Mohon tunggu...
Pascalis PeWe
Pascalis PeWe Mohon Tunggu... Full Time Blogger - wirausaha sejak usia 37 th

Jangan takut memulai usaha, yang kamu takutkan justru ketika kamu terlambat memulainya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ogah Kantong Plastik, Coba Plastik Organik

9 Februari 2010   03:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:01 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tersenyum geli dan sinis dengan ide me-NOL-kan kantong plastik di pasar tradisional. Wacana ini sudah lama diserukan oleh setiap orang pecinta lingkungan, namun menjadi gerakan dan kebijakan justru di tengah kebutuhan yang kita tidak tahu. Yang pasti bukan karena seruan para pecinta lingkungan.

Memulai mengganti kantong plastik dari pasar tradisional seakan menegaskan bahwa pasar tradisional penuh masalah dan menjadi penyebab utama menggunungnya sampah plastik.

Menurut saya Dinas Pasar perlu mempertimbangkan keberadaan supermarket, pasar super yang selama ini membuat kita nyaman berbelanja justru lebih besar. Mereka justru paling "rewel" (baca: disiplin) dengan urusan kantong plastik. Mereka 'memaksa' kita menerima berlembar kantong plastik sesuai dengan jenis belanjaan yang kita beli. Sebut saja satu kantong plastik untuk sayuran, pastinya kita diberi satu kantong plastik lagi untuk pelengkap mandi cuci yang mengandung kimia. Tambah satu lagi kantong plastik untuk makanan kecil berplastik, belum lagi peralatan elektronik dan belanjaan lagi. Minimal tiga kantong plastik kita bawa pulang bahkan lebih.

Mencuplik tulisan Dewi Lestari dalam http://dee-idea.blogspot.com, dirinya pernah berkeluh bahwa, Rata-rata orang keluar dari sana (pusat belanjaan) membawa 4-6 kantong kresek. Belum termasuk plastik-plastik yang membungkusi buah dan sayur. Bahkan dee juga memberikan data, Dari data yang saya baca, di jaringan Superindo sendiri, penggunaan kantong kresek bisa mencapai 300.000 lembar per hari. 700 ton sampah plastik diproduksi hanya oleh Jakarta saja. Dan menurut Kementerian Lingkungan Hidup, komposisi sampah plastik di kota-kota besar seperti Surabaya dan Bandung meningkat sejak tahun 2000 dari 50% ke 70%. Kita benar-benar sudah dicekik plastik".

Gunakan plastik organik

Lalu, kantong ini diganti apa? ide gila ini benar benar gila bila tanpa solusi. Diganti kantong kertas juga bermasalah dengan bahan baku kertas yaitu kayu yang semakin membabi buta penebangannya. Sekilas saya teringan dengan kawan kawan gila saya di Yogya. Mereka adalah sekelompok mahasiswa gila dari Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Mereka meneliti Mikroalge semacam tanaman penghasil agar agar. Dari Penelitian ini lahirlah pembungkus makanan ramah lingkungan yang dibuat dari endible film dari mikroalga platensis. Hasilnya adalah lembar pembungkus dan mudah diurai. Tak tahu itu kerta atau plastik. Tebal seperti kertas, mengkilap seperti plasti. Gilanya endible film ini bisa dimakan bahkan mengandung anti oksidan.

Sebagai Broadcaster inting jurnalistik saya bekerja.ini berita besar harus diblow up. Tak hanya masuk dalam liputan namun juga saya pertemukan mereka pada kesempatan yang pas dengan Rachmad Witoelar, Menteri lingkungan hidup periode 2004-2009 lalu.

Hasilnya...

Pak menteri menanggapi dengan senyuman gembira dan kemudian...(sepi) tak lama dari itu para mahasiswa pun lulus kuliah. Tak ada respon. Penelitian tinggal penelitian dan terurai tanpa bekas. sayang ya..    (pasc)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun