Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Negara Hancur 2030, Prabowo Sukses, dan Presiden Ada di Depan mata

24 Maret 2018   12:20 Diperbarui: 24 Maret 2018   12:24 1553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Negara hancur 2030, Prabowo sukses, presiden di depan mata, banyak orang menilai ini blunder yang parah. Menyetak gol ke gawang sendiri, elektabilitas makin nyungsep, dan banyak ledekan lain yang tidak kalah sadisnya dengan yang sudah dinyatakan di atas. Apaalagi dari pihak yang tidak mendukung apalagi yang tidak suka. Habis rivalitas 2019, presiden sudah ada di tangan Jokowi, dan seterusnya dan seterusnya. Apakah demikian?

Jelas salah analisis yang menyatakan demikian. Prabowo sukses gilang gemilang, ia melakukan langkah cerdas luar biasa. Tidak heran banyak orang menjadi jengah dan jengkel dengan pernyataan yang sangat sepele, sederhana, dan mengentak itu. Paling orang hanya bisa mengatakan kalau orang kog bisa berbicara hanya berdasar novel atau sejenisnya. Hanya begitu, dengan goncangan yang begitu dasyat?

Pantas hampir empat tahun hanya diam saja. Ternyata memberikan efek kejut yang sungguh dasyat, mengguncangkan iman (lha malah novel Dan Brown), dan tatanan yang mapan bisa goyah. Semua pembicaraan mengenai pernyataan ini, mengalahkan si pengibul dengan tuduhan dan fakta yang tidak kalah sengitnya. Toh kalah heroik dengan pernyataan negara ini akan hancur. Untung tidak ada echosaat kebocoran dulu dengan bocor cooor coor. Coba kalau hancur cur cuur cuuuur begitu.

Prabowo sukses besar dan sebentar lagi akan ada rilis survey kalau elektabilitasnya mulai mendekati, atau bisa saja melampaui Jokowi. Lihat kerennya pemikiran pemimpin besar itu, hanya satu kata, semua  tatanan dunia persilatan, eh tata negara hiruk pikuk. Hampir semua menafikan keyakinan negara ini akan hancur. Ya biar saja, karena itu hak  mereka, hak juga Prabowo meyakini negara akan hancur.

Keyakinan yang akan membawanya ke kursi presiden, karena banyak yang takut kalau Negera Republik Indonesia ini akan hancur pada 2030, lha apa kaitannya dengan 2019 coba? Ya tidak ada, kan beda masa. Masih ada 11 tahun lagi, kalau hancur juga tidak akan ada di tangan pemerintahan Prabowo, ingat paling lama pemerintahan kan hanya sepuluh tahun. Jika yang khawatir hancur dan memilih Prabowo 2019-2024, masih takut dan memilih lagi sehingga 2024-2029. Pas kan.

Tahun 2030 itu bisa saja menjadi jaya, jika peletak pembangunan hari ini hingga 2029 itu baik, modern, demokratis, dan dipercayai rakyat, siapa sih yang mau negaranya hancur? Tidak ada bukan? Selain Prabowo, Amien Rais, Luhut, Jokowi, dan 250-an juta rakyat Indonesia juga tidak mau kog negara ini hancur.

Artinya pernyataannya tidak ada yang salah. Mana coba salahnya? Lha manusia buatan Tuhan Sang Pencipta saja bisa hancur, busuk, dan terurai kog, apalagi bangsa dan negara yang hanya buatan manusia. Bisa saja negara ini memang akan hancur. Pun jangan lupa bisa juga negara ini akan berjaya mengalahkan bangsa-bangsa besar di dunia.

Sejarah masa lalu, Indonesia pernah berjaya kog. Ada Majapahit, Sriwijaya, Demak, Mataram, selain di buku sejarah dan museum, masih bisa kog disaksikan di Jogyakarta yang gagah perkasa kraton dan rajanya, atau melihat Borobudur, Prambana, Candi Plaosan, dan ribuan candi yang membuktikan cerdasnya bangsa ini dulu. Amerika pun tidak memiliki candi seunik, serumit, sebesar, dan seindah candi Pawon saja, apalagi Borobudur, coba betapa hebat bangsa Nusantara.

Nah ingat tidak, ke mana Sriwijaya, ke mana Majapahit dengan Gajah Madanya? Semua lewat, zaman berganti, mau buat candi sekecil Candi Tengaran pun sekarang tidak mampu. Mengapa lewat? Karena berkelahi, merasa diri paling besar, kerajaan lain sebagai musuh, adipati itu perlu dibunuh karena akan merongrong aku, selir itu harus tumpas biar tidak meracuni putraku, dan sebagainya dan sebagainya.

Apakah warna feodal itu masih akan dipertahankan dengan kecurigaan? Dengan tuduhan-tuduhan keji? Tidak perlu, jika mau belajar dari masa lalu. Jaya namun runtuh.

Ketika tidak sesuai dengan pemikiran, gagasan, ide, dan wacana, mengapa sumpah serapah saja yang hadir. Iri dengki menjadi panglima, apa beda dengan selir yang meracuni permaisuri jika demikian. Bangsa ini bangsa besar, besar karena kebersamaan bukan karena sendirian di tangani semua, kalau ada yang mengaku demikian, jelas saja dobol kuro.Kebohongan luar biasa besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun