Membaca Ulang Pembelian Rafale oleh Indonesia : Antara Kebutuhan Strategis dan Dinamika Geopolitik Indo-Pasifik
Indonesia telah menandatangani kontrak pembelian 42 unit jet tempur Rafale dari Perancis dengan nilai sekitar USD 8,1 miliar. Pengiriman gelombang pertama, sebanyak enam unit, dijadwalkan mulai Pebruari 2026. Langkah ini merupakan bagian dari upaya modernisasi kekuatan udara nasional. Namun, perkembangan terbaru dalam teknologi pertahanan global dan dinamika geopolitik di kawasan Indo-Pasifik menimbulkan pertanyaan : Apakah keputusan ini masih relevan dan strategis bagi Indonesia.
Perkembangan Teknologi dan Dominasi Udara
Selama beberapa dekade, jet tempur buatan Barat, seperti Rafale, F-16, dan F-15, mendominasi langit dengan teknologi canggih dan rekam jejak yang terbukti. Namun, insiden terbaru menunjukkan perubahan dalam lanskap ini. Pada 6 Mei 2025, dalam konflik udara antara India dan Pakistan, dilaporkan jet tempur Rafale India ditembak jatuh oleh J-10C China yang dilengkapi rudal PL-15. Jika laporan ini akurat, ini menandai pertama kalinya Rafale ditembak jatuh dalam pertempuran, sekaligus menunjukkan kemampuan tempur jet tempur China yang semakin meningkat.
Selain itu, di Ukraina, setidaknya dua F-16 telah hilang sejak pengirimannya dimulai pada Agustus 2024, dengan salah satu diduga ditembak jatuh oleh rudal R-37M Rusia. Di Laut Merah, tiga F/A-18 Super Hornet milik AS juga dilaporkan hilang, salah satunya karena tembakan dari pihak lawan. Insiden-insiden ini menunjukkan dominasi udara Barat tidak lagi tak tertandingi.
Bangkitnya Kekuatan Udara Asia
China telah menunjukkan kemajuan pesat dalam teknologi pertahanan udara. Selain J-10C, China telah mengembangkan jet tempur generasi kelima J-20 dan J-35, serta menguji coba jet tempur generasi keenam J-36 dan J-50. Desain J-36, misalnya, menampilkan konfigurasi tiga mesin yang unik, menunjukkan pendekatan inovatif dalam pengembangan jet tempur.
Korea Selatan dan Turki juga tengah mengembangkan jet tempur generasi kelima mereka sendiri, KF-21 Boramae dan TF-Kaan. India, melalui program Advanced Medium Combat Aircraft (AMCA), berupaya mengembangkan jet tempur generasi kelima secara mandiri. Namun, banyak dari negara-negara ini masih bergantung pada teknologi mesin jet Barat, seperti mesin General Electric F110 dan F404.
Implikasi bagi Indonesia
Dengan dinamika ini, Indonesia perlu mengevaluasi kembali strategi pertahanannya. Pembelian Rafale, meskipun meningkatkan kapabilitas udara, harus dipertimbangkan dalam konteks efektivitas biaya dan relevansi strategis.