Mohon tunggu...
Bias Asa
Bias Asa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Saya adalah seorang yang punya kegemaran mencurahkan isi kepala juga isi hati dalam tulisan

Kehilangan deskripsi tentangku sendiri, yang ku tau "manusia harus berjalan dititian takdir" dan aku juga manusia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senggama Puisi

30 Mei 2021   00:03 Diperbarui: 30 Mei 2021   00:12 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kekasih adalah matahari perak yang memeluk liuk tubuhku di dalam gumpalan awan

betapa bahagia ketika terik meneteskan embun embun
mengucup bibir kita yang kering oleh antiseptic dan disinfektan akibat terlalu takut dengan wabah yang tak kunjung hilang

bintang merah muda memulaskan warnanya di kedua pipiku
terpejam aku saat punggung tanganmu menyeka udara panas di dahiku
''sayang, tanganmu kering kurasa kehilangan ph nya akibat terlalu sering kau cuci''
kataku

kita saling memandang lalu tertawa berdua
sejurus kita sehati, kurasa.
konyol sekali bukan?
hampir dua tahun lamanya kita menjadi begitu konsumtif pada sabun cair dan sanitizer
tapi semuanya tetap sama sayang
masih juga kita tak mampu membersihkan jiwa kerdil kita
kita masih saja tak mampu terbebas dari virus virus cinta yang membuat kita harus flu tak henti hentinya

''sayang, aku sakit perut'' kataku
''ah, kunyah daun jambu saja'' katamu
''kau jangan ke dokter sayang, nanti dibilangnya kau corona, kalau kau di isolasi siapa yang akan menyiapkan pakaianku nanti, membuatkan aku sarapan dan kopi di pagi hari''
kau kembali terkekeh, mataku melotot


ah tapi kau benar sayang
mana boleh kita dipisahkan oleh dinding isolasi, belum lagi jika aku tak di beri obat lalu sakit ku semakin parah, siapa yang akan mengantar ku muntah ke kamar mandi

akhirnya sayang, kita tak usah membahasakan apa apa
kita bercumbu saja di malam malam yang terasa panjang
kemudian di siang hari kita akan makan sedikit sedikit agar tidak terlalu cepat habis beras di gentong kita
untuk mencari kita serba terbatas
jualan sepi, ojek sepi, semua orang berusaha mengikat batu pada perut perut mereka sendiri agar lapar tak menghantui
sementara mengharap tunjangan corona kita tak berani, kan?
baiklah akhiri saja perbincangan kita dengan senggama puisi
biarkan syair dan rima mengalir di segenap tubuh kita, sebelum besok diganti dengan sabun cair dan hand sanitizer lagi.

Kepahiang, 30 mei 2021

12.01 wib.

Bias Asa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun