Mohon tunggu...
Slamet Parmanto
Slamet Parmanto Mohon Tunggu... Administrasi - traveller

part time traveller, full time dreamer\r\n\r\nparmantos.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menunggu Apa?

22 Agustus 2014   04:13 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:54 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menunggu

Jika menunggu adalah aktivitas yang paling kau benci, mengapa kau membiarkan ia menunggu. Duduk lama terpangu, sendiri menghadap senja. Membiarkanya tanpa kepastian. Membiarkanya menunggu yang tidak ada.

Menunggu apa? Bukannya kau lebih dari sekedar siap. Pendidikanmu tinggi, karirmu lancar, tabunganmu lebih dari cukup dan sementara adik-adikmu juga sudah mandiri. Mereka tidak lagi perlu perhatianmu, mereka sudah bisa mengurusi dirinya sendiri. Mereka hanya ingin melihat saat itu tiba. Melihat kakak tercintanya duduk di pelaminan dengan kekasihnya.

Menunggu apa? Bukankah tidak ada lagi beban bagi orang tuamu. Bukankah sudah dikatakan bahwa uang pensiun mereka lebih dari cukup dan sudah tidak ada lagi tanggungan yang harus dibayarkan tiap bulan. Ayah-ibumu juga sudah berhaji bahkan lebih dari sekali. Keinginan mereka sudah banyak yang terpenuhi. Hanya tinggal satu yang paling dinanti, mereka ingin segera menimang cucu darimu.

Menunggu apa? Bukankah kalian sudah saling mengirim sinyal. Setiap sikapmu kepadanya, tutur bahasamu saat berbicara padanya dan caramu memanggilnya adalah sinyal bahwa dia ujung dari pencarianmu selama ini. Dan bukankah juga ia sudah memberikan jawaban kepadamu. Jawaban yang jelas dan tanpa ragu. Bahwa menurutnya kaulah satu-satunya yang patut jadi imam baginya kelak. Yang bisa diajak mengarungi samudera hingga ke surga.

Menunggu apa? Bukankah orang tuanya juga sudah setuju saat kau datang sore hari hujan-hujanan ke rumahnya. Mereka bahkan menyambutmu dengan bahagia. Mereka menganggapmu sudah seperti keluarga sendiri. Menyiapkanmu teh hangat dan tempe mendoan kesukaanmu. Dan bahkan, orang tuamu juga pernah kau ajak ke rumahnya di lain waktu. Mengenalkan silsilah keluarganya kepada orang tuamu dan begitu juga sebaliknya.

Menunggu apa? Apakah ada orang lain selain dirinya. Orang lain yang kau sembunyikan selama ini. Yang tidak seorangpun kau biarkan tau. Yang masih mengganjal di hatimu selama ini. Yang karenanya kau ragu membuat keputusan. Yang karenanya kau takut untuk menentukan pilihan.

Menunggu apa?

....

....

....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun