Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenang Pahlawan Nasional Indonesia TB Simatupang di Kegelapan Prostitusi Politisi Batak Masa Kini

9 Februari 2014   11:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:01 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Letnan Jenderal (purn) Tahi Bonar Simatupang atau lebih populer disebut TB Simatupang atau Pak Sim dianugerahi secara resmi sebagai Pahlawan Nasional Republik Indonesia pada Nopember 2013 ybl.

Sementara Politisi Batak masa kini mayoritas ter-cap persisnya dicap sebagai Politisi Opportunistik bermental Korup dan Asbun. Lihat saja contoh terakhir Ruhut Sitompul yang tiba-tiba menawarkan lehernya untuk dipotong apabila Ibas putera Esbeye yang adalah Sekjen PD nanti terbukti korupsi dalam kasus Hambalang. Ruhut sejauh ini memang belum pernah terbukti korup seperti politisi lain pada umumnya. Tetapi pepatah tua “mulutmu adalah harimaumu”, rupanya tidak lagi jadi pegangan Ruhut dalam berpolitik. Lidah Ruhut justeru terkesan kuat semakin panjang baik dalam menjilat Esbeye maupun dalam be-Rhetorika soal politik termasuk soal diri dan keluarganya. Apa ini bukannya Korup juga dalam kategori lain yang untuk mudahnya kita sebut saja sebagai si “mulut busuk”. Alamak! Dan Lihat juga lebih jauh ke belakang betapa Panda Nababan, seorang senior member tano Batak, begitu mudahnya takluk terhadap lembaran suap pelolosan seorang calon Deputi Senior Gubernur BI. Tak heran Panda tak mampu berbuat apapun ketika itu untuk meloloskan pemekaran Propinsi Tapanuli yang telah bersusahpayah diperjuangkan oleh orang Batak sejak awal reformasi 1999/2000 yl. Lihat Effendi Simbolon yang terkenal Angkuh lantaran Pantang Tak Hebat, sampai-sampai terjadi sudah simalakama dimana si Jadel Gatot Pujonugroho yang justeru dipilih rakyat Sumut menjadi Gubsu ketimbang memilih Effendi atau Chairuman Harahap. Lihat juga Sutan Bhatoegana Siregar yang berpenampilan tak ubahnya “Sufi Kocak” tapi kemudian terlihat bugil memalukan ketika terbukti marpangalaho dan/atau berkelakuan korup dengan meminta-minta THR kepada SKK Migas. Pak TB lahir di Sidikalang, Sumatera Utara, 28 Januari 1920 dan meninggal di Jakarta, 1 Januari 1990 pada usia 70 tahun. Beliau adalah seorang tokoh Militer dan tokoh Gereja di Indonesia. Saat ini namanya diabadikan sebagai salah satu nama jalan besar di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan. Pak Sim dilahirkan dalam sebuah keluarga sederhana. Ayahnya Simon Mangaraja Soaduan Simatupang, terakhir bekerja sebagai pegawai kantor pos. Dia menempuh pendidikannya di HIS Pematangsiantar dan lulus pada 1934, kemudian melanjutkan ke MULO di Tarutung 1937, lalu ke AMS di Jakarta dan selesai pada 1940. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya, Pak Sim mendaftarkan diri dan diterima di Koninklijke Militaire Academie (KMA), akademi untuk anggota KNIL, di Bandung dan selesai pada 1942, bertepatan dengan masuknya tentara Jepang ke Indonesia yang kemudian merebut kekuasaan dari pihak Belanda. Apa siapa dan bagaimana Pak TB Simatupang, apalagi apa siapa dan bagaimana sang tokoh besar dan Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII, Politisi Batak masa kini belum tentu tahu tentang kedua sosok besar yang seharusnya menginspirasi mereka sejak awal. Sebaliknya kalau ditanya apa siapa dan bagaimana memposisikan diri dalam sistem serba korup dan serba culas sekarang ini, aha mereka akan serempak koor bahwa “hepeng do na mangatur nagara on” (uanglah yang mengatur negara ini). Sila pertama perpolitikan orang awak sekarang yi “Keuangan Yang Mahakuasa”. Itulah grund norm dan/atau norma dasar yang dijadikan pijakan bersama politisi Batak masa kini. Di masa perjuangan kemerdekaan, Pak Sim turut berjuang melawan penjajahan Belanda. Ia diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Perang RI (1948-1949) dan kemudian dalam usia yang sangat muda ia menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Perang RI (1950-1954) pada usia 30 - 34 tahun. Pada tahun 1954-1959 ia diangkat sebagai Penasihat Militer di Departemen Pertahanan RI. Ia kemudian mengundurkan diri dengan pangkat Letnan Jenderal dari dinas aktifnya di kemiliteran karena perbedaan prinsip dengan Presiden Soekarno ketika itu. Kenegarawanan Pak Sim justeru mencuat ketika beliau berpisah dengan sang Proklamator Soekarno dan lalu tercatat dalam tinta emas sejarah bahwa Pak Sim ingin militer Indonesia itu militer yang profesional dan bukan militer ngawur asal hajar dan asal bunuh ala militer Peta didikan Jepang, juga yang terpenting tentu Pak Sim tak ingin Soekarno yang sipil malah menjadi militeristik dengan seragam militer yang selalu dikenakannya di berbagai kesempatan dengan alasan bahwa Presiden Indonesia adalah Panglima tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Pak Sim justeru ingin militer Indonesia menghormati sipil Indonesia dalam konteks politik sebagaimana diajarkan di kemiliteran profesional di belahan manapun di muka bumi ini. Apa yang sudah diduga pak Sim sejak awal terjadilah bahwa Bung Karno ujung-ujungnya dikukuhkan sebagai Presiden seumur hidup atas rayuan maut para penjilat di sekelilingnya dengan Ketetapan MPR. Dan selanjutnya setelah menghabisi Soekarno melalui Drama Gestapu PKI tahun 1965 made in USA (berkolaborasi dengan jenderal-jenderal Peta didikan Jepang di bawah Soeharto), regime Peta asal hajar dan asal bunuh di bawah Soeharto ini pun mencengkeram Indonesia dalam sebuah Kediktaturan Militer tak kenal ampun. Masa gelap mencekam ini berlangsung tak tanggung-tanggung yi 32 tahun lamanya. Sungguh sangat menghancurkan yang kemudian terbukti ketika sang Diktator Soeharto dilengserkan rakyat pada 1998/1999. Sementara politisi Batak masa kini boro-boro tahu apalagi mengerti apa itu arti dan makna “statemanship” atau kenegarawanan. Dalam perikehidupan berbangsa bernegara dan bermasyarakat seperti yang kita lihat sekarang, mereka cukup berhenti pada satu pengetahuan saja, tapi bersayap, yi kata dasar “Anlang” (Makan) yang kemudian dipelintir kesana-kemari menjadi “Anlanghon” (Makan sajalah itu), “Manganlang” (makan dengan mokkus atau rakus), “Manganlangi” (memakan apa saja yang enak dimakan bahkan apabila perlu memakan manusia itu sendiri) dan “Manganlang sianlangon” (memakan segala macam makanan). Yang unique dari Pak Sim bahwa ada tiga Karl yang mempengaruhi hidup dan pikirannya, yaitu Carl von Clausewitz, seorang ahli strategi kemiliteran, Karl Marx si peletak dasar Sosialisme melalui bukunya yang telah menjadi klasik yi Das Capital dan Karl Barth, Theolog Protestan terkemuka abad 20. Seluruh kehidupan Pak Sim mencerminkan peranan ketiga pemikir besar itu. Tak heran setelah lepas dari dinas kemiliteran, Pak Sim yang religius dan berwawasan luas ini terjun ke pelayanan Gereja dan aktif menyumbangkan pemikirannya baik tentang peranan Gereja di dalam masyarakat maupun tentang kemiliteran yang pernah ditapakinya seperti dapat kita baca dalam buku chantique Catatan dari Banaran misalnya, belum lagi bermacam buku tentang masalah sosial-politik dan berbagai artikel yang pernah ditulisnya di sejumlah harian nasional seperti Sinar Harapan dan Kompas. Dalam aktivitas gerejawinya itu, ia pernah menjabat sebagai Ketua Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Ketua Majelis Pertimbangan PGI, Ketua Dewan Gereja-gereja Asia, Ketua Dewan Gereja-gereja se-Dunia. Dan di lingkungan kemasyarakatan, Pak Sim menjabat sebagai Ketua Yayasan Universitas Kristen Indonesia dan Ketua Yayasan Institut Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (IPPM). Ia bahkan merupakan salah satu pencetus lembaga pendidikan ini, ketika belum banyak orang Indonesia yang memikirkannya. Pak Sim percaya bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin-pemimpin yang menguasai ilmu manajemen di dalam perusahaan maupun di tengah masyarakat. Maka adalah wajar atas semua peran intelektualnya itu, pada 1969 Pak Sim dianugerahi gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Tulsa, Oklahoma, Amerika Serikat. Politisi Batak masa kini sungguh jauh dari segala macam pemikir besar yang seharusnya menjadi sumber inspirasi intelektual mereka. Kalau ditanya apa siapa dan bagaimana itu Arnold Toynbee. Mereka pastilah gagap dan lalu asal jawab kalau nggak salah itu kan saudaranya Arnold Schwarzenegger. Aduh Mak. Kalaulah para Homang yang kebetulan menjadi politisi ini mau membaca satu halaman saja dari 12 jilid besar buku sejarah Study of History karya monumental Toynbee bahwa “kehancuran sebuah bangsa itu ditentukan oleh kualitas moral para pemimpinnya sebagaimana hancurnya imperium Romawi yang besar itu karena dekadensi moral luarbiasa di kalangan elite penguasanya”, maka dunia pun akan terbalik. Sebagai kenangan akhir, Pak Sim menikah dengan Sumarti Budiardjo yang adalah adik dari teman seperjuangannya Ali Budiardjo. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak, yi Tigor, Toga, Siadji, dan Ida Apulia Simatupang. Salah seorang di antaranya meninggal. Ia dikarunia empat cucu yi Satria Mula Habonaran, Larasati Dameria, Kezia Sekarsari dan Hizkia Tuah Badia. At the end, selamat menapaki keabadian Jenderal, tabik kepada Your Highness Sisingamangaraja XII dan leluhur kita di keabadian sana. Aku ingat persis bahwa pada 28 Januari 2014 ybl engkau berulang tahun yang ke-94 (28 Januari 1920 – 28 Januari 2014) yang layak untuk kami rayakan bersama dalam rangka mengenang segala jasa dan kebesaranmu di negeri ini, tapi apa boleh buat tahi kambing bulat-bulat dan dimakan pun tak pernah bisa jadi obat, para politisi Batak masa kini yang seharusnya berada di garda terdepan dalam menuntun sesamanya menuju welfare state sungguh telah menjadi “Homang Politics” (Orang Utan berpolitik) di jagad perHomangan sekarang ini. Maka lain kalilah Jenderal. Horas .. Horas .. Horas .... PP, 9 Pebruari, 2014.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun