Mohon tunggu...
Daniel Pasedan
Daniel Pasedan Mohon Tunggu... Guru - Berkeluarga, dua anak

Iklas, Jujur, Sederhana, Rajin, Peduli, Suka Berbagi, Cerdas, Berani, Tahu Diri, ... adalah Pondasi Pemimpin yang Dirindukan

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Bijaksana Merespon Permintaan Anak

17 Februari 2023   10:50 Diperbarui: 17 Februari 2023   10:55 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : https://www.dfunstation.com/blog/read//51/mengapa-orang-tua-perlu-belajar-parenting

Namanya anak, adalah wajar jika meminta sesuatu kepada orang tuanya. Hampir setiap hari, anak meminta. Entah itu jajan, kebutuhan sekolah bahkan keperluan pergaulan dengan teman-temannya.


Anak yang belum dewasa berpikir, belum mampu memilah kebutuhan yang harus dipenuhi dengan keinginan yang tidak seharusnya dipenuhi.

Dalam banyak kasus, ada orang tua yang memberi, memfasilitasi anak dengan berbagai hal yang sesungguhnya bukan kebutuhan anak dan sama sekali tidak menjadikan anak bertumbuh dengan sehat. Justru pemberian orang tua sering menjadi sarana bagi anak bertumbuh menjadi sosok yang manja, malas, suka terima beres, jauh dari karakter problem solver.

Di tempat dan lingkungan berbeda, banyak keluarga yang sukses membangun karakter anak-anak menjadi sosok pekerja cerdas, tidak suka meminta-minta, bahkan di usia 20an mampu membuktikan prestasi cemerlang melebihi orang-orang usai kepala empat.
Lalu, bagaimana seharusnya orang tua merespon permintaan anak-anak secara bijaksana?

1. Kemampuan memilah antara kebutuhan dan keinginan. Orang tua harus mampu mendeteksi yang mana kebutuhan anak dan yang mana permintaan keinginan anak yang tidak perlu dipenuhi. Jelas bahwa kebutuhan manakan yang sehat, pakaian yang layak, kebutuhan sekolah semestinya dipenuhi dengan cukup. Orang tua wajib mengusahakannya dengan terbaik.


2. Orang tua selalu dan selalu bersikap terbuka kepada anak, akan fakta yang sedang dialami. Tidak butuh drama. Sampaikan jika sedang mengalami kesulitan keuangan, jelaskan juga bahwa ada kebutuhan bersama yang harus dipersiapkan dan juga menjadi prioritas bersama.


Apapun kondisi yang dialami orang tua dalam membangun keluarga, kesulitan apapun yang dialami, berusahalah memberi respon yang santun kepada anak-anak. Ajaklah anak-anak berdiskusi, berbincang-bincang tentang rencana-rencana yang hendak dilakukan orang tua. Jelaskan kepada anak rincian pengeluaran, kebutuhan bulanan keluarga.


Nak, gaji papa 4 juta setiap bulan, sambil tunjukkan duit dan slip gaji beserta potongan. Duit ini kita pakai untuk : beli beras, bayar listrik, sewa rumah, uang sekolah,... nah, masih ada sisa 300 untuk kita pakai jajan bersama. Adakah kebutuhan mendesak kalian bulan ini? sepatu, pulpen... ? (Kami tidak memberi uang jajan kepada anak setiap hari biar sepeserpun! ini tantangan berat dalam lingkungan pergaulan anak. Soal jajan, yaaaa... jajan sama-sama, papa mama anak-anak).


Dengan begitu, anak akan paham berapa duit yang diterima dan kebutuhan apa saja yang harus dipenuhi. Hal ini akan membuat anak secara tidak sadar belajar literasi financial.


Setiap keluarga tentu menerapkan pola berbeda dalam mengelola keuangan rumah tangga, namun satu hal penting bahwa ajari anak sejak dini mengenal keuangan keluarga secara transparan, akuntabel, jujur, amanah. Jika orang tua korupsi, anak akan tahu. Jika orang tua mengalami kesulitan, anak akan paham.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun