Mohon tunggu...
SRI PATMI
SRI PATMI Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Program Studi Strategi Pertahanan - Dari Bumi ke Langit

Membumikan Aksara Dari Bahasa Jiwa. Takkan disebut hidup, jika tak pernah menghidupi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Panas Merintih Pecah

16 Mei 2022   15:28 Diperbarui: 16 Mei 2022   15:35 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : news.detik.com

Masih bercampur debu dengan abu disini 

Sekitar kawah yang meninggalkan sejarah 

Jejak diantara kaki kecil nyali yang terpencil 

Tak berani tampil hanya sembunyi dibalik tangan terampil 


Pada tanah yang mengering kini raga terbaring 

Butiran halus kini memadat dan retak berkeping-keping 

Haus tanah dikoyak terik, hilang air dikandung tanah 

Panas dalam butiran merintih pecah 


Tanah berubah menjadi gurun turun temurun 

Biota berenang seperempat badan terkubur tanah 

Dulu airnya menggenang kini hanya terkenang 

Dikubur terik diziarahi oleh sang awan 


Bogor Barat, 16 Mei 2022 

Salam,

Sri Patmi 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun