Mohon tunggu...
SRI PATMI
SRI PATMI Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Program Studi Strategi Pertahanan - Dari Bumi ke Langit

Membumikan Aksara Dari Bahasa Jiwa. Takkan disebut hidup, jika tak pernah menghidupi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ironi Bau Busuk Ditengah Wanginya Industri Parfum

10 Februari 2022   11:57 Diperbarui: 10 Februari 2022   13:47 1207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar : merdeka.com

Siapa yang tak kenal dengan parfum merk Dior, Chanel, Mont Blanc, Calvin Klein, Hermes, Hugo? Ya.. itulah merk parfum-parfum dunia. Bicara masalah industri parfum sangat wangi dan harum ya? Tapi, tanpa peranan Indonesia pasar parfum dunia tidak akan sebesar sekarang. Loh mengapa? Kok bisa?

Kuncinya adalah minyak Nilam atau pathcouli oil. Minyak nilam sangat berpengaruh dalam industri parfum karena berfungsi sebagai pengikat aroma. Makanya kebutuhan industri parfum terhadap minyak Nilam sangat tinggi mencapai 2000 ton per tahun. Indonesia memberikan sumbangsih produksi minyak Nilam sebesar 1500. Artinya 75% dari kebutuhan minyak nilai dunia dipenuhi oleh Indonesia. Minyak Nilam Indonesia memiliki kualitas terbaik diseluruh dunia. Bahkan merk parfum Dior sangat bergantung pada produksi minyak Nilam Indonesia.

Namun, pencapaian ini berbanding terbalik dengan fakta-fakta yang menyedihkan. Sebagai penghasil minyak Nilam terbaik dan terbesar didunia seharus bangsa ini memiliki kekuatan untuk menentukan harga jual di pasar.

Ironisnya, Indonesia tidak memiliki pengaruh dalam penentuan harga pasar. Dominasi penentuan harga jual minyak Nilam ini ditentukan oleh broker dan pembeli. Bayangkan saja! Masa jadi buruh yang diupah di sawah sendiri? Apa yang salah?

Faktor penentunya Indonesia tidak memiliki produk jadi. Indonesia hanya mengekspor bahan mentah bukan barang jadi. Dan tidak ada parfum Indonesia yang mendunia.

Jika dikaji lebih dalam, nilai impor parfum lebih besar dibandingkan nilai ekspor untuk produk wewangian. Perbandingannya adalah impor 1,1 miliar rupiah vs ekspor 637 juta rupiah. Selisih sebesar itu terjadi karena barang yang diimpor adalah produk jadi yaitu sebotol parfum mahal merk dunia. Sedangkan yang diekspor adalah bahan mentahnya.

Harga 1 kg minyak Nilam berkisar 750 ribu rupiah sedangkan beberapa mililiter parfum yang datang ke Indonesia harganya melambung tinggi jutaan rupiah.

Sebenarnya masalah ini sudah dipikirkan jauh-jauh hari oleh founding father, Bung Karno. Beliau bermimpi Indonesia menjadi produsen minyak wangi terbaik dunia. Mimpi itu diwujudkan dalam bentuk pembangunan pabrik minyak Nilam terbesar se-Asia Tenggara yang berlokasi di Tawangmangu tahun 1963 dan bekerja sama dengan Hungaria.

Sayangnya...

Dinamika gejolak politik berkembang begitu cepat. Banyak kepentingan ditengah gencarnya perubahan geopolitik dan sosiopolitik. Bung Karno lengser dan mimpi itu belum terwujud sampai sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun