Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Kebocoran "User Data" dan Pilpres, di Balik Bayang-bayang Cambridge Analytica

23 Maret 2018   05:20 Diperbarui: 23 Maret 2018   06:15 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Techworld.com

Kebocoran data  user dan Pilpres, di balik bayang-bayang Cambridge Analytica,  tentu pilpres yang berbeda tempat dan waktu. Mengapa  menggunakan isu? Karena cenderung masih spekulatif dan kurang begitu valid, pun masih terlalu dini juga. 

Berbeda dengan panenan data via FB yang memang sudah diakui, meski ada beberapa pihak yang merasa menjadi korban, karena meyakini sumber datanya sah.

Ada tiga tema besar dalam artikel ini, mengenai panenan FB yang sudah begitu kuat menjadi bahan pemberitaan. CambridgeAnalytica,yang mengolah data pengguna media sosial FB untuk memetakan pandangan politik yang kemudian dikembangkan dengan tujuan mempengaruhi pemilihan presiden, dalam hal ini Presiden Trump. 

Menarik karena akan berdampak luas dan panjang bagi perpolitikan Amerika. Jika terbukti memang ada kecurangan dan pengubahan persepsi dengan tidak patut, negara yang menglaim sebagai demokrat dunia itu akan malu.

Tema kedua, mengenai isu kebocoran data pendaftaran simcardbeberapa waktu lalu. Ada sekian puluh juta data yang dikirim ke suatu negara untuk diolah bagi kepentingan salah satu kandidat kuat dalam pilpres. 

Sangat menarik, mengapa? Jika Amerika yang diduga menggunakan jasa untuk memberikan  pengaruh adalah calon yang posisinya lemah, bahkan cenderung sangat lemah, kalau di sini yang mendapatkan tuduhan adalah yang kuat. Tentu beda lagi kasus dan pendekatannya.

Pilpres, sebagai ulasan ketiga. Bagaimana ada dua isu besar, salah satu memang mendekati fakta karena sudah ada pengakuan, kedua cenderung masih jauh karena masih sebatas spekulasi, dan cenderung asal-asalan. 

Berbeda dengan kasus di FB itu bahkan terbukti kandidat yang posisi lemah bia menjungkalkan keadaan.  Bagaimanapun tetap perlu waspada, terutama para pelaku secara langsung pemilu, KPU dan jajaran, Bawaslu dan jajaran, pun partai politik.

Perubahan itu penting dan sah-sah saja, namun jika orang yang sejatinya tidak patut karena rekam jejak dan kebiasaan buruknya yang lebih kuat namun menang dengan berbuat curang, tentu lebih baik tidak. 

Seorang dosen filsafat menyatakan kalau pemilu bukan mencari yang terbaik namun menyingkirkan si jahat dari kekuasaan, sejatinya  harapan baik, namun jika jalan demokrasinya tidak semestinya, apakah akan ada harapan baik untuk itu? Hal yang susah bukan?

Pencurian  data nampaknya sangat kecil dari media sosial kita, karena politik bangsa ini telanjang bulat-bulat. Tidak ada lagi rahasia, bahkan menelikung dengan terang-terangan saja sangat biasa. Bagaimana ada partai politik seenaknya saja mendukung sekaligus menelikung pemerintah dengan gagah berani kog. Artinya apa? Peta sudah jelas, tidak perlu melakukan pengambilan data dengan ilegal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun