Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kontroversi Pimpinan Daerah dan Hasil Demokrasi yang Perlu Perhatian

27 Januari 2018   07:54 Diperbarui: 27 Januari 2018   08:29 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kontroversi pimpinan daerah dan hasil demokrasi yang perlu perhatian, cukup maraknya pimpinan daerah membuat sensasi, baik korupsi, tampilan, atau perilakunya yang minir. Pun anak buah dan jajarannya yang setali tiga uang. Kisah berulang yang hiruk pikuk pada kontroversial  bukan yang mendasar dan prestasi. Capaian sebatas kisah-kisah miring, soal prestasi amem. Mana sih pimpinan daerah yang sangat moncer prestasinya, dan bisa terdengar hingga nasional bahkan regional? Lokalpun jauh lebih sedikit dari yang tidak melakukan apa-apa.

Ada sebuah kisah inspirasi, lupa dari mana, apa baca atau mendengar, yang jelas secara garis besar seperti ini, seorang pengusaha besar dalam bidang perumahan mendapatkan permintaan berhenti dari orang kepercayaannya. Padahal belum cukup tua dan masih bagus kinerja dan karyanya. 

Seluruh upaya tidak bisa menghalangi niatnya pensiun. Si pengusaha menghendaki sebelum benar-benar pensiun ia mau dibuatkan rumah yang terbaik daripada yang pernah dihasilkan selama ini. pokoknya tidak ada duanya. Bahan terbaik, tukang terbaik, desain terbaik, dan jelas tangan terbaik dari si tangan kanan tersebut. Janji pensiun memang masih sebulan, cukup untuk membuat sebuah karya kenangan tersebut. 

Apa yang terjadi malah sebaliknya, ia ogah-ogahan di dalam mengerjakan, membuat, bahkan dari merancangnya sekalipun. Ia menggunakan bahan yang ala kadarnya, mengerikan tukangpun seadanya, dan banyak bagian bangunan yang sangat buruk, miring, lantai yang tidak rata dan sambungan buruk, talang bocor sana sini, dan pintu pun ada yang miring sehingga tidak bisa ditutup dengan baik.

Sebulan kemudian rumah itu jadi, dengan ogah-ogahan ia serahkan kunci sebbagai simbol bahwa ia selesai mengerjakan kewajibannya. Si pengusaha itu memeluk dan memberikan kunci itu kepada tangan kanannya dan mengucapkan banyak terima kasih. Rumah itu adalah hadiah untuk kinerjamu selama ini. Karya yang  memuaskan banyak pihak, layak jika memberikan satu rumah terbaik untuk orang kepercayaan. Apakah demikian dengan yang terjadi pada si orang kepercayaan?

Pekan-pekan terakhir, pemberitaan diwarnai oleh potongan rambut Pasha yang dinilai aneh. Pro dan kontra. Sebenarnya wajar saja mau potongan seperti apapun. Karena ia adalah pimpinan daerah, akhirnya jadi aneh dan ramai. Sah-saha saja mau seperti apa, namun kondisi bangsa yang masih demikian, ini soal bijak bukan mengenai patut atau tidak.

Demikian juga aksi silat seorang pimpinan daerah yang menguji satpol PP yang dilantiknya, jurus kung fu ala Bruce Lee menjadi konsumsi publik.  Rekaman sebagian pihak keren, sebagian lagi menilai kekerasan. Padahal masih wajar juga kalau untuk satpol PP yang sangat militeristik demikian ada tendangan. Toh menjadi heboh juga. Atau satpol PP yang melaporkan atasannya karena digampar. Lucu jawaban atasannya, hanya menaruh tangannya di pipi si pelapor.

Perekaman. Sangat mudah dan murah adanya kemajuan teknologi untuk merekam. Anak kecil pun dapat. Harga sangat terjangkau. Hal ini tidak dibarengi dengan sikap dewasa dan bijak bisa menjadi bencana. Demi tenar, populer, viral, dan menjadi perbincangan bisa abai kemungkinan yang bisa terjadi.  

Perlu adanya pendidikan yang memadai, mana yang patut dan pantas mana yang tidak. Mana yang lebih banyak muatan negatif atau baiknya. Bisa saja "tendangan" pejabat itu terlihat keren, namun malah menjadi perbincangan yang tidak semstinya. Pun gaya rambut Pasha itu, tidak ada apa-apanya sebenarnya menjadi heboh karena banyaknya kepentingan yang saling sengkarut.

Hal yang baik saja bisa menjadi pro kontra karena kepentingan dan kesadaran yang belum bersaing, apalagi yang menimbulkan sensasi. Bijak untuk bersikap, berperilaku, dan berpenampilan menjadi kebutuhan yang penting dan mendesak. Mau apapun ada tempatnya, orang Jawa mengatakan, empan papan.

Kisah walikota berkungfu pun sebenarnya hal yang biasa dan wajar, tidak ada yang salah jika ia atlet bela diri. Namun sebagai pimpinan daerah, ia adalah bapak, dan kala bapak mengulurkan kaki, terlihat dalam photo, beda lho dengan film apalago nyata, bisa berbeda persepsi yang sangat jauh dan bisa menjadi macam-macam tafsirannya. Ingat, pemimpin disorot dari berbagai segi. Tendangan indah oleh pengamat bidang olah raga, kekerasan oleh yang tidak suka kekerasan, tidak pantas oleh pihak yang melihat lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun