Mohon tunggu...
Paryono Yono
Paryono Yono Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk berbagi

Blog pribadi https://dolentera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jika Hati Ibarat Rumah, Ini yang Perlu Kamu Lakukan Agar Hatimu Bersih dan Terasa Luas

6 Februari 2023   17:02 Diperbarui: 6 Februari 2023   17:08 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lapang (pic. pyxabay.com)

Saya tinggal bersama istri dengan 3 anak balita di perumahan kecil dengan luas tanah sekitar 90 meter persegi. Anak pertama saya saat tulisan ini dibuat berumur hampir enam tahun, yang kedua 4 tahun lebih sedikit dan yang ketiga kurang dari tiga tahun.

Sebagaimana orang tua yang memiliki anak kecil, di rumah kami juga banyak mainan yang tidak terpakai. Mainan tersebut ada yang masih layak pakai namun tidak dipakai karena bosan atau sudah tidak sesuai usia. Namun ada juga yang memang sudah tidak bisa digunakan karena rusak.

Selain mainan, saat itu rumah kami masih banyak perabot rumah tangga yang sudah tidak terpakai, juga ada peralatan dapur yang yang sudah rusak.

Penumpukan barang yang tidak digunakan menjadikan hidup kita tidak nyaman. Banyak barang yang tidak terpakai membuat rumah kita menjadi sempit dan tidak nyaman. Banyak barang yang tidak terpakai juga memakan banyak ruang dan membuat rumah tampak kacau dan tidak teratur. Selain itu barang-barang tersebut menjadikan saya kurang fokus dan memberikan kesan tidak teratur yang mempengaruhi konsentrasi dan fokus. 

Banyak nya barang yang kurang bermanfaat menjadikan rumah saya terasa sempit. Anak-anak pun menjadi kurang bebas bermain kejar-kejaran dan menjadi kesulitan mencari mainan yang diinginkan.

Akhirnya saya bersepakat dengan istri untuk menata barang-barang tersebut. Perkakas yang sudah tidak digunakan kami kemas. Untuk barang yang masih layak digunakan kami berikan kepada yang memerlukan. Barang yang tidak dapat dimanfaatkan kami berikan kepada yang biasa ambil sampah di perumahan.

Setelah barang-barang di rumah kami banyak berkurang, rumah terasa lega.  Saya bebas ke sana kemari tanpa harus terkena perkakas. Rumah kami pun memiliki ruang kosong untuk anak-anak bisa main dengan leluasa.

Berdasarkan pengalaman tersebut, saya mendapatkan pelajaran, bukan hanya sekedar bagaimana menata rumah, tapi lebih dari itu. Saya dapat menata ruang dalam diri saya yang lebih penting dari sekedar rumah. Ruangan itu adalah hati saya sendiri.

Bahwa untuk menjadikan hati kita lega dan terasa luas, saya harus berani membersihkan hati dari hal-hal yang tidak ada manfaatnya. Dengan kata lain, hati kita terasa sempit itu  bukan karena orang lain atau sesuatu yang lain. Hati kita terasa sesak itu ya karena hati terlalu banyak dipenuhi keinginan yang kurang penting, rasa iri, dengki, rasa marah yang sebenarnya tidak bermanfaat.

Hati kita ibarat rumah bahkan lebih luas dari tempat yang kita diami. Hati kita sangat luas bahkan boleh jadi bisa seluas langit dan bumi. Namun untuk merasakan hati kita luas, kita harus membersihkan dari berbagai macam penyakit hati.

Boleh jadi apa yang saya sampaikan ini hal biasa, sudah banyak yang tahu. Namun meskipun sudah pada tahu, apakah kita mau untuk membersihkan hatinya dari permusuhan, rasa marah, rasa iri dan berbagai penyakit lain? Dan, meskipun kita mau apakah kita tahu cara membersihkan hati kita sendiri?

Untuk membersihkan hati tidak lah mudah dan saya mengakui itu. Namun, meskipun sulit sebenarnya dapat kita usahakan. Salah satu caranya adalah dengan menanamkan kasih sayang dalam diri kita. Kasih sayang dapat mengikis kebencian dalam dada. Apakah berarti kita harus-bagi uang? Saya kira tidak. Langkah yang paling murah dapat kita lakukan diantaranya dengan mendoakan semua  orang, termasuk yang kita benci. Jika kita sudah bisa mengharapkan kebaikan untuk orang lain sebagaimana kita mengharap kebaikan untuk diri kita sendiri, sepertinya untuk memiliki hati yang luas dan nyaman di depan mata.

Tapi apakah itu mudah? sepertinya sih tidak semudah yang dibayangkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun