Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pilpres Adem dengan Dua Pasangan Bakalon, Prabowo-Ahok dan Jokowi-Anies

20 Februari 2018   17:20 Diperbarui: 22 Februari 2018   14:18 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunnews.com

Pilpres adem dengan dua pasangan bakal calon Prabowo Ahok dan Jokowi-Anies, ini serius, beda dengan survey beberapa waktu lalu yang menyatakan banyak dukunngan untuk Jokowi-Prabowo. Boleh dan bagus juga, jika satu pasangan bakal calon gak seru, mana kinerja parpol. Dua pasangan bakal calon tersebut banyak juga memberikan warna perpolitikan selama ini.

Riuh rendah, panas, dan bahkan hampir mendekati biadab karena ada dua kubu yang memiliki dua kelompok garis keras, militan, dan fanatik yang berimbang. Sejak usai pilpres 2014 dipertajam pilkada DKI 2017, suhu itu naik turun dan cenderung naik lagi mendekati 2019. Saling tuding dan tuduh, meskipun paham siapa yang main, dan tidak ada yang mau mengaku. Malah bisa juga lemar batu sembunyi tangan. Mau ditertibkan diganggu dengan otoriter lah, membungkam kebebasan lah, dan sejenisnya.

Potong kompas, kan biasa banget kan, menyelesaikan masalah dengan mengabaikan dan menimbulkan masalah baru, bukan penyelesaikan mendasar? Nah tawaran menarik. coba siapa yang bisa membuat fitnah bagi pasangan Prabowo-Ahok, soal kafir, soal haram ini dan itu, soal kutu loncat.

Demikian juga mengenai pasangan Jokowi-Anies, coba mana ada yang akan mengaitkan dengan etnis atau agama lain jika mereka berdua berpasangan. Memusuhi agama tertentu dan sejenisnya. Semua bisa terbantahkan dengan jitu. Hanya dengan keberadaan mereka berdua dalam satu paket.

Kemungkinan terburuk yang bisa memansakan suasana adalah, kelompok yang selama ini nyaman, enak, dan dapat "kekuasaan" semu, bisa berteriak-teriak tidak karuan, bisa alergi karena tidak ada alasan lagi untuk berteriak-teriak tidak  karuan. Mengapa demikian? Karena yang teriak-teriak itu bukan karena ingin negara bener dan baik, asal berbeda dan mendapatkan panggung untuk dilirik, dan terbukti, tidak dianggap lagi.

Beberapa pihak memang akan seperti luka baru, kena garam masih ditambahi cuka, dan perasan jeruk, perih banget bahkan. Konsekuensi logis juga sebenarnya.

Jauh lebih nilai manfaatnya daripada kerugiannya dengan adanya dua pasangan yang "ideal" tersebut. Dua kubu bertolakbelakang selama ini sudah bisa disatukan dengan adanya dua pasangan yang selama ini selalu dipersepsikan berseberangan. Dengan demikian terjembatani dengan keberadaan bakal calon pasangan tersebut.

Merajut kebhinekaan yang menjadi andalan Pak Anies bisa dilanjutkan usai babak belur dalam dua gawe besar yang sangat melukai rajutan indah tersebut. Apa yang sempat terkoyak bisa terjalin lagi. Apa yang sempat robek bisa utuh kembali.

Tuduhan, tudingan, dan kenyinyiran, bisa diatasi kalau meriam lanngsung dari mesinnya, dari pada memburu peluru yang tidak ada habis-habisanya, mengapa tidak menutup meriamnya dengan bendera kebersamaan. Pelurunya dibuat souvenir bahwa pernah ada demokrasi akal-akalan dan demokrasi busuk menjadi gaya berdemokrasi di Indonesia.

Apakah ini mungkin? Mana ada di Indonesia itu tidak mungkin? Meskipun kecil. Toh bisa saja terjadi. Memang itu tidak  ideal. Toh, banyak yang berkepentingan untuk Indonesia menjadi lemah. dengan demikian, perselisihan dan pertentangan ada yang ngipasi untuk menjadi besar. Bangsa ini menjadi pertaruhannya.

Sedikit banyak dengan dua bakal pasang yang ada menjadi peredam yang paling tidak hingga 75% mengurangi polusi dan potensi kembali membara seperti dua gawe besar tersebut. Apa yang bisa diharapkan hal tersebut terjadi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun