Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Di Balik Kekalahan Ahok (PDI-P)

21 April 2017   10:23 Diperbarui: 21 April 2017   19:00 2472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

DI Balik Kekalahan Ahok (PDI-P)

Artikel ini pasti ramai, mengatakan untuk move on,nyinyir, dan sebagainya, lucu saja merasa menang tapi kog masih saja ngributi di lapak orang, gak berdasar lagi. Gak apa-apa namanya orang dewasa kudu paham dengan anak-anak yang rewel alias tantrum. Apapun salah di mata anak kecil.

Beberapa hal patut diamati sebagai penyebab kekalahan Ahok, bukan mau gak move on,lho, bedakan, atau gak bisa bedakan? Halah pasti juga itu-itu saja.

Pertama, faktor ketua pemenangan Ahok-Djarot.

Lucu dan sekaligus menarik, karena sejak awal orang ini tidak sejalan dengan Ahok. Banyak ulah, tingkah, dan perbuatannya yang bertolak belakang dengan ide dan gagasan Ahok. Lebih pas sebenarnya yang dulu, dari pada yang kemarin itu, Nusron berani bertarung, punya basis massa dan tentunya belum pernah secara terbuka menyatakan berbeda dengan Ahok.  Tidak hanya sekali, malah berkali-kali, apa iya, bisa bekerja sebaliknya, kemarin mau menyingkirkan tiba-tiba mau mengokohkan?

Kedua, parpol,

Sepi dari hingar bingar kampanye, seolah sepi dan mencari aman sendiri, apalagi berkaitan dengan kisah Ahok di pengadilan. Mereka terkesan cari aman dan nyaman, sepanjang pengadilan tidak peduli, kalau menang ikut dapat enaknya, getah di pengadilan jangan sampai kena di parpol. Tidak nampak kinerja mereka,s elain top pimpinannya datang ke media, wawancara ini itu, dan sudah, gerakan konkret tidak ada.

Ketiga, pihak lawan cerdik dan gerak cepat

Proses cepat di putaran pertama ke kedua, sangat jelas terlihat. Soal bahwa cara dan atau mekanismenya bukan kajian dalam artikel ini.  Mereka mampu membalikkan keadaaan dengan baik, dan ini yang abai diantisipasi oleh pihak tim pemenangan Ahok yang seolah terlena dengan perolehan babak pertama

Keempat, bisa saja kelompok Ahok kepedean di putaran pertama

Bagaimana tidak, sama sekali tidak menyangka jika masih bisa menjadi jawara, maka abai akan pergerakan di putaran kedua. Angka di putaran pertama bisa saja di luar prediksi kelompok Ahok sehingga mereka malah kaget dan terlena di babak selanjutnya.

Kelima, parpol tidak menyentuh ke bawah

Elit memang terlihat jelas dengan aneka tujuan dan maksud mereka masing-masing. Di bawah ternyata tidak sampai. Bisa saja elit mengatakan mendukung, sedang di tengah dan bawah memilih pilihannya sendiri, (soal ada masalah lain beda kasus).

Pelajaran berharga untuk terutama PDI-P

Berkali-kali (dikadali) ditelikung oleh manuver lawan yang tidak terduga-duga, termasuk di Banten, di pusat, bukan hanya sekali, berkali-kali, kali ini Jakarta.

Tetap saja namanya politik tidak bisa diprediksi secara presisi seperti ilmu pasti, namanya manusia lagi. Bisa saja di depan A di belakang, B, apalagi politikus transaksional masih sangat kuat dan malah makin liat di sini. Liat karena pergerakan mereka lebih kuasa dan kuat melibas politik bersih.

Kaderisasi anggota sangat penting, sehingga tidak akan ada lompat kandang tanpa bisa dikontrol, Golkar yang sudah malang melintang ternyata masih bisa eksis dan sukses dengan ide mereka. Parpol lain bisa belajar soal ini, bukan yang lain lho, banyak kebaikan meski ada juga kejelekan, apalagi mereka tidak menggunakan cara pemaksaan dan menakut-nakuti, apalagi melibatkan akhirat segala.

Sikap demokrat sejati yang masih perlu dijunjung dan dikembangkan. Sikap menang kalah sudah mulai bisa dikembangkan, sikap sportif taat azas ternyata masih memprihatinkan. Bagaimana beda ideologi bisa bekerja sama karena kursi bukan karena kesamaan perjuangan. Lucu dan aneh ini.

Menghayati kekuasaan itu terbatas. Hal ini masih belum sepenuhnya bisa terjadi. Lihat bagaimana kalah seolah kiamat, kalau menang seolah semuanya ada di tangan.  Hal ini perlu menjadi pembelajaran bersama, Ada masa di mana ada perubahan dan itu alamiah. Periodisasi itu untukmengatur hal itu, kalau ini lupa, menang tidak bekerja, kalah mengacau dan mengganggu jalannya pemerintahan.

Menang dan kalah itu biasa. Kalau menang malah meneror yang kalah  itu luar biasa, apalagi kalau yang kalah merasa menang lebih luar biasa lagi. Saatnya demokrasi berjalan, siap dengan segala konsekuensinya.

Jayalah Indonesia

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun