Mohon tunggu...
SRI PATMI
SRI PATMI Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Program Studi Strategi Pertahanan - Dari Bumi ke Langit

Membumikan Aksara Dari Bahasa Jiwa. Takkan disebut hidup, jika tak pernah menghidupi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Siapa yang Juara Kekuatan Militer dan Ketahanan Potensial Negara ASEAN?

22 Desember 2021   19:00 Diperbarui: 23 Desember 2021   08:46 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar : theglobal-review.com

Negara ASEAN menjadi negara paling potensial menghadapi perang faktual dan perang potensial antar negara adikuasa. Mulai dari konflik nine dash line yang bertahun-tahun tak kunjung usai sampai dengan Pakta Keamanan AUKUS yang baru saja terbentuk Bulan September 2021. Siapa bilang negara ASEAN tidak berkepentingan didalam konflik-konflik tersebut? Sebagai tetangga antar negara dan antar benua, negara ASEAN terkena imbas langsung dan tidak langsung. Aspek pertahanan negara dan ketahanan nasional menjadi sorotan penting dalam menghadapi berbagai ancaman dari dalam dan luar negara. Dari luar negara, konflik perbatasan dan perebutan wilayah kekuasaan menjadi isu teritorial dalam pembahasan KTT G20, TAC, dan ARF. Dari dalam negara, beberapa konflik yang akan muncul adalah separatisme, aksi sporadis, terorisme dan kejahatan siber. Oleh karena itu, pertahanan negara perlu dikuatkan oleh militer dan ketahanan nasional. Berikut ini kekuatan dan ketahanan negara ASEAN berdasarkan peringkat teratas menurut Global Fire Power :

Data Diolah Oleh Penulis                 
            googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-411');});
Data Diolah Oleh Penulis   googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-411');});
Peringkat penilaian tersebut berdasarkan indikator kategori. Kategori dalam penilaian mencakup sosial, politik, keamanan, geografi, geopolitik dan finansial suatu negara. Beberapa negara memenuhi 47 kategori untuk dikaji. Sementara ada beberapa negara yang hanya dapat memenuhi 46 kategori penilaian. 

Dalam Perspektif MANPOWER, Indonesia memiliki SDM yang cukup memadai dengan jumlah populasi terbesar ke-4 dunia dan posisi pertama di wilayah ASEAN. Disusul oleh Filiphina, Vietnam, Thailand, Myanmar, Malaysia, Sri Lanka, Kamboja, Laos dan Singapura.  Dengan total personal militer pertama adalah Vietnam 5,5 juta , Singapura 1,4 juta, Indonesia 1 juta, Thailand 700ribu, Myanmar 500ribu, Malaysia 400ribu, Filipina 300ribu, Srilanka 300ribu, Kamboja 195ribu, Laos 130ribu. Secara kuantitas, ASEAN memiliki SDM yang harus ditingkatkan kualitasnya. Kuantitas SDM merupakan modal awal yang dimiliki suatu negara, dimana rakyat dan negara dapat bersatu padu dalam menjaga kedaulatan negara dan ancaman dari luar. Kendala yang dialami saat ini adalah rasa nasionalisme yang kurang dan bela negara yang harus ditumbuhkan. Bela negara bukan berarti rakyat sipil harus angkat senjata untuk menjaga kemerdekaannya. Aspek bela negara lebih pada wujud immateri berupa nilai persatuan dan kesatuan yang mulai memudar. Banyak faktor yang mempengaruhi perpecahan ini terjadi, dibidang militer salah satunya adalah tren ancaman hibrida. Selama beberapa dekade terakhir, perang hibrida digunakan untuk menghancurkan negara yang memiliki kekuatan militer kuat secara halus dan sporadis. Perang hibrida akan menyasar pada SDM dengan perubahan yang radikal dan fundamental. Dalam perspektif sejarah peperangan dunia, perang hibrida dianggap sebagai salah satu tren perang yang efektif dan efisien biaya. Perang hibrida melibatkan teknologi, doktrin, psikologi dan sains dan strategi yang kuat untuk mempengaruhi SDM dalam suatu negara. Jenis ancaman hibrida berupa ancaman siber dengan sifat dan karakter : mengancam dan merusak Kerahasiaan (Confidentiality), Integritas (Integrity) dan Ketersediaan (Availability) dari sebuah sistem teknologi informasi/sistem komputer. Ancaman siber pernah terjadi di  The Moris Worm (1988), Propaganda Siber Chechnya (1990), Serangan Milliter Kosovo (1999), Serangan Ekonomi Timteng (2000), Peretasan di China dan AS (2001), Serangan Estonia (2007), Botnet Georgia (2008), Stuxnet Worm Iran & Indonesia (2010), Serangan Siber di Kanada (2011) & Red October (2012). 

Ancaman hibrida lainnya berupa Terorisme dengan sifat dan karakter Teror Ekonomi dan Ketidakadilan (Disparitas Kesejahteraan, SARA, Distribusi Kekuasaan dan Pembagian Wilayah) & Teror Politik (State Terrorism). Hal ini pernah terjadi dalam bentuk Early Terrorist atau Traditional Terrorism (sebelum abad ke-19: Perang antaretnis, perebutan kekuasaan, wilayah atau harta benda (Zealot, Okupasi Roma terhadap Palestina oleh J.Plavius, Order of the Assasin, Hasan I Sabah abad ke-7 Napoleon Wars dan Pembunuhan Franz Ferdinand 1914. Modern Terrorism (Akhir abad ke-19 dan awal abad ke-21): 1960an dan 1970an, Respon terhadap ketidakadilan Poleksos (Bersifat fanatik) 1980an-1990an, Respon terhadap ketidakadilan Poleksos (Munculnya Ekstrem Kanan, Etnis Minoritas, Ex IMRO di Macedonia, Teroris Armenia vs Turki. Ancaman lain yang akan membahayakan pola pikir SDM dalam suatu negara adalah insurjensi dengan sifat dan karakter Menggulingkan pemerintahan yang sah melalui tindakan subversif dan konflik bersenjata. Hal ini pernah pada periode Wide Range of Violent Extrimist Group: Neo-Nazis, Animal Rights & Eco-Terrorism Extremism, Black Separatist Extrimism, Militia Extrimism & Sovereign Citizen, Extrimism and Al- Qaeda & ISIS-Inspired. 

Dalam menghadapi ancaman hibrida, Indonesia menerapkan pola pertahanan militer, didukung dengan kekuatan pertahanan nirmiliter yang diinformasikan kedalam Komponen Pendukung sesuai hakikat dan eskalasi yang timbul. Secara bertahap Indonesia perlu meningkatkan kapabilitas pertahanan negara yang memiliki daya tangkal melalui pembangunan postur yang secara utuh mampu menghadapi segala bentuk sifat dan karakter ancaman hibrida  disesuaikan dengan kebijakan pertahanan negara yang selaras dengan pembangunan nasional, termasuk pembangunan kawasan perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar/terdepan untuk mewujudkan postur pertahanan negara yang handal.

Data Diolah Oleh Penulis
Data Diolah Oleh Penulis
Kekuatan militer suatu negara ditunjang oleh aspek alutsista yang dimilki suatu negara. Berikut ini perbandingan kekuatan udara yang dimilki negara-negara ASEAN. Pertahanan dan keamanan negara pada matra udara, posisi pertama adalah Thailand dengan jumlah kekuatan pesawat tempur sebesar 587 ranking 20 dari 140 negara, kedua Indonesia 458 pesawat dan menempati ranking 28, Myanmar memiliki 287 pesawat, Vietnam 247, Singapura 237, Filiphina 179, Malaysia 147, Sri Lanka 78, Laos 33 dan Kamboja 21.  

Data Diolah Oleh Penulis
Data Diolah Oleh Penulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun