kemampuan, kesempatan, dan kepentingan, baik diri sendiri, ataupun kepentingan di mana jabatan itu membutuhkan pribadi dengan kapasitas dan kemampuannya.

Upaya itu juga boleh, sepanjang tidak berlebihan, jika berlebihan, bisa malah menjadi blunder dan malah merugikan. Banyak pengalaman dan contoh untuk bisa melihat hal demikian. Bagaimana ada yang menjelek-jelekan pihak lain, ada pula yang mengancam  akan kalah jika tidak dengan pribadi tertentu. Coba bisa dibandingkan dengan perilaku dua tokoh seperti dalam ulasan berikut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun