Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Bola

PSSI Mau Prestasi atau Penonton Sih?

15 Maret 2018   05:20 Diperbarui: 15 Maret 2018   05:50 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

PSSI mau mencari prestasi atau penonton semata sih? Menarik apa yang dilakukan pengurus PSSI dan jajaran di antaranya manajemen klub, selama ini cenderung mengejar jumlah penonton, dan prestasi sebatas bonus, atau sampingan. Idealnya, jumlah penonton adalah bonus atas kinerja apik dan prestasi yang mentereng.

PSSI dan Jadwal Liga. Mungkin paling aneh di dunia bola modern, di mana jadwal bisa molor tidak karuan. Pada sisi lain dua hari satu klbu bertanding pada turnamen pramusim dan piala regional dan waktu yang bersamaan. Melihat penjadwalan di Eropa, mereka mau main lima kejuaraan plus level dunia seperti agenda FIFA bisa tidak bentrok. Mengapa? Mereka serius.

Kejuaraan atau liga yang secara rutin saja bisa tidak jelas, membuat kebingungan pemain, klub, termasuk sponsor. Pembinaan bagaimana  bisa berjalan, apalagi negara jiran pun memiliki kepentingan dengan banyak hal berkaitan dengan ini. Pemain, pelatih, sponsor kalau ada eksodus nanti meradang, ngamuk, tantrum.Padahal pemain itu selain mencari uang juga soal kesenangan bermain bola. Gaji buta tentu bukan kebanggan pemain profesional. Di sinilah peran jadwal dan kalender yang jelas.

Oreintasinya stadion penuh semata, sponsor banyak, soal prestasi menjadi nomer sekian terlalu kasar dan sarkastis, namun melihat modelnya toh memang begitu. Apa yang dicari hanya soal penonton banyak dan tiket laku, sponsor juga mengalir. Mana pembinaan, sama sekali tidak ada yang berjalan. Baik dan menariknya permainan selama ini hanya soal keberuntungan mendapatkan talenta muda yang bagus. Pengurus dan pelaku teras PSSI  tidak ada peran dalam pembinaan berjenjang yang terukur, dan kontinue.

Jika hanya penonton membanjiri stadion, memang nama besar seperti Messi atau Ronaldo usia setengah abad pun akan menarik penonton. Tapi apa iya memberikan kontribusi bagi prestasi tim nasional?

Gila dan tergila-gila yang asing, istilah, pemain, pelatih, dan orientasi, lebih parah naturalisasi tanpa bukti. Pemain asing bolehlah, namun juga yang berkelas, bukan hanya pemain uzur. Main di luar negeri heboh, baru percobaan saja sudah gegap gempita. Dari Artur, Evan, kini Egy. Bukan meremehkan mereka, namun hasil dari itu semua? Primavera nampaknya yang memberi jejak lumayan. Mana yang ke Uruguay? Eks semifinalis tahun 80-an tidak ada yang naturalisasi dan berlaga di luar, toh bisa.

Bangsa ini bangsa besar, eh hanya dilirik oleh asing dikit saja  heboh dan geger. Bolehlah kalau levelnya itu memang jauh lebih baik daripada klub di sini. Kalau sama atau bahkan lebih buruk, ya hanya cari uang lebih banyak. Ini hak pemain, sah, dan tidak ada kaitan dengan nasionalisme. Pengurus dan PSSI  yang harus berperan, bukan hanya melarang atau membatasi. Apalagi jika mereka juga ikut heboh.

Naturalisasi yang menjamur namun kontribusi bagi persepakbolaan masih jauh. Dengan Vietnam sudah mulai ngos-ngosan, dengan Laos mulai sejajar dan sering tersalip, dan mulai was-was ketika menghadapi bahkan Timor Leste sekalipun. Bicara Thailand dan Malaysia sudah membuat miris. Mengapa? Tidak serius dalam mengelola bola.

Meniru asing hanya soal seragam dengan inisial seperti napi saja. Istilah bahasa Inggris, tapi esensi, sarana prasarana malah tidak mau menyontoh sekalipun. Malu tiap menonton siaran langsung, klub di sini masih pakai kertas dibolak-balik saat pergantian pemain dan adanya tambahan waktu. Apa sih mahalnya, dibandingkan untuk iklan ketua umum atau perbaikan stadion korban rusuh ppenonton yang berulang? Sebentar lagi Asian Games, masih pakai kardus dibolak-balik? Pun komunikasi antara wasit dan hakim garis juga masih konvensional itu? PSSI apa gak malu?

Pengelolaan profeional, tahu ekonomi sekaligus cinta bola. Jadi kemajuan bisnis tanpa melalaikan pemain dan permainan sepak bola. Pemain diperhatikan kesejahteraannya, main bisa bagus, menghibur sehingga industri bisa berjalan. Penonton itu membayar jadi dapat hiburan setimpal, bukan semata menyubsidi klub terus menerus. Ada relasi timbal balik. Luar biasa lho penonton Indonesia selalu menonton meskipun disuguhi prestasi minim. Identik dengan Arsenal.

Penonton selama ini begitu rela membayar mahal, teriak-teriak, apa balasan dari itu? Kecewa dan kecewa lagi. Saatnya PSSI bersikap dengan lebih baik dan profesional. Benahi pembinaan sehingga bisa menjadi industri yang menjanjikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun