Menimbang Peluang Hattrick Jusuf Kalla dalam Pemilihan Presiden 2019
Pemilihan presiden memang masih dua tahun ke depan. Namun geliatnya sudah mulai meningkat. Apalagi komentar politikus senior PDI-P, Tjahjo Kumolo, yang berwacana menempatkan Jusuf Kalla untuk menjadi ketua tim pemenangan Jokowi, yang menuturnya pasti akan maju lagi. Menarik apa yang  disampaikan adalah, posisi wapres bukan untuk Jusuf Kalla lagi. Beberapa alterntif bisa timbul, JUSUF KALLA maju menjadi calon presiden dengan mencari cawapres lagi, atau malah menjadi cawapres dengan calon presiden lain, potensial adalah Prabowo. Seberapa mungkin itu terjadi? Semua serba mungkin, apalagi perpolitikan bangsa ini sudah biasa melihat sepak terjang yang cenderung jungkir balikpun bisa.
Potensi Jussuf Kalla dan Prabowo
Jika memenangkan kompetisi demokratis ini, berarti beliau akan menjadi satu-satunya wapres dengan tiga presiden yang berbeda. Bila terjadi hal ini prestasi dunia yang sangat susah dicapai oleh siapapun. Apa modal yang bisa membuat peluang ini terjadi.
Pertama, jelas ungkapan Tjahjo adalah peluang kecil bagi duet Jokowi-Jusuf Kalla maju lagi, meskipun belum sepenuhnyaa tertutup. Jika iya, sayang juga potensi muda Indonesia untuk maju ke pucuk pimpinan bisa terhambat. Faktor usia sangat menentukan di posisi ini.
Kedua,hubungan dengan Prabowo biasa, normal, baik tanpa ada sebuah cacat cela. Hal  ini tentu bukan masalah, jika mereka mengajukan duet Prabowo-Jusuf Kalla. Baik personal maupun politis mereka tidak ada masalah dan ganjalan berarti.
Ketiga,Golkar yang pernah menyatakan dukungan ke Jokowi, susah ditebak. Hampir selalu Golkar tidak sejalan dengan apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan, soal pemilihan presiden. Mengajukan siapa mendukung siapa, tidak heran Prabowo mendirikan Gerindra dan Wiranto membuat Hanura.
Keempat,kedekatan dengan kelompok-kelompok yang sama kala pilkada DKI bisa menjadi jembatan antara Jusuf Kalla yang tentu "bersebrangan" dengan Jokowi. Kedekatan ini semakin mendekatkan dengan Prabowo.
Kelima, posisi yang tampak lemah dalam pemerintahan sekarang bisa diolah, digoreng, dan dijadikan amunisi untuk ke depan. Ingat bagaimana beliau berkomentar soal Jokowi waktu menjadi gubernur. Jangan lupa kelihaian hal ini sudah teruji.
Tentu bukan hanya dengan Prabowo Jusuf Kalla bisa berduet. PAN ketika ketua umumnya pernah menyatakan banyak dukungan mengalir. Beberapa hal susah untuk bisa berbicara banyak.
Satu,suara PAN tidak signifikan untuk berbuat apapun. Diperparah rekam jejak mereka yang tidak jelas, banyaknya potensi korupsi, dan kader yang tidak menonjol susah mengusung duet ini, susah bukan berarti tidak bisa lho.